Sejak beberapa tahun yang lalu, profesi aktuaris menjadi sorotan karena dinilai penting untuk perusahaan, terutama perusahaan asuransi. Profesi ini pun menarik perhatian Angga Pratama Sitorus dan berawal darisitu, ia bermain dengan angka. Namun, seiring berjalannya waktu, keuanganlah yang menjadi jati dirinya. Semakin ia mempelajari tentang finance, semakin penasaran ia dibuatnya. Ia jadi sadar bahwa kemampuan komunikasi yang baik juga dibutuhkan divisinya.
Mimpi Lama yang Terkubur
Jauh sebelum memilih jurusan kuliah, Angga sudah tertarik dengan finance. Akan tetapi, keinginannya tersebut harus ditunda karena saran dari orang tua untuk mengambil jurusan matematika. Ia pun mengiyakan nasihat tersebut dan beruntung bisa menemukan peluang baru di industri asuransi, yaitu sebagai aktuaris. “Pada saat itu, memang ada ketertarikan terhadap premi asuransi karena dulu setiap perusahaan wajib punya staf untuk menghitung pensiun, aturannya masih harus dilakukan setiap perusahaan secara mandiri,” ungkap Angga.
Seiring berjalan waktu, pria lulusan Universitas Indonesia ini mengetahui minatnya di bidang statistik dan komputasi, yang mengarah ke bahasa pemrograman dengan ilmu statistik dasar. Menjalani prosesnya, ia juga sempat mencoba magang sebagai Product Development and Pricing di BNI Life untuk meyakinkan apakah ia akan membangun karier sebagai aktuaris atau tidak, “Sebelum lulus sempat magang juga di bidang aktuaria, tapi rasanya kurang cocok ya.”
Akhirnya, ia sudah memantapkan hati untuk kembali ke bidang keuangan. Tekad tersebut ia realisasikan dengan fokus mendaftar sebagai financial analyst ketika melamar pekerjaan. Hasilnya, ia berhasil terpilih menjadi Junior Financial Analyst di NWP Property.
Hidup Rasanya Stagnan
Empat tahun sudah ia lalu sebagai analis keuangan. Angga merasa perlu menambah ilmu baru, “Basically, finance bukan hanya sekadar menghitung tapi juga harus manage, gimana kita bisa lihat bisnis dari gambaran besar, dari sudut pandang lain, lalu bagaimana hubungannya dengan HR, operasional, dan fungsi lainnya.” Maka dari itu, ia memutuskan untuk kembali menempuh studi.
Pilihannya jatuh kepada MM Business Management. Prasetiya Mulya dipilihnya lantaran terkenal dengan jiwa entrepreneurship yang tinggi, “Setidaknya, di Prasmul itu business perspective-nya lebih kaya dibanding yang lain, banyak praktisi disana.” Harapannya, setelah lulus ia memperoleh pemahaman bisnis yang lebih holistik.
Sebagai angkatan yang menjalani perkuliahan selama covid, Financial Managerial Analyst di PT Indo Tambangraya Megah, Tbk ini terpaksa mengikuti kelas daring. Berdasarkan pengalaman tersebut, keterbatasan interaksi jadi masalah utama. Untungnya, lewat berbagai tugas kelompok, ia jadi belajar lebih tentang people management, time management, dan teamwork. “Dalam kerja kelompok, meskipun kita sudah membagi tugas, tapi bukan berarti bisa langsung lepas kalau sudah selesai, harus ikut kontrol juga karena pada akhirnya hasilnya dinikmati bersama. Jadi, bantu yang lain itu bukan karena ingin rebut apresiasi, tapi untuk kepentingan bersama,” Angga bercerita.
Upaya lain yang dilakukan Angga untuk meningkatkan value diri adalah dengan mengambil sertifikasi. Sebanyak tiga sertifikasi sudah berhasil dikumpulkan, meliputi Certified Risk Management Officer (CRMO) dari Lembaga Sertifikasi Profesi Manajemen Risiko, Accounting Fundamentals dari Corporate Finance Institute, dan Reading Financial Statement dari lembaga yang sama.
Ketika ditanya alasanya, ia menjawab hanya untuk menambah pengetahuan. Tak disangka, koleksi sertifikat yang dimilikinya justru membuatnya tampil unggul dibanding seniornya, “Ada sebuah pengalaman, pada saat itu tim saya bertugas bikin annual budget, jadi banyak kaitannya dengan risiko, karena saya sudah ambil sertifikasi, saya jadi tahu lebih dahulu dibanding yang lain.”
Hafal dari Hulu ke Hilir
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, Angga sepakat bahwa seorang finanical analyst wajib hukumnya untuk memahami business process dari hulu ke hilir. “Finance itu berkaitan sama semua hal karena ujung-ujungnya semua muncul di laporan keuangan, seperti kita di hilirnya, jadi mau nggak mau kita harus tahu prosesnya dari hulu, biaya apa aja yang mempengaruhi kondisi perusahaan dan skenario-skenario lainya,” Angga memperjelas.
Meskipun menjadi tantangan sekaligus pelajaran baru, pria yang hobi membaca buku investasi ini tak merasa keberatan. Tujuannya adalah untuk menjaga performance keuangan perusahaan.
Di sisi lain, ada budget control yang juga menjadi tanggung jawab. Ia bersama tim harus membuat proyeksi yang tidak meleset dari aktualisasi. Ini juga biasa dijadikan sebagai tolak ukur yang membantu perusahaan mencapai nilai maksimal.
Lalu, bagaimana bisa sudah memahami proses kerja suatu industri? Poin berikutnya adalah tentang komunikasi. Kemampuan ini dibutuhkan untuk dapat menyampaikan kondisi keuangan perusahaan ke divisi lain, “Sebagai business partner untuk fungsi lain, kita harus bisa komunikasikan kondisi perusahaan dan kemudian bertanya action plan apa yang bisa mereka lakukan untuk membantu perusahaan secara financial.” Hal ini juga berlaku sebaliknya, divisi keuangan memerlukan informasi dari berbagai fungsi untuk dapat mengecek keuangan secara tepat.
memang tidak mudah utk menjadi seorang analis