Apa yang terlintas di benakmu saat mendengar kata, “pinjaman online”? Apakah berita-berita negatif dan sosok debt collector nakal? Jika ya, hal tersebut juga dipikirkan Tommy Yuwono, alumnus S1 Business yang mendobrak sistem pinjaman online ilegal, terlebih bagi perkembangan dunia pendidikan Indonesia.
Pintek, Solusi Dana Pendidikan
Fenomena pinjaman online ilegal memang sudah booming di Indonesia. Sejak tahun 2017 saja, sudah ada 1.033 investasi bodong yang dihentikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Inilah salah satu hal yang memicu kegeraman Tommy. Apalagi, mengingat para debitur memiliki kebutuhan ekonomis yang kuat, salah satunya untuk mendanai pendidikan anak dan keluarga.
“Di Indonesia ini, pendanaan buat pendidikan itu masih minim banget, bahkan cenderung nggak ada,” ungkap Tommy. Padahal, melihat populasi masyarakat muda yang besar, Tommy yakin, pendidikan akan menjadi hal yang dibutuhkan untuk masa depan.
“Masalahnya lagi, pendapatan masyarakat juga cenderung rendah ketika berhadapan dengan biaya pendidikan yang mahal,”
Alhasil, Tommy bersama kedua rekannya mendirikan Pintek, startup yang melayani pinjaman dana terpercaya untuk keperluan sekolah, lembaga kursus, hingga universitas. “Kami berpikir, daripada beasiswa, sepertinya Pintek bisa membantu pendanaan pendidikan yang lebih holistik,“ kata Tommy.
Hal tersebut dibuktikan oleh Juara Bisnis Kreatif Prasetiya Mulya 2011 ini. Sejak beroperasi tiga tahun yang lalu, Pintek berhasil menyalurkan dana miliaran rupiah untuk membiayai peserta didik hingga melancarkan kebutuhan operasional sekolah.
“Simpelnya, Pintek memberikan dana pendidikan yang disalurkan langsung ke institusi, atas nama peserta didik. Jadi, peserta didik tinggal belajar, terus melakukan pembayaran kepada Pintek, bisa setelah ataupun selama proses belajar,” terang Tommy. “Pembayarannya bisa dicicil, kok,” sambungnya.
Berhadapan dengan Stigma
Mimpi menjadi seorang full stack javascript semakin terdorong dengan dukungan Pintek, lewat akses keuangan bagi pendidikan non-formal. Terima kasih Pintek!
Bilal, testimoni dari pintek.id
Bagi lulusan SMAK 4 Penabur ini, salah satu tantangan untuk membagikan skema pinjaman online adalah persepsi masyarakat Indonesia, yang masih takut dan malu ketika mendengar kata ‘utang’. Apalagi, dengan banyaknya pemberitaan negatif tentang pinjaman online, masyarakat semakin anti menggunakan.
“Masyarakat kita cenderung takut dengan pinjaman. Tapi kalau pinjamannya untuk beli gadget atau hal konsumtif lain, mereka malah berani,” guyon Tommy. “Padahal di negara-negara maju, leverage untuk pendidikan itu justru yang pasarnya paling besar,” lanjutnya.
Karena itu, Pintek butuh usaha ekstra untuk memasyarakatkan layanan mereka, terutama bagi institusi pendidikan. Dalam dunia pendidikan, pendanaan dari fintech masih merupakan fenomena baru, terlebih di Indonesia.
“Kami sering banget dikira sebagai asuransi pendidikan, padahal bukan. Karena itu, buat sosialisasi, kami lebih berfokus mendekati sekolah dan institusi pendidikan, yang nantinya menjadi jembatan Pintek dan peserta didik,” pungkas Tommy.
Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat inilah, Pintek mengupayakan legalitas dari berbagai pihak, mulai dari OJK hingga Asosiasi Fintech Pendanaan Indonesia (AFPI). Bahkan, kini ia dipercayakan menjadi Deputy Head of Organization Division di AFPI, dan kerap kali diundang sebagai narasumber dalam berbagai workshop dan seminar.
Strategis dan Fleksibel
Sebagai inovasi yang terbilang baru, tantangan operasional maupun finansial sering ditemui Tommy dalam perjalanan mengembangkan Pintek. Untungnya, kesempatan mendalami corporate finance di S1 Business Prasmul telah memperkaya keterampilan bisnisnya, dalam melakukan rekam data secara berkala untuk mengidentifikasi masalah sekaligus menemukan solusi paling ideal.
“Dari praktik membangun macam-macam bisnis di Prasmul, gue juga belajar bagaimana melihat tren dan potensi pasar dengan sikap fleksibel saat menentukan keputusan bisnis,” jelas Tommy. “Selain itu, cara berinteraksi dengan sesama rekan kerja juga sudah dibiasakan selama perkuliahan,” sambungnya.
Dari kehidupan perkuliahan di Prasmul itulah, Tommy juga belajar satu hal yang sangat fundamental,
“Pembelajaran yang bermutu nggak hanya berhenti di dalam angan, tetapi harus mampu diaktualisasikan untuk kebermanfaatan banyak orang.”
Add comment