Penuh semangat dan inspiratif begitulah yang dapat kita lihat dari sosok dosen Prasetiya Mulya, Ir.Aziz Luthfi, MSc. Pria yang telah berusia 66 tahun ini membuktikan bahwasanya keterbatasan fisik dan usia tidak membatasi Aziz untuk terus menginspirasi khalayak luas.
Dalam wawancara yang dilakukan oleh Tim Digital Alumni Network Prasetiya Mulya, Aziz menuturkan dirinya telah menderita penyakit tulang belakang kejepit sejak awal kuliah di Institut Teknologi Bandung dan sejak itu dosen business mathematic dan statistik ini selalu mengikuti nasehat dokter untuk selalu berhati-hati bergerak. Meskipun telah menderita penyakit tersebut, di usia yang tidak lagi muda dirinya memutuskan untuk mencoba tantangan baru yakni mendaki gunung.
“Suatu hari saya memutuskan untuk menikmati kehidupan yang lain yang belum pernah saya alami yaitu petualangan mendaki gunung. Untuk itu, saya mulai melatih berjalan secara perlahan lalu dengan beban tas dipundak sambil menahan rasa sakit, konsepnya adalah meningkatkan ambang batas rasa sakit melalui pendekatan psikologis. Ada kemauan pasti bisa,” ujarnya.
Aziz pun melanjutkan momen pertama dirinya mendaki gunung yakni pada November 2012, Aziz minta izin untuk diikutsertakan pada pendakian Gunung Gede yang dilakukan oleh mahasiswa IISIP Lenteng Agung. Dalam pendakian perdana tersebut dirinya berhasil melewati berbagai rintangan dan tantangan pendakian.
“Alhamdulillah, semua tantangan dan rintangan telah saya rasakan di pendakian pertama mulai dari kaki keram, pinggang sakit, kesemuanya saya nikmati dan lewati sehingga mampu tiba di puncak dengan kegembiraan yang luar biasa,” tuturnya.
Aziz pun mengatakan salah satu cara agar dirinya dapat bertahan di setiap pendakian yakni latihan rutin di sekitar rumah, dengan tekad dan ada kemauan pasti bisa, sambil meningkatkan ambang batas rasa sakit. Dengan semangatnya tersebut, Aziz mampu mendaki sejumlah puncak gunung yang ada di Indonesia.
“Setelah merasakan kebahagiaan menikmati alam sepanjang perjalanan, saya melakukan beberapa pendakian, yaitu Gunung Papandayan pada Desember 2012, Gunung Gede, lanjut Pangrango April 2013, Gunung Semeru Mei 2013, Gunung Ceremai Juni 2013, Gunung Selamet Oktober 2013, Gunung Kerinci Mei 2014, Gunung Semeru Agustus 2014, Gunung Cikuray Oktober 2014, Gunung Rinjani Agustus 2015, Gunung Semeru Januari 2015, Gunung Gede 2020 dan terakhir kembali ke Gunung Gede Oktober 2022,” terangnya.
Pria kelahiran 14 Agustus 1956 ini pun berpesan, “Jangan pernah terikat dengan masa lalu dan buat rencana kedepan dan lakukan langkah demi langkah untuk mencapai impian masa depan tersebut karena jika ada kemauan pasti bisa”.
“Dan saya pun ingin mengingatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang sangat kaya untuk bisa dinikmati dan dimanfaatkan dengan baik, sepanjang kita sebagai anak bangsa dengan beragam suku dan agama dapat menerima perbedaan tersebut, untuk saling mengenal dan tubuh dan pikiran adalah modal yang sangat berharga. Kita harus selalu menjaga tubuh dan pikiran sehat dengan olah raga dan olah pikir yang sehat juga,” tutupnya.
Penulis: Rasyid, Staff Digital Alumni Network, Kampus CIlandak
Add comment