Apakah kamu gemar mata pelajaran matematika, tapi khawatir tidak bisa menemukan pekerjaan yang menghasilkan? Eits, jangan percaya dulu dengan hal tersebut. Hakikatnya, ada banyak profesi yang berkaitan dengan ilmu matematika, salah satunya adalah aktuaria. Menariknya lagi, selain melibatkan banyak aspek seperti ekonomi, analisis, dan keuangan, seorang aktuaris juga, ehem… bergaji besar! Penasaran? Yuk, cari tahu lebih dalam tentang profesi ini!
Kurangnya SDM di bidang aktuaria jadi salah satu alasan mengapa belum banyak yang memahami pekerjaan ini. “Aktuaria adalah ilmu pengetahuan yang menggunakan matematika untuk mengukur dan memprediksi dampak kerugian finansial akibat suatu kejadian di masa depan,” jelas Ibu Dumaria Rulina Tampupolon, M. Sc, Ph. D, Actuarial Consultant MAIPARK Reinsurance, dalam ajang seminar Actuarial Science Day pada hari Selasa (8/5) lalu di Auditorium William Soeryadjaya, Universitas Prasetiya Mulya.
Ibu Dumaria merupakan satu dari lima pembicara yang hadir dalam talk show tersebut. Narasumber piawai yang turut menyumbangkan ilmu antara lain adalah Rianto A. Djojosugito, FSAI (Ketua Majelis PAI), Ponno Jonatan, FSAI (Aktuaris Ernest and Young), Bima Nitiditrisna (Accounting Supervisor MSIG), dan Kukuh Prio Sembodo, FSAI ( Chief Actuary PT A.J Central Asia Raya). Dihadiri oleh lebih dari 300 peserta dari 18 Sekolah Menengah Atas di Indonesia, seminar ini memberikan wawasan baru mengenai jalur karier yang dapat ditempuh seorang matematikawan.
Bukan Hitung-hitungan Biasa
Jangan khawatir bila kamu belum sepenuhnya paham, karena beberapa pembicara di atas pun mengalami hal yang sama. Pak Kukuh, pria yang memiliki ketertarikan dengan akuntansi, mengaku “nyasar” ke bidang aktuaria setelah gagal memasuki jurusan yang ia inginkan. “Setelah belajar, saya sadar bahwa aktuaria bukan soal menghitung hasil, melainkan menghitung error. Bukan mencari angka 4 dari persoalan ‘2+2’, tapi semua angka di luar jawaban itu. Dari situ saya jadi tertarik banget,” ceritanya.
Pak Bima pun menambahkan bahwa ia mengetahui profesi aktuaris melalui seminar yang serupa dengan Actuarial Science Day. “Saya tidak munafik, yang pertama saya lihat memang dari aspek materiil,” ungkapnya jujur. “Namun setelah jadi aktuaris, saya tidak ada penyesalan. Ini merupakan problem solving, di mana kita membantu perusahaan dari sisi analisis, bukan sisi teknik.”
Memberikan masukan analitis terhadap sudut pandang bisnis merupakan suatu hal yang fun. – Bima Nitiditrisna
Bekerja di perusahaan asuransi, investasi, perbankan, bahkan di kementrian keuangan, seorang aktuaris akan menganalisis sebuah data menggunakan matematika dan teori probability. Yang dicari? Risiko. Kecelakaan, ketidakmampuan membayar utang, bencana alam, dan kematian merupakan beberapa contoh risiko yang memiliki implikasi finansial, baik pada pihak keluarga maupun perusahaan yang terlibat. Maka dari itu, aktuaris bekerja layaknya superhero sekaligus advisor bagi sebuah perusahaan.
Perjalanan Menuju Gelar Aktuaris
Untuk menjadi dokter, lulusan FK harus menjalani tahap koas alias pendidikan profesi. Nah, begitu juga dengan aktuaria. Sebenarnya, proses sertifikasi untuk menjadi aktuaris terjadi di luar kampus melalui organisasi Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI). Para calon aktuaris harus mengikuti himpunan ujian yang bertotal 10 modal.
“Ada dua tipe keanggotaan, yaitu Associate Actuary dan Fellow Actuary,” Pak Rianto menjelaskan. “Syarat untuk menjadi associate adalah lulus tujuh mata pelajaran. Sedangkan untuk menjadi fellow, perlu dilengkapi dengan tiga topik lagi.”
Mata pelajaran Associate Actuary | Mata pelajaran tambahan Fellow Actuary |
1. Matematika Keuangan | 1. Investasi dan Manajemen Aset |
2. Probabilitas dan Statistik | 2. Manajemen Aktuaria |
3. Ekonomi | 3A. Aspek Aktuaria dalam Asuransi Jiwa |
4. Akuntasi | 3B. Aspek Aktuaria dalam Dana Pensiun |
5. Metode Statistika | C. Aspeksuransi Umum |
6. Metode Aktuaria | 3D. Asuransi Kesehatan |
7. Pemodelan dan Teori Risiko |
Empat, lima, tujuh, atau bahkan 10 tahun, diterimanya gelar aktuaris bergantung pada waktu dan kegigihan seseorang. Itulah sebabnya banyak mahasiswa yang mulai mengikuti ujian di PAI saat ia masih berkuliah, atau sembari bekerja untuk industri. Namun segala jerih payah akan terbayarkan karena gelar unik ini dihargai dan dipandang tinggi oleh perusahaan.
Bu Ponno menceritakan, ia meninggalkan profesi akuntan dan bergabung di perusahaan asuransi dengan zero experience. “Umumnya, pegawai baru atau fresh-graduate akan masuk sebagai staff. Tapi saya ditunjuk menjadi assistant manager,” tutur wanita lulusan SMA Negeri 68 Jakarta tersebut. “Tiga tahun kemudian, setelah jadi fellow, saya langsung dipelanting ke posisi Senior Manager.”
Gaji saya naik lumayan banyak dalam waktu yang cukup singkat. – Ponno Jonatan, FSAI
Pak Rianto pun mengimbuhkan, “Walaupun masih mengikuti ujian, seorang calon aktuaris dapat menerima gaji pertama sebanyak Rp5,5 juta. Setelah melewati tahap-tahap dari PAI, angka tersebut pun akan senantiasa meningkat.”
Lapangan Kerja Masih Terbuka Lebar
Meskipun pekerjaan aktuaria sangat seru, unik, dan bergaji besar, Pak Rianto menyayangkan bahwa Indonesia masih kekurangan aktuaris. Bila dihitung, hanya ada 60-70 ribu aktuaris di seluruh dunia. Sedangkan di Nusantara sendiri, hanya terdapat sekitar 500 aktuaris aktif.
Bu Dumaria menerangkan, “Hanya ada ratusan jumlahnya, padahal satu perusahaan biasanya membutuhkan 50 aktuaris. Karena itu, banyak perusahaan yang merekrut dari luar negeri. Sekarang, ada 250 juta jiwa yang di asuransi di Indonesia. Siapa lagi yang mengurus kalau bukan kita?”
Pak Rianto berharap, dengan bertambahnya minat generasi muda dalam profesi aktuaris, akan terpatahkan stigma negatif yang menempel pada matematika. Apakah kalian, para pecinta angka dan rumus, turut termotivasi untuk jadi aktuaris? Tak ada salahnya untuk mulai dari sekarang! (TEKS:*SDD, EDITOR: VIO)
Add comment