Punya Banyak Bisnis, atau Cukup Satu Saja?
by: M. Setiawan Kusmulyono
Faculty Member School of Business and Economics, Universitas Prasetiya Mulya
Sungguh pilihan yang sulit.
Ingin punya banyak bisnis, namun khawatir tidak dapat mengelola.
Akan tetapi, kalau hanya punya satu bisnis saja, sepertinya kurang greget.
Ungkapan di atas mungkin pernah mampir di pikiran teman-teman mahasiswa. Kalau sudah pernah berhasil bikin satu bisnis, tidak mau tunggu lama lagi, langsung deh membuat bisnis yang baru. Sudah jalan bisnis gerobak buburnya, bulan depan sudah siap meluncurkan bisnis kedai kopi keliling.
Apakah salah?
Apakah tidak boleh?
Dalam dunia bisnis mungkin tidak mengenal kata salah, apalagi kata tidak boleh. Bahkan bagi seorang pebisnis, alasan menjalankan sebuah bisnis adalah kebebasan untuk melakukan apa yang kita inginkan, tanpa ada hambatan dari pihak lain. Namun, tentu dalam konteks ingin memperluas bisnis, kita sebagai pebisnis perlu mempertimbangkan kondisi dan situasi, jangan sampai terjebak hanya masalah gengsi.
Faktor pertama tentunya adalah fokus. Kata fokus ini sudah jadi jaminan dari hampir seluruh pebisnis sukses. Tanpa fokus, lama-kelamaan, puzzle usaha yang kita rangkai akan runtuh dengan sendirinya. Fokus ini dapat diperoleh jika teman-teman mahasiswa berkonsentrasi menguasai bekal yang paling penting di bidang bisnis yag sedang dijalani. Hal ini sangat penting, karena nature of business dari setiap bisnis pasti berbeda. Jualan Bubur Ayam Cianjur pastilah beda dengan Bubur Manado, walaupun keduanya sama-sama bubur.
Kunci keberhasilan berikutnya adalah kemampuan mengendalikan. Kemampuan mengendalikan ini tentunya mirip dengan pelayan rumah makan Padang. Dengan keterampilan yang dia punya, 15 piring lauk-daging-sayur-sambal, dapat tersaji di meja dengan sekali antar. Nah, apakah teman-teman mahasiswa sudah punya keterampilan tersebut? Apakah mampu untuk memikirkan 2 anak bayi imut-imut (bisnis-red) beda watak dalam satu waktu yang sama?
Faktor kunci ketiga adalah manajemen waktu. Manajemen waktu ini merupakan kunci dari semua jenis usaha. Dengan hanya 24 jam sehari yang kita miliki, kita harus mampu mengolahnya dengan baik. Hal inilah yang biasanya membedakan antara mahasiswa Prasetiya Mulya dengan mahasiswa lainnya, yaitu kemampuan memanfaatkan 24 jam dalam sehari menjadi hal yang produktif.
Ketiga hal ini merupakan tantangan berat. Namun cukup banyak pebisnis sukses kelas wahid berhasil menaklukannya. Lihat saja perusahaan-perusahaan dengan label grup besar, seperti Para Group, MNC Group, Djaroem Grup, dan lainnya. Grup-grup tersebut memiliki portofolio usaha yang berbeda-beda, mulai dari perbankan, perkebunan, ritel, hingga media.
Jika dirasa bisnis multi-bidang sulit ditembus, maka dapat belajar juga dengan apa yang dilakukan oleh Elon Musk sang pendiri Tesla, Sergey Brin — Larry Page dengan Google, atau Richard Branson dengan Virgin-nya. Mereka berempat memulai dari sesuatu yang kecil, namun dengan mimpi yang megah. Jika satu tahap sudah tercapai, mereka pun lanjut dengan mengembangkan unit bisnis berikutnya. Namun bedanya, unit bisnis baru yang mereka kembangkan masih memiliki lini sebidang dengan apa yang mereka mulai di awal. Tengok saja impian masa depan Elon Musk di blog pribadinya: ingin membuat bus dan truk listrik serta membuat sel solar di atap mobil listrik miliknya.
Jadi, membuat multi bisnis atau jalan hanya dengan satu bisnis saja, semuanya adalah pilihan. Kembali kepada yang menjalankannya. Identifikasi profil risiko terlebih dahulu sebelum memulai lebih jauh. Selain itu, kolaborasi dengan rekan lain yang lebih memiliki kemampuan teknis juga sangat disarankan ketika menjalankan bisnis multi-bidang. Jadi, kesimpulannya, jangan sampai membuat banyak bisnis hanya untuk sekedar gengsi, namun pusing setengah mati. Lebih baik fokus dari kecil namun berkembang hingga raksasa suatu saat nanti. Jangan menjadikan alasan keren dan gengsi ketika memulai bisnis, karena keren dan gengsi akan datang sendiri pada kita suatu saat nanti.
Add comment