Dinding lobi Universitas Prasetiya Mulya menggemakan cerita antusias dari empat mahasiswi rupawan yang baru saja memenangkan HSBC Business Case Competition Indonesia 2019. Mereka adalah Brains on Fire, tim kompak yang terdiri dari Gwyneth Evelyn (S1 Business 2015), Vidya Kusuma (S1 Finance & Banking 2015), Yosephine Devina (S1 Branding 2016), dan Michelle Lim (S1 Business Economics 2017). Setelah membawa pulang gelar Juara Nasional pada hari Senin (29/3) lalu, mereka akan mewakili Indonesia ke kancah Asia Pasifik, tepatnya di Hong Kong, pada bulan Juni Mendatang.
Ini tentunya bukan kali pertama Universitas Prasetiya Mulya unggul dalam kompetisi business case. Kemenangan Brains on Fire pun menjadikan Prasmul sebagai perwakilan Indonesia selama tiga tahun berturut-turut dalam HSBC Business Case Competition tingkat Asia-Pasifik. Lantas, apa sih yang bikin mahasiswa tertarik mengikuti kompetisi business case?
Menajamkan Skill Berbisnis
Menurut penjelasan Michelle, kompetisi business case pada dasarnya bermain peran sebagai seorang konsultan. Disuguhi dengan sebuah kasus dari perusahaan kenamaan beserta data-data pendukung, para kontestan harus mengidentifikasi masalah utama, kemudian memberikan solusi detail yang menjabarkan strategi, perhitungan finansial, sampai risiko.
“Sebagai mahasiswa jurusan S1 Business Economics, aku memang diarahkan ke profesi tersebut,” kata Michelle. “Ikut kompetisi berguna banget untuk melatih diri di dunia nyata. Apalagi kasus yang diberikan adalah kasus nyata yang beneran terjadi sehari-hari di sebuah perusahaan. Misalnya ketika profit tiba-tiba menurun, seorang pebisnis harus cepat menganalisis akar permasalahan.”
Tak spesifik untuk konsultan saja, Gwen menyatakan bahwa kompetisi business case juga bantu mempersiapkan mahasiswa berkarier di masa depan, terutama calon pebisnis atau entrepreneur. Dalam membangun struktur kasus, peserta menajamkan problem solving dan analytical thinking skills yang merupakan asupan harian dalam berbisnis.
Own Your Presentation!
Perbincangan yang fluid, santai, dan seimbang antara satu sama lain seakan membenarkan bahwa dinamika kelompok mereka merupakan salah satu faktor yang mendorong Brains on Fire menuju piala utama. Seperti jigsaw puzzle yang serasi, mereka memahami skill yang dimiliki sesama anggota dan membiarkan masing-masing gemilang di bidangnya.
Devina menerangkan, “Gwen dan Vidya merupakan the brains of the group. Mereka bergerak di bagian front row, yang melakukan pemetaan agar mudah mengidentifikasi main issue. Michelle ahli membaca dan analisis risiko, sedangkan aku di strategi. Jadi kami kerja di back row, membuat walls dan barriers. Michelle dan Vidya kemudian ngerjain finansial bersama. Our teamwork is very good.”
Dengan kerja sama yang mulus, presentasi yang rinci pun dapat dihasilkan. Michelle menyarankan, “Saat presentasi, berikan introduction, jelaskan strategi kamu, kasih data sedetail mungkin, dan tutup dengan ringkas. Di sesi tanya-jawab, kamu akan diberi kesempatan untuk buktiin lebih lanjut bahwa solusi dan strategi kami tuh kuat.”
Devina melanjutkan, “Kuncinya adalah knowledge. Pahami case dan tuangkan ke presentasi. Ada kelompok yang memadatkan semua materi di slide dan berbicara dengan cepat, sedangkan ada juga yang minim teks tapi penjelasannya pelan dan clear. Ketahui kekuatan kelompok kamu.”
“Kamu juga harus percaya diri, karena itu akan jadi impresi pertama untuk juri,” Gwen menambahkan. “Mau salah atau benar, omongin aja dulu. Own what you’re going to say.”
Fun Fact!
Sebelum hari kompetisi, HSBC Business Case Competition mengadakan coaching clinic di Sampoerna University di mana 15 tim finalis melakukan simulasi studi kasus. Beruntung, para kontestan menerima pelatihan langsung dari Hasnul Suhaimi, mantan CEO PT XL Axiata, yang secara jujur memberikan feedback mengenai performa partisipan lomba.
Usai menyajikan presentasi, Brains on Fire langsung diterjang dengan kata-kata pedas dari sang ahli. Pak Hasnul menyatakan bahwa walaupun memiliki speaking skill tinggi dengan Bahasa Inggris yang mumpuni, mereka gagal mengidentifikasi key issue serta memberikan solusi terhadap kasus. Menelan pil pahit dengan anggun, Brains on Fire jadikan “tamparan” tersebut sebagai turning point di hari kompetisi sesungguhnya.
“Berkat Pak Hasnul, kami sadar bahwa latihan kami belum sempurna,” ungkap Gwen. “Di babak penyisihan, ia merupakan salah satu juri. Kami berterima kasih padanya dan tunjukin bahwa kami implementasikan feedback yang ia kasih ke dalam case. Seneng banget bisa raih juara setelah dianggap sebagai bottom level team!”
Lahir Dari Ekosistem Prasmul
Dengan mindset AMICA (Analytical Thinking, Maturity, Interpersonal Relationship, Communication, and Achievement), keempat pemenang tersebut mengaku bahwa keserasian yang mereka miliki adalah berkat lingkungan Prasmul yang penuh dengan mahasiswa high-achievers. Selain itu, mereka juga merasakan bimbingan tiada henti dari para Faculty Member. Gwen dan Devina, yang belum lama meraih Juara II dalam kompetisi L’Oreal Brainstorm 2019, menyuarakan apresiasi mereka.
“Kami nggak tahu bentuk pelatihan Faculty Member di Prasmul seperti apa, tapi mereka memiliki jiwa membantu banget,” tutur Devina. “Saat kompetisi L’Oreal, kami sebagai mahasiswa School of Business and Economics pun dapat bimbingan dari Faculty Member School of Applied STEM. Mereka bantu kami sepanjang kompetisi, bahkan hadir dari awal sampai akhir.”
Michelle menyetujui hal tersebut dan menambahkan bahwa Prasmul tidak setengah-setengah mendukung mahasiswa yang ingin berkompetisi. Secara 100%, Prasmul memberikan fasilitas untuk berlatih, bimbingan Faculty Member, dan menanggung seluruh biaya kompetisi.
“Mahasiswa hanya perlu niat dan bergerak. Sisanya, Prasmul akan menanggung dengan fasilitas yang sudah ada,” urai Michelle.
Next Stop: Hong Kong!
Walaupun sudah beberapa kali mengikuti dan memenangkan kompetisi, empat Prasmulyan ini mengaku bahwa rasa tegang akan selalu menyelimuti mereka. Terutama melangkah ke dunia internasional, mereka akan menghadapi arena baru yang membutuhkan skill set berbeda.
“It’s different every time,” tutur Devina. “Kompetitornya, case-nya, semuanya baru. Kami cuma bisa bawa apa yang kami punya, and do the best we can.”
Walaupun masih satu bulan lagi, Brains on Fire sudah mulai mempersiapkan diri ke pemberhentian berikutnya di Hong Kong. Sebagai perwakilan ketiga dari Prasmul dalam HSBC Business Case Competition tingkat Asia-Pasifik, mereka terbangunkan oleh tanggung jawab yang dibebankan pada mereka. Maka dari itu, keempatnya berencana untuk mengerjakan studi kasus dua kali seminggu sembari menerima coaching dari Prasmul serta Pak Hasnul.
“We are so excited!” seru Gwen. “Kami berusaha untuk nggak merasakan tekanan. Tapi kami tetapkan goal, setidaknya kami bisa kasih improvement dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.”
Well, sukses untuk Gwen, Vidya, Devina, dan Michelle dalam ekspedisi kalian menuju Pearl of the Orient. Pesona solidaritas dan kecemerlangan kalian pasti akan menginspirasi Prasmulyan lainnya untuk turut mengejar prestasi setinggi-tingginya. Good luck!
Add comment