Oleh Tizar Shahwirman
S1 Branding 2013
Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya
BRANDING… 4 dari 10 orang yang saya tanya mengatakan bahwa branding adalah logo sebagai salah satu elemen dari visual identity. Wajar orang-orang berpikir demikian karena mayoritas masyarakat kita sering menghubungkan istilah branding dengan visual identity. Padahal tidak! Hal tersebut saya yakini 100% setelah saya mendengarkan paparan luar biasa dari Bapak Sakti Makki, Creative Director dan Co-Founder of MakkiMakki Brand Consulting. Saya bertemu beliau pada acara OWL Club Refreshment – Prasmul, dimana Pak Sakti menjelaskan esensi dari branding. Semua orang terdiam ketika mendengar paparan beliau dan hampir seluruh ruangan mencatat apa yang beliau paparkan mengenai branding. Sebagai mahasiswa S1 Branding Universitas Prasetiya Mulya; tentunya, bertemu dan mendengarkan paparan beliau merupakan one of the golden moments karena saya diberikan kesempatan untuk belajar dari pakarnya. Berikut merupakan hal-hal menarik yang saya catat dari paparan beliau mengenai apa itu branding dan bagaimana peran branding di dalam dunia bisnis:
1. Brand Must Be Strategic
Banyak perusahaan memisahkan antara proses bisnis dengan branding. Padahal, branding merupakan suatu esensi dari proses bisnis yang dikerjakan, sebuah esensi yang menjawab why does the business exist, how do we do the business process, and what do we offer as a business. Tiga pertanyaan tersebut tidak hanya memiliki dampak terhadap bagaimana perusahaan memperlakukan konsumen, tetapi juga bagaimana perusahaan memperlakukan semua stakeholder yang ada di dalam perusahaan. Hal tersebut merupakan sebuah indikasi bahwa brand bukanlah hanya sekedar nama atau logo yang berperan sebagai visual identity, tetapi brand adalah ruh atau nyawa dari perusahaan yang mengatur bagaimana perusahaan membangun budaya, mengatur perilaku, dan memperlakukan semua stakeholder. Oleh karena itu, brand must be strategic.
2. Brand Must Be Holistic
Brand bersifat stratejik, sehingga brand harus bersifat holistik yang berarti melibatkan semua aspek yang ada di perusahaan sehingga perusahaan dapat meraih tujuan stratejiknya. Nyawa atau ruh yang dimiliki brand harus menjadi esensi dari semua proses bisnis yang ada di perusahaan. Tentunya, brand harus melibatkan semua departemen yang menjadi bagian penting dari value chain process yang menentukan apakah perusahaan dapat menciptakan nilai tambah atau tidak. Saat ini, bukan saatnya perusahaan memisahkan brand dengan proses bisnis yang lain. Oleh karena itu, brand harus bersifat holistik yang menyelimuti semua proses bisnis yang ada di sebuah perusahaan.
3. Brand Must Always Transform
Perusahaan harus bisa memaksimalkan nilai finansial dari suatu brand (brand value) dari waktu ke waktu sehingga brand memegang peranan kunci dalam keberlanjutan jangka panjang perusahaan. Untuk membuat hal tersebut terjadi, brand harus selalu bertransformasi, tidak hanya harus mengikuti perkembangan zaman, tetapi harus mengikuti perkembangan konsumen sebagai pemegang kunci dari keberhasilan suatu brand.
Sebagai contoh adalah Coca Cola. Sejak diperkenalkan di Amerika Serikat 130 tahun yang lalu, Coca Cola tetaplah Coca Cola, sebuah minuman soda berkarbonasi yang akan tetap sama rasanya dimanapun anda berada. Tetapi, Coca Cola memiliki nyawa atau ruh yang selalu dapat menyentuh hati konsumen dengan brand ideanya yang kental, ‘Open Happiness’. Dimanapun dan kapanpun Coca Cola berada, Coca Cola tetap hadir menarik membawa brand idea tersebut karena Coca Cola mengerti apa yang dianggap penting oleh konsumen, sehingga membuat brand memiliki keberlanjutan jangkan panjang.
4. Brand Is All About Reputation
“It takes 20 years to build a reputation and five minutes to ruin it. If you think about that, you’ll do things differently”, sebuah kutipan dari Warren Buffet yang terkenal yang menunjukan bahwa reputasi adalah segalanya bagi perusahaan. Reputasi berhubungan erat dengan brand karena brand memegang peranan kunci dalam membangun dan menjaga reputasi perusahaan, terutama di mata konsumen. Hal tersebut sangat penting karena apa yang kita pikirkan dan konsumen pikirkan mengenai diri kita (brand) adalah sesuatu hal yang sangat berbeda sehingga sangat penting bagi perusahaan untuk menjaga reputasi sebuah brand.
5. Brand Is All About Growing And Nurturing Trust To Achieve Loyalty Beyond Reason
Branding berbicara mengenai membangun kepercayaan sehingga konsumen memiliki loyalitas terhadap brand. Brand must matter to consumer sehingga reputasi sebuah brand erat kaitannya dengan membangun kepercayaan konsumen sehingga hal tersebut sangat penting bagi keberlangsungan jangka panjang perusahaan, itulah kata-kata Pak Sakti ketika berbicara mengenai loyaly beyond reason. Beliau membuat sebuah analogi yang menarik mengenai hal ini dengan menganalogikan brand dengan agama, melalui cerita surga dan neraka yang membuat para penganutnya loyal beyond reason terhadap agama yang dianut. Begitu juga brand yang harus bisa membuat konsumen loyal beyond reason dan hal tersebut bukanlah hal yang mustahil karena sudah banyak contoh dari brand ternama dunia akan hal tersebut, sebut saja Harley Davidson.
Loyalitas konsumen Harley Davidson tidak saja memiliki konsumen yang loyal sebagai seorang individu, tetapi juga komunitas, sebuah kumpulan maniak Harley Davidson yang mencintai Harley Davidson sehingga konsumen memiliki loyalty beyond reason yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Meminjam paham Postmodernisme; konsumen Harley Davidson tidak hanya mengonsumsi brand tersebut sebagai suatu produk, tetapi juga sebagai sebuah proses ‘pencarian jati diri atau identitas’ dalam proses konsumsi, layaknya seperti proses mencari tuhan atau kepercayaan untuk mendapatkan surga sehingga loyalty beyond reason dapat diraihnya. Begitu penting dan menarik pengaruh sebuah brand bukan?.
Apa yang dipaparkan oleh Tizar kurang lebih membuka cakrawala kita mengenai branding secara lebih luas. Tentunya, masih ada 6 perspektif lainnya tentang branding yang akan dipaparkan oleh Tizar di artikel selanjutnya. Simak terus ya, Prasmulyan!.
Branding Enthusiast itu sebutan untuk siapa ya kak?