Berada di era industri 4.0 membuka kesempatan besar bagi bangsa kita untuk bertumbuh, bahkan melonjak dalam sektor ekonominya. Pada tahun 2019, sejumlah 265 juta jiwa masyarakat Indonesia dianggap sebagai pendukung utama, terlebih ketika melihat angka bonus demografi pada tahun 2030. Sebanyak 130 juta jiwa penduduk dengan usia produktif diproyeksikan akan menjadi pelaku-pelaku baru dalam dunia bisnis dan digital.
Airlangga Hartanto selaku Menteri Perindustrian meyakini bahwa perkembangan ekonomi Indonesia mengambil peran penting dalam mendorong kemajuan ekonomi dunia. Ia menyebutkan bahwa 2,5% pertumbuhan ekonomi global dipengaruhi oleh pergerakan di Indonesia. Industri tidak lagi terpaku pada model dan proses bisnis lama, tetapi sudah beralih serta berbasis digital. Seperti yang terlihat saat ini, Indonesia merumahkan empat dari tujuh perusahaan startup terbesar di ASEAN, yaitu Tokopedia, Traveloka, Gojek dan Bukalapak.
Dengan pengaruh signifikan tersebut, pemerintah secara nyata menyiapkan wadah bagi generasi muda untuk berkarya di dunia bisnis. Salah satunya melalui Kementerian Perindustrian yang terus memperkuat kompetensi generasi ini dalam hal penguasaan teknologi dan manajemen bisnis.
Manajemen Menjadi Kunci Penting
Menurut Antasari Putra, Staff Direktorat Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian, generasi muda memiliki pemikiran yang sangat kreatif baik untuk pengembangan produk maupun penggunaan digital. Dari sini, akan terjadi interaksi yang baik antara pelaku bisnis dengan konsumen. Namun, kreatifitas ini cenderung tidak sejalan dengan kemampuan manajemen mereka. Ia menyatakan, “Sering kali kami bertemu dengan bisnis yang terkendala di bidang manajemen. Sehingga secara sustainability, (bisnis tersebut) sulit untuk bertahan.”
Dalam Bali Creative Industry Center (BCIC) misalnya, Kemenperin secara intensif memfasilitasi pebisnis muda untuk berkembang. Tidak hanya fasilitas fisik seperti gedung inkubasi, program pendampingan bisnis pun terus dilakukan. Di tahun 2018, sudah ada 20 startup yang akhirnya berhasil lolos seleksi dan menjalankan program inkubasi tersebut.
Tumbuhnya Ekosistem Bisnis
Program unggulan pemerintah ini tentunya tidak berjalan sendiri. Mereka menggandeng banyak pihak terutama praktisi industri dan institusi pendidikan. Senada dengan apa yang terus diusung Universitas Prasetiya Mulya, kolaborasi diyakini sebagai basis pemajuan kewirausahaan.
“Ekosistem bisnis harus dibangun dari berbagai sisi, baik pelaku industri, pemerintah, maupun akademisi,” tutur Isthi Budhi Setiawati selaku Sekretaris S1 Business Economics Prasetiya Mulya. “Melalui Business Venture and Development Institute (BVDI), kami memberikan kontribusi penuh untuk pendampingan inkubator bisnis. Sehingga, para peserta BCIC memperoleh pengetahuan lengkap dari sisi teori bisnis hingga prakteknya.”
Sebagai satu-satunya perguruan tinggi yang bekerja sama dengan BCIC, Antasari menilai bahwa Universitas Prasetiya Mulya memiliki kredibilitas yang unggul di bidang entrepreneurship. Banyaknya bisnis sukses rintisan mahasiswa dan alumnus Prasetiya Mulya merupakan salah satu hal yang membuktikan hal tersebut.
Kolaborasi yang sudah berlangsung selama lebih dari tiga tahun ini konsisten dilakukan dengan evaluasi, perbaikan dan peningkatan di setiap tahapan inkubasi bisnis. “Prasetiya Mulya membantu mulai dari penyusunan kurikulum awal, program talkshow, inkubasi selama dua bulan, hingga proses coaching yang berlangsung selama satu tahun,” jelas Antasari. Harapannya, akan muncul bisnis-bisnis baru ataupun pengembangan skala bisnis yang lebih terarah dan siap bersaing di kancah global.
Sumber data: Kemenperin.go.id
Add comment