Cerita Prasmul
Serious Business: Athletes Edition – Kisah Azwan Karim 

Serious Business: Athletes Edition – Kisah Azwan Karim 

Untuk pembaca yang dulunya atlet, apa yang membuat kalian berhenti? Apakah karena sayangnya Anda cedera? Apakah karena kurang dukungan? Atau masa depan yang kurang menjanjikan dan tidak pasti? Kalau jawaban Anda berputar ke keuangan dan karier, Azwan Karim memberikan jawaban untuk para mantan dan calon atlet!

SSS: Supporting Spectacular Sportsmanship

Sebagai orang yang sudah lama aktif di bidang olahraga, Azwan Karim tentunya punya sentimen yang mendalam dan sudah cukup menyaksikan banyak pengalaman post-career atlet-atlet setelah pensiun dari musim pertandingan.

Ia sendiri, banyak terlibat di kegiatan di salah satu cabang olahraga paling populer di Indonesia.

“Saya sendiri sudah cukup lama, sejak 2005, berkecimpung di organisasi sepak bola mulai dari Badan Liga Indonesia, PT Liga Indonesia sebagai operator liga sepakbola profesional yang ada di Indonesia dan juga di PSSI pada 2014,” ujar Prasmulyan MM New Ventures Innovation tersebut.

Namun agar tidak timpang, ia mencoba memerhatikan cabang olahraga yang lain dan yang dipandang sebelah mata.

Karena kami percaya olahraga ini akan membangun negara yang kuat dengan sumber daya manusianya.

Azwan pun membawa concern ini dan mencari solusi yang baik untuk kesejahteraan atlet-atlet di Indonesia, dengan cara mencari inovasi di pendidikan lanjutnya. Diakuinya, masuk ke program MM New Ventures Innovation Prasmul ini didasarkan ke keinginan untuk mengembangkan lini bisnis barunya di agen pemain ataupun olahragawan, SSS (Supersport Sensation International).

Acara 3×3 Supersport Sensation International

Tidak hanya fokus ke kompetisi dan olimpiade saja, Azwan menyebut ada banyak faktor dalam berlaga di bidang olahraga.

“Olahraga itu banyak faktornya. Nutrisinya harus baik, disiplin. Ada value respect di situ, yang akhirnya akan membuahkan atau melahirkan orang-orang yang memang penuh dengan value yang tadi,” papar alumnus RMIT University di Australia tersebut.

Nah, bagaimana cara menyorot hal tersebut? Azwan memberikan contoh salah satu pemain voli putri yang disokong oleh SSS.

“Kemarin kita juga meng-endorse salah satu pemain voli putri untuk bisa mendapatkan spot waktu di acaranya Raffi Ahmad, di Rans Entertainment, agar dia bisa mendapatkan value di luar kontrak klub sebagai pemain voli putri profesional.” Konsultan olahraga ini juga menekankan bahwa SSS sebagai sport agency tidak menganggap atlet sebagai komoditas jual-beli.

Di sport agency ini, atlet tidak hanya dianggap sebagai komoditas. Banyak ditemui di agency pada umumnya, saat kontrak sudah ditandatangani oleh pemain, klub, dan komisi sudah didapat, itu menjadi akhir cerita relationship antara agency dan pemainnya.

“Yang kita ingin bangun di sini adalah relationship selama-lamanya, atau bahkan hingga si atlet ini sudah tidak lagi menjadi atlet. Karena banyak kasus, justru permasalahannya adalah ketika mereka sudah tidak menjadi atlet. Mereka tidak bisa mengelola lifestyle sesuai dengan pemasukan yang ia miliki karena sudah dihabiskan atau dihamburkan di masa keemasannya,” jelasnya.

KOL Society Network

“Salah satu value added dari kita adalah wealth management. Jadi selain mendapatkan endorsement dari brand, dia (atlet) mendapatkan nilai yang lebih dan mudah-mudahan bisa mengelola itu dengan bantuan kita juga. Jadi di masa dia sudah pensiun sebagai atlet pro, mereka masih bisa mempertahankan atau bahkan meningkatkan lifestyle -nya.”

How to Innovate?

Membuat inovasi, tentunya membutuhkan banyak waktu dan sumber daya untuk menyempurnakan ide yang sudah ada. Di titik perkuliahan pascasarjana-nya, Azwan mendapat dukungan-dukungan untuk mewujudkan lini bisnis baru SSS.

Bagi saya, semakin banyak waktu yang terlihat saat belajar di MM NVI, semakin banyak informasi yang bisa kita gali. Dan sebelum join pun, memang yang terkenal adalah praktisi-praktisi yang ada di dalamnya, mentor-mentor dan FM yang memang notabene kompetensinya luar biasa.

Meski latar belakangnya berat di bidang olahraga dan sama sekali belum pernah menyentuh bisnis, Azwan merasa tetap bisa mengembangkan potensi lini bisnis barunya di MM NVI Prasmul. Sebab, di awal semester, ia bercerita tentang periode matrikulasi yang fokus pada tiga mata kuliah penting yang membangun manajemen bisnis: Statistic, Basic Marketing, dan Accounting.

MoU Signing dengan Persija

Tapi yang paling penting, Azwan mendapatkan banyak support, baik dari rekan-rekan sesama praktisi di lain bidang, ataupun dosen-dosen.

“Mahasiswa bisa menanyakan apapun sampai sedetail-detailnya, sampai yang seharusnya tidak diungkapkan untuk publik,” papar pria yang pernah aktif di PSSI tersebut. “Kita semua juga bisa bertanya, sehingga kita dapat menyimpulkan, memvalidasi ide kita itu apakah memang relevan untuk sekarang atau nanti di masa depan. Dari segi operasionalnya, human resource-nya, spesifikasi bisnis, mengelola keuangan, dan tentunya meningkatkan revenue juga.”

Add comment

Translate »