BSD, Tangerang – Monster Are Created By Other Monsters (MACBOM) adalah sebuah gerakan sosial oleh sekelompok mahasiswa S1 Event Universitas Prasetiya Mulya yang mengangkat isu street harassment terhadap perempuan. Menjadi wadah bagi korban dan masyarakat luas, MACBOM bertujuan untuk menghilangkan stigma victim blaming pada penerima pelecehan. Mengajarkan masyarakat mengenai pentingnya mendengarkan tanpa menghakimi, korban pun dapat bercerita tanpa rasa takut dan tanpa didiskriminasi.
Berlangsung di Taman Perdamaian, BSD, yang disulap menjadi tempat edukasi dengan dekorasi indah nan warna-warni, MACBOM seri ke-4 ini sengaja diadakan tanggal 1 Desember 2018 dalam rangka mengingat hari AIDS sedunia. Kali ini, MACBOM mengangkat tema yang berangkat dari cerita rakyat asal Indonesia, Kuntilanak. Kisah Kuntilanak yang juga mengusung sexual harassment diharapkan bisa memberikan contoh familier agar pesan MACBOM dapat ditangkap dan diingat oleh khalayak ramai.
Sembari pengunjung bersantai dengan bean bag yang ditebarkan di area taman dan menikmati suguhan makanan, acara dibuka dengan sambutan oleh Ibu Peni Zulandari, perwakilan S1 Event Universitas Prasetiya Mulya, lalu dilanjutkan oleh Jo, perwakilan Tangsel Creative Fondation. Setelah itu, Tangsel BMX mencuri panggung dengan aksi terampil dasyat menggunakan sepeda dan lahan mereka yang tak jarang buat penonton diam membisu. Pertunjukan yang ditampilkan oleh laki-laki berumur 12-26 tahun ini memberikan pesan keberanian dan penolakan terhadap sexual harassment serta victim-blaming.
Acara dilanjutkan oleh sekumpulan wanita dengan pakaian hijau khas Betawi yang berlenggok dengan tarian Kembang Batavia. Hempasan kipas dan lagu yang menggelegar buat orang-orang sekitar duduk manis menikmati penampilan yang memproyeksikan wanita sebagai anggun, cantik, mempesona, dan pintar. Namun bukan hanya lembut, wanita pun mampu turun tangan dan membela dirinya dengan berani dan tanpa keraguan.
Usai tarian Kembang Batavia, Teater Sore naik ke atas panggung untuk menampilkan HAWA, sebuah pentas drama yang menceritakan tentang bahayanya pergaulan bebas, pelecehan seksual, dan penyalahgunaan narkoba. Penjiwaan karakter dan dialog pementasan yang sungguh menohok memaku mata penonton pada panggung di depan mereka.
Acara malam itu ditutup dengan alunan musikalisasi puisi yang syahdu berjudul Layung dan Siapa Engkau oleh Emperan Pamulang. Menyanyikan lebih dari sekadar isi hati masyarakat, alunan Emperan Pamulang yang diiringi dengan visualisasi tari kontemporer seakan membuat puisi semakin hidup. Penonton di depan dan belakang panggung pun menganga penuh kekaguman.
MACBOM tidak akan terlaksana secantik malam Minggu kemarin tanpa dukungan dari S1 Event Universitas Prasetiya Mulya. Diusung oleh sekelompok mahasiswa, terdapat dosen-dosen yang senantiasa memberi arahan dan saran demi kelangsungan indahnya acara sosial-edukasi ini. Selain itu, MACBOM juga didukung oleh komunitas-komunitas terkait yang tidak ada lelahnya dalam berlatih demi kesempurnaan acara ini. Media pun turut mengambil peran dalam publikasi dan ramainya acara, serta tersampaikannya pesan dari MACBOM.
Sebelum undur diri, MACBOM berharap pengunjung maupun penikmat sosial media dapat memetik makna dari pengadaan kegiatan ini. Kami sungguh berharap untuk bertemu kalian lagi, dengan berkurangnya isu sexual harassment dan victim blaming. Kami percaya semua perubahan besar dimulai dengan langkah kecil. Semua perubahan dimulai dari diri kita sendiri. (editor: SDD)
—
Teks: Zahra Yasmin (S1 Event 2016)
Dokumentasi: Jeremy Nicola (S1 Event 2016)
Add comment