Cerita Prasmul
Peran Social Entrepreneurship Network dalam Pengembangan Kewirausahaan Sosial di Liverpool (Part 2)

Peran Social Entrepreneurship Network dalam Pengembangan Kewirausahaan Sosial di Liverpool (Part 2)

Liputan UK Social Enterprise & Higher Education Visit November 2016

oleh M. Setiawan Kusmulyono

Dosen S1 Bisnis Universitas Prasetiya Mulya

Jika berbicara Liverpool, maka mungkin fokus sebagai besar orang hanya terpaku kepada 3 hal, Liverpool Football Club, kota pelabuhan terkemuka di penjuru utara Inggris, dan tentunya The Beatles, sang grup musik legendaris. Diluar hal tersebut, banyak orang cenderung mengabaikannya.  Namun, pengalaman hari pertama kami dalam Social Enterprise dan Higher Education Visit 2016 yang diselenggarakan oleh British Council ini mengubah pandangan peserta, terutama saya, mengenai Liverpool sebenarnya.

keliek manchester 2

 

 

 

 

 

 

 

 

Acara  hari pertama dalam rangkaian kegiatan ini dibuka dengan pembukaan oleh Juliet Cornford, perwakilan dari British Council United Kingdom sebagai sang tuan rumah. Penjelasan awal dimulai tentang peran British Council dalam mendukung pengembangan kewirausahaan sosial yang dijelaskan dalam kerangka Global Social Enterprise Progam. Program ini telah berjalan di berbagai belahan dunia dengan berpedoman pada 4 rangkaian prinsip kegiatan yaitu pengembangan kapasitas, pengembangan internasional, sistem pendidikan, dan kebijakan serta hubungan dengan pemerintah. Melalui kerangka GSEP ini diharapkan dapat muncul bibit-bibit baru pengembangan kewirausahaan sosial di berbagai belahan dunia.

 

Penjelasan selanjutnya kemudian disampaikan oleh Rosie Jolly, pemimpin eksekutif pada Liverpool Social Enterprise Network (SEN), sebuah badan yang memiliki perhatian untuk mempromosikan peran kewirausahaan dalam pengembangan dan pertumbuhan wilayah Liverpool. Aktivitas yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan jejaring, keterampilan, maupun kelekatan dari para wirausaha di Liverpool untuk memperkuat potensi ekonomis, keberlanjutan, serta dampak sosial dan lingkungan yang akan dihasilkan oleh bisnis mereka di Liverpool. Peran SEN cukup sentral dalam menjadi penghubung antar wirausaha sosial yang berada di Liverpool. SEN juga memiliki peran untuk melakukan advokasi serta pemberi masukan bagi Liverpool City Council.

 

keliek manchester 2b

 

 

 

 

 

 

 

 

Setelah penjelasan dari Liverpool SEN, yang juga akan menjadi tuan rumah bagi kami selama melakukan kunjungan wirausaha sosial di Liverpool, British Council juga mendatangkan Paul Martin, CEO dari Progressive Lifestyle Solution (PLS). Dengan penuh semangat, Paul menjelaskan peran PLS sebagai salah satu social enterprise yang berada di dalam kerangka Liverpool SEN. Dengan nama perusahaan yang cukup unik, kegiatan bisnis yang dilakukan oleh Paul Martin pun cukup unik juga menurut kami. Mulanya, PLS menjelaskan bahwa salah satu kegiatannya adalah membantu menyediakan akomodasi bagi penduduk Liverpool yang kesulitan mengakses pendanaan rumah. Namun, pelayanan yang diberikan ternyata tidak sampai disitu. Paul dkk di PLS juga memberikan nilai tambah berupa meningkatkan keterampilan dari pengguna layanannya untuk dapat memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Selain itu juga, terdapat banyak kegiatan yang dilakukan untuk mendukung para konsumennya, mulai dari pendidikan, kesehatan, kebugaran, pengelolaan pangan dan lainnya agar para penduduk Liverpool dapat lebih mandiri.

 

Pelajaran yang dapat diperoleh dari aktivitas pertama ini adalah pemahaman bahwa pada kota sepopuler dan sebesar Liverpool, peran kewirausahaan sosial masih sangat dibutuhkan. Isu-isu kota besar seperti tempat tinggal juga menjadi masalah yang cukup serius di kota pelabuhan ini. Isu menarik mengenai dampak mundurnya Inggris Raya dari Organisasi Uni Eropa pun turut mewarnai perubahan iklim ekonomi di Liverpool. Kesempatan kerja menjadi lebih menantang, pendanaan anggaran kota juga lebih ketat karena beberapa dana hibah yang ditarik karena mundurnya Inggris Raya dari Uni Eropa.

 

Pengalaman perdana ini menunjukkan bahwa social enterprise dapat hadir di berbagai belahan dunia, tidak harus dengan negara yang selalu berada di dalam kondisi marjinal. Hal ini tentunya karena semangat dari kewirausahaan sosial salah satunya adalah untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan (addresing inequality). Semoga kunjungan ini dapat memberikan manfaat yang berlimpah bagi para peserta.

Add comment

Translate »