Cerita Prasmul
IISMA 2022: Not Just a Program, But a Life Changing Experience

IISMA 2022: Not Just a Program, But a Life Changing Experience

Ketika berada di dalam comfort zone, mungkin kita akan melihat rumput tetangga yang lebih hijau, pengalaman berbeda yang menarik untuk dicicipi. Sama seperti melihat mahasiswa/i yang menjalani program beasiswa IISMA. Namun, sebetulnya “sehijau” apa rumput di rumah kita dan di seberang sana? Apa saja perbedaan berkuliah di Prasmul dan luar negeri? 

Sebelumnya, para Prasmulyan Penerima Beasiswa Indonesia International Student Mobility Awards (IISMA) 2022 telah membuat prediksi tentang apa saja yang dapat mereka bawa pulang setelah mengikuti study abroad

Kini, mereka mengisahkan pengalaman baru. Hal-hal challenging seperti apa yang ditemui saat berkuliah di luar negeri dan apa yang mereka ingat tentang “rumah” atau Prasmul? Letakkan sejenak essay-mu, dan simak bagaimana program beasiswa IISMA 2022 meninggalkan pengalaman berkesan bagi para Prasmulyan! 

Kuliah Ekspresif, Banyak Diskusi Minim Tugas

Dave bersama teman barunya di University of Liverpool

Salah satu perbedaan yang paling mencolok dalam sistem perkuliahan adalah banyaknya jumlah tugas. Jika Prasmul setiap minggunya bisa dibilang menghujani tugas seperti group projects and presentations, University of Liverpool justru menyibukkan mahasiswa dengan berbagai lectures dan workshop. Hal ini dirasakan oleh Francee Dave, mahasiswa S1 Digital Business Technology 2020 yang mendapat beasiswa di negeri Big Ben.

“Di lectures, dosen menjelaskan materi, lalu akan dilanjutkan dengan seminar di hari lain. Workshop seperti FGD diguankan untuk discuss materi dan engage secara langsung. Biasanya, sebelum seminar kita dikasih bacaan oleh dosen untuk mengenali topik yang dibahas dalam kelas.”

Keseruan Giannina bersama teman-teman barunya

Perbedaan lainnya juga dirasakan oleh Giannina dari S1 Business Mathematics 2020 yang menjalani studi di University of Birmingham, UK. Di Prasmul, mahasiswa mengambil 7-8 mata kuliah setiap semester, sedangkan di University of Birmingham, ia hanya mengambil sekitar 3 mata kuliah. Walau begitu, waktu yang dihabiskan untuk setiap mata kuliah menjadi lebih lama dari biasanya.

“Setiap matkul itu dalam seminggu ketemunya bisa 6-8 jam, jadi sekitar 3 kali pertemuan dalam seminggu. Terus, setiap pertemuan itu beda-beda juga tipe pertemuannya, ada 1 pertemuan lecture dimana dosennya mengajar di depan kelas, tipe kedua itu seminar untuk review dan diskusi aktif bahan minggu lalu, yang ketiga ada workshop untuk menyiapkan bahan ujian akhir atau tugas besar.”

Pembelajaran Fleksibel, Ujian Bisa Kapan Saja

Portia saat berkunjung ke Disneyland Paris

Tidak hanya soal tugas, perbedaan budaya yang jauh juga menghasilkan variasi cara belajar di dalam ruang akademis. Portia Belleza, mahasiswi S1 Food Business Technology 2020 merasa gaya belajar yang ia dapatkan di University of Padova, Italia lebih fleksibel.

Sistem disini memungkinkan mahasiswa untuk belajar sesuai dengan pace mereka masing-masing. Ujian pun dapat diikuti sesuai dengan kesiapan mahasiswa karena ada banyak jadwal ujian yang dapat dipilih.

“Di sana lebih dikasih kebebasan buat explore kapasitas dan style belajar kamu kayak gimana. Kan, nggak semuanya punya style belajar yang sama,” tegas Portia yang mengambil program Psikologi di University of Padova.  

Interconnected with International Community

Kalau tadi bicara banyak soal kurikulum pembelajaran, kali ini Wesley dari S1 Business Economics 2019 berbagi soal social life selama ia mengikuti program IISMA di University of Warsaw, Polandia.

Keseruan Wesley saat sedang study trip ke Museum of The Second World War Gdańsk

“Yang saya pelajari kemarin, secara personality mirip-mirip (dengan orang Indonesia)  lah ya, cuma yang bikin social life terasa beda itu karena mereka lebih ekspresif untuk hal yang di Indonesia masih tergolong tabu.”

Wesley juga kagum dengan adanya international community yang menghubungkan mahasiswa dari berbagai negara, sehingga networking yang didapatkan jadi lebih luas dan global. 

Learning Process yang 11-12 dengan Prasmul

Jika Francee Dave merasakan perbedaan yang signifikan, Jonathan Evan dari S1 Business Mathematics 2020 justru melihat adanya kemiripan cara belajar antara Prasmul dengan University of Waterloo, Kanada.

Potret Jonathan bersama awardee lainnya

“Kalau dari proses, sebenarnya dari sisi belajarnya sama. Belajar, tatap muka tiap minggu, ujian, tugas-tugasnya juga kurang lebih sama kayak di Prasmul, yang punya tugas mingguan dan tugas kelompok ada 1-2 kali.”

Kebersamaan Cynthia dengan teman-teman dari Jepang

Namun jangan salah, usaha ekstra juga tetap diperlukan, karena mahasiswa harus mempelajari di luar materi yang diberikan dosen di kelas. Jonathan mengaku, ia bahkan ditarget harus membaca 1000 halaman textbook sebelum mengikuti ujian.

Soal persamaan sistem belajar, Cynthia Hugo dari S1 Business 2020 melihat ada kemiripan antara University of California, Davis, USA dari segi keterlibatan faculty members.

“Biasanya faculty member di Prasmul itu cukup sering menghubungkan teori di kuliah dengan pengalaman-pengalaman mereka sendiri, misalnya membuka bisnis sendiri atau coaching bisnis orang lain, sehingga mereka punya opini yang lebih valid daripada orang-orang pada umumnya.” 

Kapan Lagi Ada Universitas Yang Sangat Peduli Mental Health

Potret Joanne saat di perpustakaan bersama teman-temannya

Di University of Glasgow, UK, Joanne Patricia S1 Business Mathematics 2019 merasakan privilege sebagai mahasiswa, karena mulai dari sistem kampus hingga kehidupan di kota Glasgow sangat berpihak ke pelajar. Disini ia merasakan berbagai macam diskon dan fasilitas gratis yang diperuntukan bagi para mahasiswa disana.

Tetapi yang paling menarik perhatiannya adalah terkait dukungan kampus terhadap kesehatan mental mahasiswa. Para mahasiswa dapat mengajukan extension untuk ujian dan tugas akhir apabila kondisi psikis dan emosional  mereka tidak sedang dalam keadaan stabil.

“Mereka bener-bener peduli mental health. Bahkan, ada konseling yang gratis juga. Kemarin ada kejadian mahasiswa yang hewan peliharaannya meninggal, besoknya dia ada exam. Walau begitu dia bisa reschedule exam dan deadline tugasnya juga, jadi nggak mengerjakan exam dalam keadaan berduka. ”

Teman-teman Luar Negeri Bikin Rame IG Story

Nah, pertemanan dan relasi baru sudah pasti menjadi salah satu  highlight dalam IISMA 2022. Disana, mereka tidak hanya bertemu sesama peserta IISMA, tetapi juga teman-teman mancanegara lainnya. Francee Dave mengaku sangat kangen dengan flatmate-nya yang berasal dari Perancis, Belanda, Afrika Selatan, Australia dan Kanada. Joanne yang di Scotland malah lebih akrab dengan mahasiswa dari USA. Sementara itu, Wesley dan Portia masih bertukar pesan dan saling membalas story teman-teman barunya.

Di samping akademis, mencari teman sebanyak mungkin merupakan hal yang tak kalah esensial untuk menjalin koneksi yang berharga di kemudian hari.

Bagaimana? Apakah pengalaman dari para Prasmulyan yang mengikuti IISMA 2022 ini membuatmu semakin penasaran? Daripada bertanya-tanya, lebih baik persiapkan dirimu supaya bisa memburu program IISMA di tahun berikutnya!

Add comment

Translate »