Dengan pengalaman kuliah yang hands-on dan holistis, para alumni Prasmul telah menorehkan nama baik mereka di berbagai macam perusahaan, baik startup maupun korporat. Membuktikan lebih lanjut bahwa seorang Prasmulyan bisa cemerlang di industri mana pun adalah Muhammad Gilang, alumnus S1 Branding 2013 yang merupakan Creative Copywriter di creative agency, ROMP.
Walaupun sudah menangani klien besar seperti Google, Telkomsel, dan Indomie, jabatan tersebut sesungguhnya “mendarat” di pangkuannya tanpa ia rencanakan. Ini adalah success story-nya dalam meniti karier sukses!
“Nyemplung” ke Dunia Copywriting
Setelah menerima gelar Sarjana-nya dari Prasmul pada tahun 2017 silam, Gilang segera apply ke perusahaan-perusahaan, salah satunya adalah MullenLowe Indonesia. Membuka lowongan Management Trainee, agency multinasional tersebut jadi kesempatan bagi Gilang untuk mengenal lebih dekat tentang hubungan agency dengan brand.
“Awalnya, gue berencana kerja di bidang branding,” tuturnya. “Tapi karena penasaran dengan proses kerja agency, akhirnya gue pilih MT. Pekerjaannya di-rolling, jadi gue merasakan hampir semua posisi yang ada di creative agency.”
Tiga jabatan pertamanya, yakni Account Executive, Brand Strategist, dan Corporate Communication Specialist, ia lalui dengan mudah karena menurutnya, semua skill dari Prasmul dapat diterapkan di situ. Namun ketika menjalankan pekerjaannya sebagai copywriter, ia mulai merasakan tantangan. Dengan pengetahuan tulis-menulis yang minim, Gilang langsung dibebankan dengan proyek besar dan tugas menulis script.
“Setelah dicemplungin ke jabatan ini, mental Prasmulyan gue keluar,” ujar alumnus SMAN 105 tersebut. “Ketika dikasih tugas, gue harus bisa tuntasin. Gue nggak takut buat belajar dan mencoba hal baru.”
Pada akhirnya, bukan hanya serunya menulis yang menggaet Gilang pada dunia kreatif, tapi juga kekagumannya terhadap kekuatan kata-kata yang bisa berikan long-lasting impact bagi brand dan konsumen. Setelah bergabung di ROMP dan membangun portoflio selama lebih dari satu tahun, Gilang memiliki beragam hasil kerja yang ia banggakan. Contohnya adalah rancangan kampanye JalaninNiatBaik untuk Indomie yang viral di berbagai platform media, lalu puisi untuk ajang Google for Indonesia yang dibacakan secara live oleh Butet Kertarajasa.
“Usai membacakan puisi, banyak yang berikan standing applause. Itu membanggakan sih, menciptakan sesuatu yang bisa dinikmati semua orang.”
Memori Favorit dari Prasmul
“Walaupun memiliki hasil akhir yang berbeda, dunia creative agency dan entrepreneurship sebenarnya punya banyak persamaan,” kata Gilang. “Dua industri tersebut menuntut kita untuk bisa menghasilkan hal baru in order to grow. DNA-nya sama: produce new ideas.”
Barberspot telah dibuka sejak tahun 2014 silam.
Bukan asal celoteh, pernyataan tersebut dapat divalidasi karena selain bekerja di ROMP, Gilang juga merangkap sebagai wirausahawan. Dicetuskan pada tahun 2014 bersama kakaknya, Adlyn Pangestu Putra (Alumnus S1 Business dan MMR Prasetiya Mulya), Barberspot merupakan tempat pangkas rambut yang sudah memiliki tiga cabang, tersebar di Cibubur dan Jakarta.
“Proses pendiriannya lumayan ribet waktu itu,” kenang Gilang. “Gue masih semester dua, sedangkan kakak gue baru mulai program MM. Sepupu gue yang bertanggung jawab sebagai operational pun juga bekerja full-time. Kita harus bagi waktu bergantian. Gue bolak-balik dari BSD ke Cibubur untuk supervisi bisnis. Untungnya, menjelang semester akhir, Barberspot sudah bisa berjalan secara autopilot.”
“Dari Barberspot, gue bisa menghidupi 18 karyawan yang sudah berkeluarga. Itu kebahagiaan tersendiri buat gue.”
Gilang mengakui, ilmu real-time yang ia dapatkan selama berkuliah sangat aplikatif dalam pembangunan Barberspot. Salah satu memori Prasmul favoritnya adalah ketika Sakti Makki, Co-Founder MakkiMakki Group, hadir sebagai narasumber untuk kegiatan rutin Guest Lecture. Insight dari praktisi tersebut membuka mata Gilang mengenai esensi branding. Bukan sekadar logo dan tagline, branding mencangkup seluruh kegiatan yang dilakukan sebuah bisnis, perusahaan, atau merek, serta reputasi baiknya.
“Dulu gue cuma fokus pada konten sosmed (re: social media),” ungkapnya. “Sejak itu, gue membangun sebuah experience untuk pelanggan Barberspot, mulai dari kenyamanan ruang tunggu hingga customer service. Gue harus memastikan mereka mendapatkan pelayanan yang tidak ada di barbershop lainnya. Ini demi mempertahankan customer loyalty.”
Kreativitas Bukan Cuma tentang Seni
Meskipun waktu kuliahnya harus dibagi dengan bisnis, pengalamannya sebagai Prasmulyan tetap tidak dirugikan. Melalui tukar referensi dengan teman-teman, guest lecture, company visit, dan tugas-tugas, ia menyatakan bahwa Prasmul telah memupuknya dengan rangkaian soft-skills dan mental baja yang sangat berguna ketika ia terjun ke creative agency.
“Pelajaran Prasmul pasti on-point, apalagi dengan sistem kompetisi internal, mahasiswa jadi makin semangat,” Gilang menyampaikan.
“Anak Prasmul itu kompaknya minta ampun. Tapi ketika di dalam kelas, kami saling berkompetisi karena kami mau jadi yang terbaik.”
Menurut Gilang, walaupun bukan sekolah seni, Prasmul secara tidak langsung mengajarkannya tentang kreativitas. Untuk tugas mata kuliah Branding Management, Gilang dan teman seangkatannya diadu untuk menangani sebuah studi kasus dari JungleLand. Meskipun saat itu ia merasa seperti the underdog, ide yang telah ia susun bersama kelompoknya dinyatakan sebagai pemenang dari tugas tersebut.
“Kreatif itu nggak hanya ditunjukkan dari bakat musik atau melukis,” pesan Gilang. “Kreativitas adalah kemampuan menemukan jalan keluar dan solusi yang dibutuhkan seseorang, seperti konsumen atau klien. Anak Prasmul punya keterampilan ini. Jadi, kalau setelah lulus mau masuk creative agency, tentu bisa banget!”
Add comment