‘Nothing is impossible’ semakin hari bukanlah omongan belaka, apalagi jika itu urusan bisnis. Generasi muda dari berbagai kota, termasuk yang berkuliah turut tertarik menyalurkan kreativitas mereka dalam industri bisnis. Bahkan menurut World Economic Forum sebagaimana dilansir Katadata, secara global kalangan ini ingin berkarier sebagai pengusaha, termasuk di Indonesia.
Ibarat sebuah petualangan, masalah dan badai tak dapat dihindari, bahkan tak jarang badai yang dihadapi terlalu kuat hingga membuat kita merasa ingin menyerah. Menjalankan bisnis sambil berkuliah pun demikian, tapi bukan berarti tidak mungkin. Simak potongan cerita dan pengalaman Prasmulyan yang membangun bisnis mereka dari kelas dan di luar kelas!
Time Management, Kebiasaan yang Paling Susah Dibangun dan Dipertahankan
Berbicara soal memulai bisnis, tentu saja kebutuhan dasar yang diperlukan selain profit, plan, penjualan, dan iklan, adalah satu bumbu yang membuat mungkin segala hal yang disebut sebelumnya: time management.
“Manage waktu, itu paling penting sih kalo mau menjalankan dua aktivitas sekaligus, jangan sampe fokus di bisnis, kuliah acak-acakan atau sebaliknya. Karena ilmu yang didapatkan di kuliah itu tidak kalah penting dan bisa kita apply di bisnis yang sedang dijalani,” Andrew Emmanuel Herdiyanto, Founder A New Minore Clothing Brand, mengamini habit membagi porsi waktu yang tepat.
Sebagaimana ada banyak jalan menuju Roma, berbagai cara juga dapat kamu lakukan untuk mengatur waktu, seperti Amanda Christy (Founder Click Media) yang menggunakan beberapa media untuk merencanakan kegiatannya. “Kalo aku sih, biasanya pake Google Calendar untuk tanggal penting dan deadline, kemudian ditambah dengan menggunakan agenda untuk to-do list.”
Duo Maut Optimisme dan Konsistensi
Percaya atau tidak, optimisme dan konsistensi seperti amplop dan perangko yang tidak bisa dipisahkan dan selalu sepaket. Karena nyatanya, keduanya saling berhubungan! Untuk menjadi konsisten dan bisa terus melanjutkan sebuah proses, seseorang membutuhkan sikap optimis. Orang juga tidak akan bisa optimis kalau tidak bisa konsisten memberikan hasil.
“Harus punya pola pikir yang optimis dan kuat sih, karena badai pasti ada dan ya layaknya badai, nggak bisa kita kontrol besar kecilnya,” papar Amanda Christy, yang merupakan mahasiswi S1 Event.
Tidak cuma Amanda, kisah konsistensi dan optimisme ini juga dialami nyata oleh Founder Deha Cafe. Sebelum berhasil membuka restoran dan kafe untuk kalangan menengah ke atas, Raja Melvin juga ternyata memang sudah merencanakan bisnis food and beverages ini sejak awal 2020. Sayangnya, karena pandemi menyerang, Deha Cafe baru resmi dibuka pada akhir tahun 2020. Sekalipun rencananya mundur, pemuda yang akrab dipanggil Melvin ini mengaku tetap gigih dan maju walau langkahnya terkesan kecil. Apa yang memotivasinya?
“Melihat dari peluang dan juga belum adanya bisnis yang sama, jadi tetap kita lanjutkan. Meskipun awal persiapan hanya fokus di alat dan bahan (logistik) saja,” jawab sang peminat bidang kuliner.
It Won’t Work Unless You Build the Network
Resep terakhir adalah networking! Koneksi adalah senjata utama sebuah bisnis, karena terkadang, kita butuh dorongan ekstra untuk maju dan orang-orang di sekitarmu adalah pendukung yang tepat dalam mewujudkan hal tersebut.
Coba diurutkan. Produsen, vendor, atau reseller adalah koneksi yang pasti kamu cari, dalam bidang bisnis manapun. Menghubungi mereka bisa jadi terlihat mengintimidasi, terlebih kalau belum mengenal siapa pun, dan kamu baru terjun ke industri tersebut. Lantas, bagaimana cara mencari vendor kalau kamu baru memulai?
Intinya, jadi berani! Seperti yang Andrew ungkapkan, “Tips gue untuk acquire networking di dunia bisnis bisa dilakukan dengan approach ke mereka. Coba kirim proposal tentang produk yang kalian jual ke banyak supermarket, vendor, ataupun reseller.”
Semakin banyak menebar jala, semakin banyak chance untuk mendapatkan ikan pula; Pasti akan ada partner yang tepat dan bakal nyantol di kamu.
Bukan sekadar mencari untuk keperluan bisnis, Melvin juga menyuarakan pentingnya sharing di dalam komunitas pelaku usaha atau profesional. Sharing, ngobrol dan bertemu orang baru menjadi satu hal yang memperluas wawasan kita.
“Waktu seminar ke Jogjakarta sih yang aku dapet banyak ilmu, karena kan itu offline. Jadi bukan cuma denger pembicara aja, kita bisa ngobrol-ngobrol kepada sesama peserta, jadinya nambah pengetahuan sekaligus networking.”
Add comment