Indeks Prestasi Kumulatif atau dikenal dengan IPK adalah salah satu tolak ukur performa mahasiswa selama mengenyam bangku perkuliahan. Dilansir dari Wikipedia, IPK adalah penghitungan indeks prestasi mahasiswa dengan menggabungkan semua mata kuliah yang telah ditempuh sampai suatu semester tertentu. Sederhananya, besar kecilnya angka IPK kamu ditentukan dari akumulasi nilai yang ditempuh selama kamu kuliah.
IPK oh IPK. Banyak yang mendewakannya, namun tidak sedikit yang menganggapnya sebagai momok menakutkan. Berbicara mengenai IPK, kultur Prasmul yang dikenal kompetitif membuat mahasiwa harus memiliki semangat belajar dan daya juang yang tinggi dalam meraih IPK yang bisa dibanggakan. Masalahnya, seberapa penting sih tingginya angka IPK bagi hidup Prasmulyan? Ceritaprasmul telah menghimpun 5 narasumber yang akan mewakili suara Mahasiswa Prasetiya Mulya.
Edward Salim Buwono – S1 Finance 2015
“Tergantung mindset masing-masing sih. Mindset saya sih selama kamu bisa mencapai hal yang terbaik, kenapa nggak? Kalo bisa dapat IPK tertinggi kenapa nggak? Dibalik sebuah IPK itu sendiri, bicara penting atau nggak sih, ya penting. Coba misalkan kamu di posisi perusahaan, mau cari karyawan IPK tinggi apa rendah? Kalo ada pilihan IPK tinggi ya pasti pilih IPK tinggi kan. Tapi yang paling penting diseimbangkan aja antara IPK sama pengalaman organisasinya. IPK bagus, pengalaman organisasi juga banyak. Jangan terlalu timpang.”
Alvita Yuniar – S1 Branding 2015
“Bagiku IPK tinggi cukup penting, karena IPK itu bentuk tertulis dari hasil kerja keras dan bentuk pertanggungjawaban kita sebagai mahasiswa dalam menjalankan perkuliahan. Tapi IPK yang tinggi saja tentu belum cukup, harus diimbangi dengan adaptasi sosial. Untungnya Prasmul benar — benar mendidik mahasiswa untuk balance di kedua aspek tersebut.”
Zahra Yasmin – S1 Event 2016
“Penting, cuma ga boleh bikin kita lupa kalo pada akhirnya bukan cuma IPK kita saja yang nantinya ditanyakan, tapi pengalaman dan networking juga menjadi penentu. Jadi, selain IPK kita harus mencukupi, kita juga harus memperluas koneksi & mengasah soft-skills kita.”
Albert Sugiarto – S1 Business 2013
“Buat saya sih IPK tinggi sebenarnya bukan menjadi satu-satunya faktor kesuksesan, karena banyak sekali faktor lain yang mempengaruhi kesuksesan seseorang sebut saja karakter, relasi, dan soft skills lainnya.”
Chintya Setiadharma – S1 Accounting 2016
“Menurut aku, IPK tinggi itu penting karena tidak menampik bahwa mayoritas perusahaan memandang IPK sebagai tolok ukur yang cukup penting. Kalau akademiknya sudah baik, maka harus diimbangi dengan non-akademik yang oke, supaya saling menopang.”
Secara keseluruhan, kelima Prasmulyan setuju bahwa memperjuangkan titel Cum Laude adalah sesuatu yang masih penting di benak mahasiswa. IPK merupakan cerminan tanggung jawab mahasiswa terhadap ilmu yang ditransfer para dosen, tolak ukur pemahaman mahasiswa terhadap studinya serta gerbang awal yang baik dalam mencari kerja. Namun, semua sepakat bahwa kemampuan mahasiswa dalam berorganisasi dan bergaul juga ga kalah penting dengan kemampuan akademik. Ibaratnya, jangan jadi mahasiswa kupu – kupu atau “kuliah pulang” kalau mau berkembang. Gunakanlah masa – masa kuliah sebagai simulasi dalam mempersiapkan kehidupan setelah lulus. Ekspansi relasi dan skill kalian melalui kegiatan organisasi maupun prestasi dalam lomba.
Beruntungnya, sinergi kegiatan akademik dan non akademik secara seimbang yang menjadi budaya di Prasmul sangat melatih mahasiswa dalam menyelaraskan kedua aspek tersebut. Sebut saja peraih titel Cum Laude tahun lalu yaitu Clarine Pranata (S1 Finance 2012), Ia berhasil lulus dengan IPK 3.99 dan tak luput menoreh prestasi non akademik, seperti Global Team Winner dan May Bank Go Ahead Challenge 2015. Berada dalam lingkungan yang memicu semangat belajar adalah suatu berkah tersendiri loh guys, tetap semangat berprestasi akademik dan non akademik ya Prasmulyan!. (CV)
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_prestasi
Add comment