“Jika Anda terlibat dalam mega project, tidak berarti itu aman. Proyek ini fragile, karena rentan terlibat seputar masalah politik, lingkungan, dan kompleksitasnya sangat tinggi. Banyak perusahaan besar bangkrut karena mengerjakannya dengan tidak proper.”
Begitulah pernyataan yang disampaikan oleh CEO Medco Power Indonesia, Bapak Eka Satria dalam Guest Lecture bertajuk “Medco Project Excellent Success” pada Selasa (1/12). Melalui kanal Zoom, Pak Eka membagikan pengalamannya menjalankan proyek perusahaan kepada mahasiswa MM Prasetiya Mulya di mata kuliah Strategic Decision Making.
Bigger Projects Don’t Mean Better Projects
“Menjalankan proyek raksasa tidak bisa disamakan dengan menjalankan proyek yang standar,” ujar Pak Eka. Fakta lapangan menyatakan, mega project sangat sensitif, terkait dengan banyak faktor, dan memiliki tantangannya tersendiri.
Untuk itu, terdapat 6 hal yang penting untuk dievaluasi dalam menjalankan mega project.
- Early shaping and target shaping, yaitu seputar identifikasi target dan benefit.
- People and leadership, yakni kuantitas dan kualitas SDM.
- Basic data and front end loading, atau keterpenuhan studi yang mendukung perlu atau tidaknya proyek dijalankan.
- Risk management, yaitu sistem pengendalian resiko beserta langkah mitigasi yang tepat.
- Contracting strategy and management, atau strategi kontrak yang sesuai dengan tujuan proyek.
- Project control and commercial, yakni seputar pengendalian dan peninjauan.
“Keenam hal inilah yang sering menjadi kontribusi utama kegagalan mega project, dan dapat juga dipakai sebagai benchmark,” sebut Pak Eka.
Pastikan Front-End Loading Berjalan Tepat
Pada tahap awal sebuah proyek, yakni appraise, select, dan define, biaya yang muncul hanyalah 5-10% dari total cost. Sedangkan sisanya akan melonjak pada tahap akhir, yakni execute dan operate. Namun, kemampuan influence perusahaan di tahap awal justru besar, karena disitulah banyak keputusan diambil.
Itulah mengapa, Pak Eka menyarankan agar perusahaan lebih banyak menghabiskan waktu pada tahap studi awal, baik seputar engineering study, market study, AMDAL, dan lain sebagainya, “Itulah yang disebut front-end loading, jadi kita load studi di awal, ketika cost tidak seberapa jika dibandingkan dengan total expenditures,” ujar Pak Eka.
Rupanya sistem inilah yang diadaptasi oleh Medco Power Indonesia, dalam sistem pengendalian proyek Medco Project Excellent Processes (MPEP). Tujuan utama MPEP ini adalah menciptakan gate pada setiap tahap, untuk mengevaluasi 3 pilihan keputusan yaitu proyek bagus dan bisa lolos ke tahap selanjutnya; kurang bagus sehingga perlu dihentikan; bagus tapi bahan studinya kurang, sehingga perlu ditinjau kembali.
“Di sini, kami punya checklist apa saja yang harus ada di setiap gate dan kami definisikan dengan kriteria yang SMART,” sebut Pak Eka.
Do The Right Project Right
Sebagai penutup, Pak Eka kembali menekankan bahwa ketika perusahaan merasa sudah ahli menjalankan proyek besarnya, saat itulah terkadang perusahaan bisa tertimpa kegagalan.
“Mega projects itu harus dikerjakan bersama, dan banyak faktor luar yang bisa mengubahnya. Itulah mengapa, perlu ada gate processes dan kedisiplinan. Ketika harus stop, maka stop, agar tidak terjadi kerugian nantinya.”
Setuju dengan pernyataan tersebut, Bapak Ade Febransyah, Ph.D selaku Faculty Member turut menegaskan, “The right project harus dikerjakan dengan right juga. Hal ini sama seperti dalam tahap inovasi product development, terdapat stages dan indikator yang harus dipenuhi.”
Add comment