Data terbaru BPS per Februari 2020 menyatakan tingkat pengangguran Indonesia mencapai angka 6,88 juta. Mirisnya, pengangguran terbuka masih didominasi oleh lulusan SMK yang memberi kontribusi sebesar 8,49%.
Berangkat dari fenomena tersebut, Pusat Pengembangan Usaha Kecil (PPUK) Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya menunjukkan kontribusi dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran SMK, melalui Program Peningkatan Kapabilitas Manajerial Kepala SMK Berbasis Industri, program kerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kepala Sekolah, Ujung Tombak SMK
Layaknya CEO yang ketika menjalankan usahanya dituntut untuk mampu mengambil keputusan vital dan mengatur keseluruhan operasional perusahaan, demikian pula peran krusial seorang kepala sekolah. Tak hanya menjalankan tanggung jawab sebagai penyalur ilmu, kepala sekolah dihadapkan pada peran manajerial, yakni sebagai motivator, inovator, serta controller bagi jalannya pendidikan SMK.
“Ibarat ujung tombak pendidikan SMK, kepala sekolah bertugas memformulasikan tujuannya, menggerakkan roda di bawahnya, serta menjadi model bagi sekolahnya kepada pihak luar. Dengan demikian, mereka dituntut kreatif dan proaktif mengikuti dinamika industri agar dapat menyelaraskan hasil lulusannya dengan kebutuhan industri.” jelas Danang Yudha P., MM, selaku Manajer PPUK SBE Universitas Prasetiya Mulya.
Perjalanan Membentuk Perspektif Seorang CEO
Diadakan sejak 5 Oktober 2020 lalu, program komprehensif selama 3 bulan ini telah membimbing 90 Kepala SMK di seluruh Indonesia. Alur program dimulai dengan pembelajaran online, di mana Kepala SMK memperoleh bimbingan dari fasilitator selama hampir setiap hari. Pak Danang menyatakan, “Kami sudah memberikan beberapa materi untuk persiapan dan penyelarasan, seputar leadership, inovasi, pemikiran sistematis, hingga pengelolaan SDM.”
Tak hanya pendampingan online dan berbagai kegiatan lainnya, para Kepala SMK turut diajak menjalankan outbound virtual sebagai upaya memberikan perspektif baru dan melatih pemikiran kritis. “Di kelas, sempat saya memberikan case yang out of the box, seperti mengenai bencana alam, dan mengajak mereka memikirkan di mana saja inovasi dapat dilakukan,” pungkas Pak Danang. “Awalnya mereka bertanya, ‘mengapa case tersebut?’. Namun lama kelamaan, mereka tertarik dan setiap pertemuan selalu menanyakan, ‘case apa lagi hari ini?.”
Melalui tangkapan layar, tampak bahwa benar, antusiasme para Kepala SMK tak dapat dibendung. Melalui pemanfaatan teknologi maksimal seperti virtual conference hingga jamboard, para Kepala SMK tersebut diajak meramalkan kondisi industri serta gambaran SMK di masa depan.
Melalui kegiatan ini, saya akan bersinergi dengan rekan sekerja untuk me-manage SMK Negeri 1 Manado ibarat perusahaan. Mimpi saya, SMKN 1 akan menghasilkan lulusan yang berbudaya industri sehingga diterima di IDUKA, bahkan menjadi wirausahawan yang berhasil.
Drs. Jenner Rein Rumerung, Kepala SMK Negeri 1 Manado.
Tak sekadar melibatkan Kepala SMK dalam pelatihan, gagasan mengurangi gap antara SMK dan industri turut dibahas melalui ajang CEO Meet CEO.
“Disinilah serunya, dimana kebutuhan dapat diselaraskan dari hati ke hati, dengan titik balik adalah ketika Kepala SMK yang selama ini masih menggunakan cara pikir sendiri, sekarang dihadapkan pada pola pikir industri,” ungkap Pak Danang.
Ilmu Baru, Tantangan Baru
Setelah berlatih hingga berkomunikasi langsung dengan industri, akan tiba puncaknya, di mana Kepala SMK menemukan akar permasalahan dari kurangnya penyerapan tenaga kerja. Dari sini, mereka berpikir bagaimana menggerakkan SMK untuk bertahan dalam segala kondisi, serta menghasilkan lulusan yang mampu diserap industri.
“Insight yang ada diproyeksikan mampu menghasilkan setidaknya 1 terobosan baru dari para Kepala SMK. Tujuan utamanya adalah penyelarasan dengan dunia industri. PPUK sebagai pelaksana desiminasi ilmu pengetahuan ke masyarakat akan melakukan follow up berupa pendampingan, sebagaimana style Prasmul untuk terus mendampingi, baik offline maupun online,” pungkas Pak Danang.
Mengakhiri pembicaraannya, Pak Danang menyampaikan, “Dengan jelas kita melihat gap antara lulusan SMK dengan dunia usaha dan industri. Harapannya melalui program ini, gap tersebut bisa mengecil, bahkan tidak ada. Lulusan SMK yang jago secara teknis hanya perlu mengasah ilmu yang sifatnya suportif, sehingga entah nantinya masuk ke industri maupun berwirausaha, sudah tidak ada lagi isu, terutama seputar pasar tenaga kerja Indonesia.”
Add comment