Kamu sayang dengan business project yang hanya menumpuk sebagai proposal bisnis? Yuk, intip trik menjadikan proyek kuliahmu sumber penghasilan dan wujud nyata semangat berwirausaha!
From Project to PT
Di semester terakhirnya, Oliver Flo Ardian berkumpul bersama teman-teman sekelompok untuk brainstorming ide bisnis yang akan dijalankan di mata kuliah Business Project. Masing-masing dari mereka melakukan sesi pitching kecil – segala macam pertimbangan pun diadu dan dipadukan, seperti biaya, operasional, dan masih banyak aspek lainnya. Teringat akan resep snack tradisional milik sang nenek, Oliver pun mencetuskan ide untuk membangun usaha yang sekarang masih dikembangkannya hingga hari ini: Egg Royale.
“Kita lihat orang tuh suka konsumsi cemilan dan memang di Indo paling potensial untuk market cemilan manis untuk saat ini. Kita manfaatkan apa yang ada. Jadi, kita ambil resep nenek dan coba bikin dulu,” cerita Prasmulyan angkatan 2013 tersebut. “Dulu ini pernah dijual sama orang tua saya, zaman dulu banget. Lalu kita pikirkan gimana cara biar produknya menarik. Kita kembangkan dari segi kemasan, komposisi, dan varian rasa.”
Dan dari situlah, Oliver dan kawan-kawan melanjutkan ke tahap uji coba, riset, dan Egg Royale pun dijual dalam toples tabung untuk pertama kali. Hari ini, Egg Royale berada di bawah naungan PT Royal Kanagara Nayanika.
“Perjalanannya panjang. Egg Royale dulu nggak langsung lanjut karena kita sempat kerja dulu masing-masing selama setahun. Kemudian, kita putusin untuk melanjutkan aja Egg Royale. Walau yang lanjut cuma dua orang dari antara berlima,” Oliver membagi cerita perjuangan bersama teman kelompok dan sekarang business partnernya, Fenly Wijaya.
Asal mula pendirian PT tersebut juga bertahap. “Pertamanya dari CV sebagai distributor. Kita meng-handle banyak brand dari snack tradisional lain. Jadi PT tuh baru tahun 2022 karena kita mendapatkan angel investor.”
Namun, menjadi salah satu brand baru tidak mengecilkan hati Oliver. Malah, ia bisa berbangga melihat progress brand Egg Royale.
“Memang sampai sekarang pun belum sebesar itu, tapi bisa keliatan progressnya dibanding tahun 2018. Ada peningkatan dari kinerja bisnis, branding, dan lain-lain. Tapi, kita harus yakin kalau kita bisa gedein brand kita.”
Rasa Lokal untuk Dikenal secara Global
Sebenarnya, Egg Royale itu apa sih? Dari segi penampilan, mungkin snack ini terlihat sangat familiar – apa yang kalian ingat? Egg rolls, atau kue semprong?
Mungkin kebanyakan akan mengasosiasikan Egg Royale dengan egg rolls. Faktanya, memang benar egg rolls versi Indonesia, alias kue semprong yang berbahan dari tepung sagu, telur, dan santan.
“Kalo kue semprong dengan segala-segalanya yang tradisional kan, kurang diminati karena packaging yang kurang menarik dan ukurannya besar-besar,” Sang alumnus S1 Business itu menceritakan proses revamping kue semprong agar menarik perhatian generasi yang lebih muda.
Oliver sendiri juga sering memakan kue semprong buatan neneknya. Bahkan, kue semprong buatan nenek Oliver banyak beredar pada zamannya. “Kan biasa dijual di dalam gerobak. Karena, memberikan kesan kuno dan orang jadi kurang mengenal atau punya awareness, di sini Egg Royale hadir untuk mengubah mindset kalau snack tradisional juga bisa bersaing di market F&B,” tutur Oliver.
“Jadi untuk saat ini target market kita adalah anak muda. PRnya brand kita adalah untuk edukasi mereka tentang kue semprong ini.”
Panen Prestasi, Reputasi, dan Investasi
Meski sudah empat tahun berjalan, tidak dipungkiri kalau sebuah usaha membutuhkan bantuan dan harus membuktikan diri. Dalam beberapa kali kesempatan, Egg Royale berhasil memikat investor dan juga memenangkan berbagai kompetisi yang menjadi label of approval produk-produknya.
“Prestasi ini, sebetulnya dari kita coba-coba ikut lomba bisnis sejak 2019 buat tambahan dana atau investment,” tutur Prasmulyan yang dulu aktif dalam kegiatan olahraga di Prasmul.
“Pas 2021 baru mulai ter-boost tuh. Akhirnya, Juara 1 di Healthypreneur National Business Competition 2021 by Ladang Lima. Itu pertama kalinya menang. Dari sana kita bisa melakukan pengembangan produk, contohnya pakai komposisi bahan gluten-free,” mantan pebasket tersebut mengungkapkan.
Di samping reputasi, Oliver juga memanen sejumlah keuntungan lain, seperti mendapatkan mentoring dalam pengembangan produk, menjalin network dengan pemilik brand lain yang sevisi, dan juga eksposur untuk brand-nya sendiri.
Sudah maju pun, Oliver tidak berhenti berusaha. “Sekarang masih ada ongoing beberapa kompetisi. Kita kemarin diundang Dinas Ekonomi Kreatif di Jakarta mewakili Indonesia untuk pameran di Singapura.”
Ini adalah mindset yang dipegang Oliver selama mengembangkan Egg Royale, dibentuk sejak berkuliah di Prasmul hingga kini:
- Konsisten
“Jangan setengah-setengah melakukan proses bisnis. Harus bener-bener riset, uji coba orang suka produknya apa enggak.” - Terbuka, untuk kritik dan pembelajaran
“Kita sampai kapanpun harus tetap belajar. Sejauh apapun, pasti akan ada yang di atas kita. Masukan kritik apapun, pasti ada yang bisa kita pakai meski industrinya enggak sama; pasti ada mindset atau strategi yang bisa diterapin.” - Percaya sama brandmu sendiri
“Percaya aja sama brand kamu sendiri kalau brand kamu bagus. Kalau kamu sendiri enggak percaya sama brand kau, siapa lagi yang mau percaya?”
Add comment