Begini faktanya, penanam modal di Indonesia mengharapkan keuntungan hasil panen sebesar 11,6%. Namun, akibat pengetahuan minim dan ekspektasi yang tidak realistis, 74% dari orang tersebut memilih untuk berinvestasi risiko rendah karena tidak ingin menanggung banyak beban. Padahal, investasi ‘low risk, high return’ yang sering digembor-gemborkan ini mitos keberadaanya. Lantas, siapa yang bertanggung jawab untuk mengajarkan para investor mengenai smart investing?
Menjabat sebagai Wealth Management Advisory Head di PT Bank UOB Indonesia, Wisnu Aditya mengiyakan bahwa ekspektasi tinggi ini jadi salah satu kesalahan terbesar para nasabah. Karena itu, pria yang bergabung dengan UOB Indonesia sejak tahun 2014 ini berusaha untuk menyebarluaskan informasi mengenai investasi pintar kepada khalayak ramai, salah satunya dalam ajang Inspiring Business Talk (IB Talk) pada hari Kamis (1/11) lalu di UOB Plaza, Jakarta Pusat.
Dalam sharing session yang bertajuk ‘Smart Investing Begins with Understanding Risks’ ini, Pak Wisnu menyampaikan, “Klien harus mengetahui bahwa return tidak bisa kami kontrol. Namun yang dapat kami kontrol adalah risk. Bila mereka diberi kepahaman mengenai risiko, maka mereka tak perlu khawatir menghadapi kerugian.”
Menurut Pak Wisnu, hal penting yang dapat mengontrol risiko adalah dengan memiliki bantalan alias safeguard basic assets. Dengan begitu, ketika keadaan pasar sedang buruk, sang investor tidak akan kehilangan seluruh hartanya.
“Wajib juga hukumnya bagi klien memiliki goals berinvestasi,” tutur Pak Wisnu. “Kebanyakan dari orang ingin mendapatkan untung besar tapi tidak mau menanam banyak modal. Strategi yang tepat adalah untuk berinvestasi sesuai kemampuan finansial. Berapa persen harta yang sebaiknya ia simpan sebagai safeguard basic assets dan berapa persen yang bisa diinvestasikan.”
The market is unpredictable, so don’t put all your eggs in one basket. Sebarkan harta Anda di beberapa aset berbeda. – Wisnu Aditya, Wealth Management Advisory Head di PT Bank UOB Indonesia
Selain Pak Wisnu, Dr. Adrian Teja, CFA juga turut menyumbangkan ilmunya dalam kegiatan yang dihadiri praktisi, mahasiswa, dan akademisi ini. Bicara soal ‘Actionable Business Ideation and Growing Your Wealth Consistently”, Faculty Member Universitas Prasetiya Mulya tersebut menginspirasi para peserta untuk berani bermimpi dan berkhayal agar tercipta ide bisnis.
“Pahamilah konsep teknologi terlebih dahulu, karena ia tidak akan pernah berhenti berkembang,” ujar Pak Adrian. “Kemudian, temukan komunitas yang tepat. Ide dapat muncul dari obrolan sederhana bersama teman-teman.”
IB Talk merupakan kegiatan berbagi ilmu yang dilangsungkan oleh Universitas Prasetiya Mulya. Berkolaborasi dengan berbagai perusahaan dan korporasi, IB Talk menjadi salah satu platform bagi para praktisi dan akademisi untuk giveback kepada masyarakat umum. Bukan kali pertama, Prasmul kembali bekerja sama dengan UOB Indonesia untuk berikan sumbangsih mengenai investasi dan bisnis.
“Pembicaranya terpecaya, penjelasannya bagus, dan respon untuk pertanyaan peserta selalu tepat sasaran,” kata Astrid, salah satu peserta IB Talk dari Institut Teknologi Bandung. “Saya jadi terpacu untuk tidak takut bermimpi dan tidak berpatokan pada modal saja.”
Pak Triagung Wibawa, Organizational Development & Talent Management Head UOB Indonesia, juga menyatakan rasa bangganya atas kesuksesan IB Talk kali ini. “Ini bukan hanya useful bagi peserta, tapi juga bagi praktisi,” serunya. “Semoga IB Talk dapat mengundang lebih banyak praktisi dan menjangkau lebih banyak mahasiswa.”
Universitas Prasetiya Mulya mengundang Anda menjadi kolaborator IB Talk berikutnya. Silakan menghubungi MCR Prasetiya Mulya via telepon: 021-304-50-500(Ext: 2033) atau email: maidi.helinsha@pmbs.ac.id
Add comment