By
M. SETIAWAN KUSMULYONO
Dosen S1 Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya
Hiruk pikuk media daring dalam seminggu ini sibuk untuk menulis tentang makanan ringan berisi bihun kriuk dalam kemasan bermerek menggoda. Dengan nama yang “catchy” dan pastinya dengan rasa yang cukup diterima lidah, produk snack ini tidak butuh lama untuk diterima konsumen. Ini terbukti dari penuturan sang pemilik yang mampu menjual hingga 11.000 lebih bungkus dalam kurun waktu kurang dari 5 bulan. Hal itu berarti, produk ini diproduksi hingga 2.500 unit perbulan dan hanya mengandalkan media daring saja. Luar biasa.
Dari perspektif bisnis, merek dan tag-line yang dipergunakan oleh snack BKN ini sungguh menempel di ingatan. Dan bahkan mungkin mampu menjadi top of mind dari para penikmatnya. Kemampuan sang pemilik untuk merangkai singkatan hingga mendesain kemasan yang unik semakin membuktikan bahwa modal utama kesuksesan bisnis ini adalah kreativitas.
“Hmm… Tetapi kenapa ya diburu Polisi dan akhirnya ditangkap?”
“Apa yang salah?”
“Mengapa punya kreativitas, kok malah dibui?”
Inilah yang mungkin menjadi masalah juga bagi para seniman di Indonesia. Seniman yang identik dengan kreativitas luar biasa, terkadang menghadapi kebuntuan aksi ketika hasil karya diprotes, disudutkan, hingga ada yang dibakar. Para wirausaha pun tidak jauh berbeda dengan para seniman, memiliki karakter kreativitas yang sangat kuat, walau dengan dimensi penyajian kreasi yang berbeda.
Tentulah timbul pertanyaan, “apa yang salah dengan kreativitas yang kami miliki?”
Namun, pertanyaan itupun tentunya harus segera ditanggapi dengan penuh kebijaksanaan. Indonesia, adalah negeri berbudaya dengan aroma ketimuran yang khas. Aroma ini diperkuat dengan semangat spiritualitas dan religiusitas yang tidak kalah dominan. Namun, berbeda dengan beberapa negara berbasis kepercayaan lain, Indonesia masih menganut kebhinekaan yang plural. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor suburnya kreativitas di bangsa kita.
Oleh karena itu, sebagai mahasiswa, harus lebih bijak dalam mengelola kreativitas yang dimiliki. Salah satu cara untuk bijak adalah dengan selalu memperhatikan etika dalam menjalankan bisnis yang dimiliki. Etika ini dapat menjadi penyaring bagi kita untuk menjalankan bisnis dengan praktik terbaik dan sesuai dengan penerimaan di masyarakat. Etika ini tidak hanya membantu dalam merumuskan strategi pemasaran, namun juga meliputi proses produksi, pengelolaan keuangan, hingga mengatur pegawai kita.
Jadi, bisnis kita tetap harus dijalankan dengan penuh kreativitas, namun tetaplah berpegang teguh untuk menjalankan etika. Bisnis yang baik bukanlah bisnis fenomenal yang dibicarakan jutaan orang kemudian hilang ditelan bumi. Bisnis yang baik adalah bisnis yang kreatif, terus tumbuh, dan seluruh pemangku kepentingan memperoleh manfaat dari apa yang kita buat. Jadilah seorang Prasmulyan kreatif yang beretika. Rahmat Tuhan mengiring langkahmu.
Add comment