Money changes with economy changes.
Prof. Dr. Djisman Simandjuntak, Rektor Universitas Prasetiya Mulya.
Pernyataan yang dilontarkan pada hari Sabtu (21/09) lalu di acara Finference: The 4th Industrial Revolution tersebut merangkum bagaimana transaksi manusia selalu berubah, mulai dari barter, penggunaan uang kertas dan logam, sampai pembayaran digital. Hal ini membuktikan bahwa jasa keuangan merupakan salah satu industri yang paling mendapat dampak dari Revolusi Industri 4.0, ditandai dengan adanya teknologi seperti Big Data, Artificial Intelligence (AI), dan Internet of Things (IoT).
Industrial Revolution 4.0 = The Era of Big Data
Memasuki tahun 2019, data tidak lagi bisa dianggap sebagai angka dan huruf yang mengisi tabel pelengkap laporan perusahaan. Saat ini, banyak perusahaan berlomba-lomba untuk terjun dalam big data yang dapat memberikan insight untuk kebutuhan pengambilan keputusan. Big Data tidak hanya mencakup pengumpulan data, namun juga menganalisis data tersebut secara massal sehingga didapatkan business decision yang reliable.
Syafri Bahar selaku Vice President of Data Science dari Gojek menyatakan bahwa data sangat penting bagi day-to-day activities Gojek. “Pas awal kami membuat Gojek, kami belum mampu meng-hire eksekutif berpengalaman,” ujarnya. “Oleh karena itu kami harus bergantung pada data yang dikumpulkan oleh Artificial Intelligence (AI). Itu merupakan keputusan yang tepat, karena AI bekerja lebih efisien dalam menginterpretasikan data raw yang dimiliki Gojek.”
Berbeda dengan saat pertama kali digunakan, kini Gojek memanfaatkan data untuk menyamakan growth perusahaan dengan jumlah pengguna yang meningkat secara eksponensial. Tapi penggunaan big data tidak terbatas untuk perusahaan swasta saja. Pemerintah Indonesia pun tak ketinggalan menggunakannya untuk menyelesaikan permasalahan pembangunan Indonesia. Salah satu contohnya adalah Jakarta Smart City.
“Kami ingin big data dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan di DKI Jakarta yang cross-sectoral sehingga bisa menangani masalah-masalah transportasi, air, udara, tata ruang, pajak, dan lain sebagainya,” ungkap Juan Intan Kanggrawan selaku Head of Data and Analytics dari Jakarta Smart City.
More Data, More Investments
Data membantu perusahaan untuk mengenali dirinya sendiri, target market, strength, weakness, opportunity, dan threat dari kompetitor, serta kebutuhan-kebutuhan perusahaan untuk dapat terus berkembang. Semakin lengkap data yang dimiliki oleh perusahaan, semakin mudah pula ia untuk membuat financial plan yang layak dioperasikan. Kelengkapan data juga akan mempermudah perusahaan untuk menemukan investor yang tepat.
David Soukhasing (Managing Director ANGIN Investment) dan Silvia Hanika (Portfolio Manager East Ventures) menyebutkan beberapa hal yang akan dipertimbangkan investor sebelum memutuskan untuk berinvestasi agar kedua belah pihak dapat menerima dampak positif yang seimbang. Saran mereka antara lain:
- Alasan mengapa sebuah perusahaan membutuhkan investasi
- Resiko apa yang muncul dari kegiatan investasi ini
- Rencana finansial 3-5 tahun kedepan
- Analisis SWOT dari sebuah perusahaan
- Siapa pasar dari perusahaan
Hanya dalam dua menit, investor dapat menentukan apakah sebuah perusahaan berhak untuk mendapatkan investasi atau tidak. Oleh karena itu, sangat penting bagi perusahaan untuk menyiapkan diri dan datanya sebaik mungkin demi mendapatkan investasi yang maksimal.
Berlangsung di Universitas Prasetiya Mulya, Finference: The 4th Industrial Revolution memberi gambaran mengenai Revolusi Industri 4.0. Terdapat berbagai panel discussion yang diisi oleh perwakilan perusahaan besar seperti Gojek, IBM, dan Kitabisa.com. Sedangkan dari industri kreatif, hadir Titan Tyra, Jwestbros, dan lain-lain. Beberapa topik yang diangkat antara lain adalah persiapan dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0, serta peluang-peluang baru yang muncul. Harapannya, para peserta acara dapat terbuka pengetahuannya akan peran yang dapat diambil dalam era ini.
Add comment