Perwakilan dari Pusat Pengembangan Profesi Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Rina Adiastuti, M.Si., pernah menyampaikan bahwa hingga April 2023, Indonesia hanya mampu memenuhi 51% dari kebutuhan aktuaris. Artinya, profesi ini memiliki peluang besar di masa mendatang. Oleh karena itu, Michael Norbert pun tertarik untuk mengisi 49% kursi kosong. Lalu, bagaimana persiapannya?
Curi Start Itu Halal Kok!
“Sejak semester 1, dosen aku udah encourage buat ambil ujian secepatnya kalau emang mau jadi aktuaris.”
Sebuah nasihat sekaligus semangat yang selalu tertanam di benak Michael sejak awal perkuliahan. Ia pun langsung tertantang untuk menyusun tangga kariernya. Beruntung, Prasmul juga melatih setiap mahasiswa untuk membangun 5-years-plan dengan harapan mahasiswa mengetahui tujuan perkuliahan dan karier seperti apa yang ingin dijalani.
Meski sempat terhalang pandemi, lelaki berusia 22 tahun itu berhasil memperoleh sertifikasi pertamanya saat semester 4. “Aku mulai coba-coba ambil ujian pas semester 4, targetnya bisa punya 4-5 sertifikasi pas lulus,” pungkasnya.
Menurut Michael, langkah untuk mulai menyicil koleksi sertifikasi semasa kuliah itu strategi yang lumrah dilakukan. Selain bisa mempercepat pertumbuhan karier saat lulus dan meningkatkan kredibilitas, biayanya pun jauh lebih terjangkau, hingga empat kali lipat.
Belajar Jadi Lebih Mudah Berkat Kurikulum Prasmul
Ketika berbagi tentang pengalamannya dalam mempersiapkan ujian, Actuarial Pricing intern di PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia itu mengakui bahwa sebagian besar materi yang diujikan sudah diperoleh di kampus. Alhasil, proses pembelajaran jadi sangat terbantu, “Mata kuliah yang disediakan sudah sangat lengkap kita untuk mempersiapkan ujian, jadi nggak perlu repot-repot belajar dari nol, kalaupun belum dipelajari, bisa akses berbagai modul juga.”
Tak berhenti sampai disitu, ia juga mendapatkan informasi bahwa Prasmul senantiasa memfasilitasi para mahasiswanya untuk berkarier sebagai aktuaris. “Aku dengar, katanya akan ada penyesuaian buat angkatan selanjutnya, kurikulum yang lebih pas untuk persiapan ujian PAI (ujian dari Indonesia) dan SOA (ujian dari Amerika),” Michael bercerita.
Disamping itu, Michael juga selalu membuat study plan untuk membantunya tetap keep on track. Salah satu yang harus diperhitungkan adalah pembagian waktu antara kuliah, kesibukan lain, dan persiapan ujian. Bisa dibilang ini jadi tantangan tersendiri untuknya. Biasanya, ia membutuhkan waktu sekitar 1.5 bulan untuk satu mata ujian. Di sisi lain, finansial juga menjadi poin yang dipertimbangkan, “Sejak Covid, aku nggak dapat uang jajan, sedangkan ujian butuh keluar uang, jadi aku coba cari penghasilan dan salah satunya dengan menjadi tutor.”
Matematika Juga Butuh Dipahami
Rahasia terakhir yang dibagikan oleh Michael adalah untuk memahami masalah, bukan sekadar menghafal rumus. Baginya, matematika merupakan mata pelajaran yang melatih kemampuan problem-solving. Menariknya, ia seringkali mengaitkan peristiwa sehari-hari dengan matematika, “Misalnya dari integral kita tahu untuk menaikkan suatu fungsi, perlu ada batasan, anggapannya, fungsi itu hidup kita dan batasan itu goals. Jadi, untuk mencapai dream life, kita harus menentukan target kita.”
“Matematika itu melatih problem-solving dan solusi dari masalah itu nggak bisa dihafal, harus dipahami supaya bisa diselesaikan.”
Prinsip tersebut terus ia terapkan ketika membaca pola soal-soal pada tahun sebelumnya. Ketika sudah menguasai teknik penyelesaian masalahnya, Michael pun lebih siap untuk menghadapi berbagai tipe soal.
Semoga kamu yang sedang mengalami kesulitan di pelajaran matematika bisa menemukan keindahannya ya!
Add comment