Artikel ini telah tayang di Koran Kompas (Minggu, 22 April 2018) dengan judul “Memenuhi Kebutuhan SDM Industri ‘Startup’ Indonesia melalui Program NVI”
Seiring waktu, teknologi startup bergerak semakin cepat. Terhitung sudah ada lebih dari 230 startup di Indonesia, 4 di antaranya sudah berhasil menjadi unicorns yaitu startup dengan nilai investasi lebih dari 1,6 juta dollar AS. Keempat startup unicorn tersebut adalah Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.
Meski makin berkembang, tantangan industri ini untuk semakin establish dengan kokoh masih besar. Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf menyampaikan tiga hal yang masih menjadi tantangan industri ini, yaitu talenta, kebijakan pemerintah, dan permodalan. Unsur-unsur tersebut menjadi kunci penting agar ekosistem sebuah industri dapat berkembang dengan lebih baik. Jika dua masalah utama—talenta dan kebijakan pemerintah— dapat dikelola dengan baik, perusahaan startup akan bisa mendapatkan sumber pendanaan dengan mudah.
Kebutuhan SDM Untuk talenta, Triawan menjelaskan, ”Pendidikan formal bagi startup founder sangat dibutuhkan. Mereka tidak cukup hanya dibekali pengetahuan pemasaran dan keuangan, tapi juga pelatihan yang dibutuhkan oleh seorang entrepreneur, yaitu keuletan, risk taking, dan integritas.”
Managing Director Kejora Ventures Andy Zain menyampaikan tentang kesulitan dalam mencari sumber daya manusia (SDM) yang pas dengan kebutuhan perusahaan rintisan. “Mengembangkan calon wirausaha muda di bidang digital (technopreneur), contohnya, tak hanya membutuhkan dukungan finansial yang kuat. Dukungan pelatihan dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia juga memegang peran yang sangat krusial bagi keberhasilan calon technopreneur muda yang menerjuni bisnis startup.”
Hal senada diungkapkan Dean of School of Business and Economics Universitas Prasetiya Mulya Prof. Agus W Soehadi Ph.D, fenomena yang muncul akhir-akhir ini adalah munculnya beragam bisnis startup yang mulai mengganggu keberadaan bisnis-bisnis yang sudah mapan. “Sayangnya, tidak lebih dari 3 persen bisnis startup yang mampu bertahan dan berkembang. Salah satu faktor utamanya adalah mereka belum dibekali oleh pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam mengelola kompleksitas pertumbuhan bisnis yang cepat,” ungkap Agus.
Hal itu memperlihatkan kebutuhan Indonesia akan lembaga pendidikan yang khusus mempelajari entrepreneurship sangat tinggi. Namun, keberadaannya masih bisa dihitung dengan jari. Padahal demand untuk memiliki SDM yang memahami dunia kewirausahaan secara profesional, khususnya dalam bidang startup sangat tinggi. Menyadari hal ini, Universitas Prasetiya Mulya membuka Program MM New Ventures Innovation.
New Ventures Innovation Graduate Program Director Universitas Prasetiya Mulya Indria Handoko PhD menerangkan, tujuan dari Program MM New Ventures Innovation atau NVI adalah menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan membuat bisnis startup dan mengembangkan bisnisnya secara eksponensial.
“Program NVI menggunakan pendekatan komprehensif atau well-rounded approach, yang merupakan kombinasi dari tiga hal, yaitu akademik dan praktikal atau action-based learning, serta didukung dengan ekosistem entrepreneur,” papar Indria.
MM NVI dirancang untuk menjawab tuntutan dinamika dunia bisnis yang baru, di samping mata kuliah yang dirancang untuk menjawab kebutuhan tersebut juga didukung oleh fasilitas InnovationHub. InnovationHub ditujukan sebagai wadah interaksi dalam ekosistem, seperti peserta MM, Founders Digital Start-Ups, Venture Capitalists, perusahaan-perusahaan pendukung digital startup (IT companies, business coaches, financial institutions), pemerintah, profesional perusahaan, dan komunitas.
Pendekatan praktikal adalah inti dari NVI, yaitu terutama dalam bentuk proyek pembuatan bisnis startup, New Venture Project atau NVP. Setiap mahasiswa akan terlibat secara aktif dalam proses yang terdiri dari 10 tahap, yaitu developing vision, identifying customer, developing revenue model, product development, branding strategy, go-to market strategy, scaling up, preparing legal aspect, hiring team, getting funding.
“Di dalam proses pembuatan NVP, mahasiswa akan mendapat pendampingan secara intensif baik dari akademisi maupun praktisi, antara lain dalam bentuk supervisory, mentoring, dan coaching,” jelas Indria. Di samping itu, mereka juga mendapatkan fasilitas co-working space dan fasilitas lain yang dimiliki oleh Universitas Prasetiya Mulya dan para mitra. (Kompas)
Add comment