Bergabung dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah atau lebih akrab dipanggil OSIS adalah hal yang dibanggakan pada masa SMA. Dengan predikat sebagai anggota pengurus, siswa dapat mengembangkan keterampilannya dan mendapatkan kesempatan-kesempatan menarik. Benefit seperti itulah yang membuat seorang Scott Radaro, tertarik untuk meluangkan waktu di organisasi sekolah. Dari acara Hari Guru ke studi banding, semua sudah Scott Radaro lalui di SMA Negeri 47 sambil mengasah hard dan soft skill-nya. Begitu menginjakkan kaki di Universitas Prasetiya Mulya, Scott juga memiliki rute yang sama, yaitu melibatkan diri di berbagai organisasi dan kepanitiaan seperti PESONA, Social Week, Eureca, Liga Prasmul, Prasmul Gear Up, dan study abroad ke Australia. Yuk, kita lihat kisah perjalanan Scott yang penuh petualangan dan pembelajaran!
New Organization, New Impact
Bagi kebanyakan orang, empat tahun adalah waktu yang lama. Tapi tidak bagi Scott. Agar tidak sia-isa, durasi perkuliahan yang diberikan, Scott gunakan dengan penuh kalkulasi. Ketika memasuki dunia perkuliahan, terkadang tempat paling nyaman adalah jurusan sendiri. Minat untuk mempelajari S1 Hospitality Business membuatnya tertarik untuk menjadikan PESONA sebagai organisasi pertama. “Dapat banyak saran dari kating waktu kenalan untuk join PESONA karena bisa belajar banyak, aku jadi interested karena joining HIMA on the first year adalah hal yang bagus agar bisa join panitia lain-lainnya,” ucap Scott yang menjabat sebagai Research & Development Officer PESONA. Nah, kabar baik tuh bagi teman-teman yang lagi planning mau bergabung di Himpunan Mahasiswa atau HIMA!
Sama seperti mahasiswa baru pada umumnya, Scott terus menemukan cara agar bisa meraih networking yang lebih luas. Diantara banyaknya kesempatan yang bisa Scott coba, Student Board dan Student Activity Club menjadi pilihan Scott. “Saat Prasmul Gear Up, kenal dengan acara-acara di bawah SB atau Student Board dan aku terinspirasi untuk coba. Makanya saat awal sempat coba Liga Prasmul. Panitia itu aku coba dari nggak ada koneksi dan modal percaya diri doang, tau-taunya lolos dan dari situ banyak kenal orang. Jadinya lebih percaya diri untuk join panitia lain di bawah SB,” ungkap Scott selaku CSGO Competition Liga Prasmul 2022.
Tidak hanya kenalan dengan sesama Prasmulyan, tetapi juga dengan mahasiswa baru. Dipercayakan dengan peran Lodestar atau mentor, Scott diberikan tantangan untuk memberikan transisi yang mulus kepada mahasiswa baru Prasmul. Tentunya, pengalaman ini mengasah skill komunikasinya! “Aku juga coba ikut PGU karena pengen bisa kenalan dengan orang-orang baru dan bisa kenalin budaya Prasmul seperti apa. Kita sebagai Lodestar harus mengayomi anak-anak kita. Itu tantangan banget sih,” cerita Scott.
Taking a Leap of Faith
Ngomong-ngomong aktivitas, sebagian besar Scott ikuti dengan modal keberanian. Tapi bukan sembarang, karena harus dipadukan dengan keseriusan untuk menjalaninya. Memasuki tahun ketiga kuliah, Scott mengambil leap of faith terbesarnya, yaitu mendaftarkan diri di IISMA Scholarship. “Kenapa tertarik di Australia karena lingkungannya sangat diverse dan itu adalah salah satu dream country yang belum kesampean saat SMA,” ujar Scott, yang kini sedang menjalankan kuliah di University of Sydney.
“IISMA is one of my ways to learn other things and explore the other side of the world as well as new education types.”
Scott Radaro
Berbeda dari peserta IISMA lainnya, Scott hanya punya waktu kurang dari satu bulan untuk menyelesaikan dokumen pendaftaran. “Sebenarnya baru tau ada program IISMA itu H-1 bulan pendaftaran. Benar-benar mepet banget. Walaupun big decision, tapi aku tertarik karena benar-benar buka pintu buat peluang lain. Walaupun taunya rada telat, waktu itu hectic banget karena lagi fokus project UAS tapi tetap harus belajar IELTS dan siapin dokumen buat daftar,” ungkap Scott.
Belajar itu Bisa Dimana Saja
“Tidak ada kata cukup untuk belajar karena belajar itu tidak akan cukup.”
Scott Radaro
Modal keberanian Scott membuatnya semakin jatuh cinta dengan belajar. University of Sydney menawarkan cara belajar yang unik kepada mahasiswanya. “Cara pembelajaran di Australia agak beda dengan Prasmul, karena ada dua tipe pembelajaran. Yang pertama lecture umum dan yang kedua tutorial. Kalau di tutorial, kita antar students diskusi bareng-bareng tentang possible outcome dari materi pembelajaran. Jadinya engage with other international friends,” cerita Scott, mahasiswa dengan hobi berolahraga.
“Kebetulan di Sydney berkesempatan untuk ikut soccer league khusus international students. itu experience yang nggak akan bisa dilupain. Jadi selain akademik, non-akademiknya benar-benar dibalance banget.”
Scott Radaro
Nah, bener tuh kata Scott! Belajar itu tidak selalu harus di kelas doang, tapi juga bisa dimana-mana dan tentunya harus balance! Pengalaman unik lainnya yang Scott alami adalah experiential learning, dimana proses pembelajarannya dilakukan di alam, lho! “Di salah satu cour yang aku ambil, kita lecture cuma enam kali, sisa pertemuannya dipakai untuk field trip ke Blue Mountains. Kita benar-benar belajar langsung di gunung sambil hiking. Aku nggak pernah belajar se-serius itu walaupun itu bukan di kelas, tapi di outdoor,” tutup Scott.
Add comment