Mana yang lebih penting bagi perusahaan, strategi atau SDM?
Terdapat argumen yang menyatakan bahwa strategi lebih penting. Tanpanya, perusahaan akan kehilangan tujuan dan efisiensi hingga berujung pada kerugian secara materi. Namun bagi Morizio Runtuwene, justru SDM lah yang memegang peranan penting bagi kesuksesan perusahaan.
“Memang benar people follow the strategy. Akan tetapi, strategi yang baik tidak akan tercipta tanpa ada SDM berkompetensi tinggi di belakangnya,” ungkap Director of Human Resource, Mandarin Oriental Hotel Group ini.
Developing Human Across Industries
Passion Morizio dalam mengembangkan kapabilitas individu telah membara sejak lama. Di masa perkuliahannya, ia sering menjadi mentor di berbagai organisasi kampus untuk berbagi pengetahuan yang dimilikinya. “Kalau kita membantu pengembangan kapabilitas seseorang, ini sama saja memberikan dampak positif yang meluas,” ujarnya. “Tidak sebatas bagi individu, dampak positifnya akan terasa bagi keluarga, lingkungan, serta organisasi yang ia tempati.”
Tak sekadar mengembangkan orang lain, Morizio juga selalu berusaha untuk memperkaya kapabilitas dan pengetahuannya seiring waktu. Berbekal kerangka berpikir dasar yang ia miliki, Morizio menantang diri untuk terjun mengurusi manajemen SDM di berbagai industri. Sejauh ini, ia telah mengantongi pengetahuan dan pengalaman dalam industri perkebunan (Vasham), penerbangan (PT. Indonesia AirAsia), tempat wisata (Taman Safari Indonesia), serta perhotelan (Mandarin Oriental Hotel Group).
Dasar manajemen HR yang sangat fleksibel dan adaptif untuk diaplikasikan di berbagai industri memungkinkannya terjun dalam berbagai industri. Morizio bercerita, “Intinya adalah kita harus tahu key performance indicator-nya, siapa key people-nya, dan setelah itu baru kita bisa tentukan kompetensi individu apa yang dibutuhkan untuk mencapainya.”
Terlepas dari fleksibilitas yang ditawarkan ilmu manajemen SDM, lulusan Hukum Bisnis dan Ekonomi ini tak menampik bahwa tantangannya pun tak kalah berat. Sebab, untuk mengelola HR dengan baik, ia harus memahami proses bisnis dari hulu ke hilir; dari pemasaran, operasional, hingga keuangan. “Beruntung saya sempat berkuliah di Prasetiya Mulya yang ibaratnya adalah pressure cooker,” ungkapnya. ”Dalam waktu singkat, saya ditantang memahami keseluruhan proses bisnis ditambah dengan soft skill yang dibutuhkan.”
New Role, New Industry, New Normal
Tahun 2020 membuka tantangan dan kesempatan baru bagi karir lelaki berkaca mata ini. Selang dua bulan setelah diangkat menjadi Director of Human Resource Mandarin Oriental Hotel Group, industri hospitality Indonesia mendadak goyah akibat penyebaran pandemi COVID-19. Dengan dibatasinya kegiatan pariwisata dan perekonomian, okupansi dunia perhotelan pun menurun secara drastis; mengakibatkan berbagai permasalahan dalam pengelolaan operasional dan SDM.
“Saya pun jadi tidak punya waktu banyak untuk beradaptasi dengan kultur perusahaan dan industri baru,” kenang Morizio. “Harus bisa belajar dan putar otak dengan cepat agar bisa meminimalisir dampak negatif COVID-19 terhadap perusahaan, sekaligus berpikir kedepannya kita harus melakukan apa.”
Memang tak ada seorangpun yang mampu memprediksi berapa lama krisis ini akan berlangsung. Sekarang dan di masa depan, akan banyak restrukturisasi yang dramatis di bidang ekonomi dan sosial yang pastinya akan mengubah model bisnis dan sistem operasi perusahaan. Dalam menghadapi “The New Normal” ini, Morizio memimpin timnya untuk menata ulang manajemen SDM dengan melakukan 5 (lima) tahapan: Resolve, Resilience, Return, Reimagination, dan Reform.
- Resolve
Dalam tahapan yang berfokus dalam penyelesaian masalah ini, organisasi harus mampu mengidentifikasi masalah, membuat keputusan, hingga bertindak dengan sangat cepat. “Agar keputusan bisa diambil dengan tepat, kita harus punya data harian yang akurat. Meeting dengan tim pun harus diperbanyak agar kita bisa merespon situasi dengan cepat,” ujar Morizio. - Resilience
Perusahaan harus memiliki pendanaan yang kuat serta pengaturan keuangan yang efisien agar tetap kokoh menghadapi ketidakpastian yang muncul. Ia mengatakan, “Di perhotelan, contohnya, kerja sama dengan perguruan tinggi bisa jadi pilihan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan SDM yang short-term sehingga biaya rekrutmennya tidak terlalu besar.” - Return
Ketika ekonomi sudah dibuka nanti, supply chain perusahaan belum tentu mampu beroperasi seperti sebelumnya. Untuk itu, perusahaan harus mempersiapkan sistem operasional dan SDM-nya agar mampu multitasking dalam memulihkan keadaan finansial perusahaan. - Reimagination
Pandemi ini sudah tentu akan mengubah cara hidup dan perilaku konsumen di masa yang akan datang. Untuk itu perusahaan harus mempelajari ulang dan memodifikasi model bisnisnya agar sesuai dengan “The New Normal” - Reform
Perusahaan harus siap menghadapi regulasi dan kebijakan dari pemerintah yang bisa berubah dari waktu ke waktu.
Add comment