Hore! Rasanya bangga sekali ketika berhasil memperoleh status mahasiswa. Tapi… jangan kaget jika kehidupan kampus tidak setara dengan apa yang dibayangkan dalam angan. Nyatanya, keluar dari lingkungan SMA, banyak penyesuaian diri yang perlu dikukuhkan. Misalnya, mempelajari time management dengan jadwal yang kini jauh lebih fleksibel, mengatur style harian berkat hilangnya pakaian seragam, sampai beralih metode belajar pun tak jarang berikan “culture shock” bagi para mahasiswa baru.
Salah satu perbedaan signifikan lainnya adalah tugas, di mana saat duduk di bangku SMA, banyak tugas yang dikerjakan secara individu. Beruntungnya berkuliah di Prasmul, para mahasiswa langsung disuguhi proyek-proyek seru dan nyata untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja. Artinya juga, para Prasmulyan berkesempatan untuk berinteraksi antar mahasiswa, bahkan antar jurusan.
Nah, bagi kalian yang belum bisa melepas kebiasaan bekerja sendiri, simak tips dan pendapat dari 5 Prasmulyan berikut ini agar kalian lebih nyaman menghadapi tugas kelompok.
Nathania Setiadi (S1BUSSINESS MATHEMATICS 2017)
“Di semester 1, saya sempat mendapatkan tugas kelompok yang cukup menantang, yaitu melakukan survey mengenai sebuah topik. Dalam waktu terbatas, saya harus menyebarkan kuisioner, mengejar target responden, dan mengolah data tersebut. Semuanya butuh konsultasi dan persetujuan Faculty Member (Re: dosen). Walaupun sulit, namun pada akhirnya saya lebih nyaman mengerjakan tugas secara berkelompok dibanding individu karena kami bisa saling membantu, memotivasi, dan bersosialisasi. Agar tidak ada free-rider, ada baiknya membagi tugas sesuai kemampuan tiap individu dan sering berkumpul untuk mengerjakan bersama. Selain itu, penting juga mengatur deadline yang jauh sebelum tanggal pengumpulan tugas dari FM.”
I Wayan Rona (S1 BUSINESS 2014)
“Saya merupakan tipikal orang yang tidak suka bergantung pada orang lain. Bagi saya, mengerjakan tugas secara individu memberikan saya fleksibilitas dalam menyelesaikannya. Namun sebagai mahasiswa jurusan S1 Business yang notabene butuh kerjasama tim, kerja kelompok jadi hal yang sangat penting bagi saya. Memang ada tantangan karena anggotanya berbeda karakter, prinsip, komitmen, dan skill. Kami pun harus belajar cara bersikap, berkomunikasi, team handling, dan menghadapi masalah.Tip dari saya, coba bangun kelompok yang mengedepankan karakter dan proses, ketimbang hasil. Jika terlalu fokus pada hasil, ujungnya akan terlalu ambisius sehingga ada anggota yang terabaikan karena dianggap rendah dan kurang mampu. Padahal, tiap individu punya kemampuan yang bisa dipadukan sehingga menjadi tim yang bagus. Dengan saling mengayomi dan mengarahkan, maka anggota yang merasa diremehkan tersebut tidak akan pasif dan mau melakukannya tugasnya.”
Falaha Rahmatia (S1 BRANDING 2015)
“Di jurusan S1 Branding, banyak proyek yang bersifat kualitatif, sehingga proses pengolahan dan analisannya cukup sulit. Menyatukan pikiran dan pandangan menjadi tantangan. Di awal pembentukan kelompok, harus set expectation bersama. Menentukan tujuan, peran, dan komitmen. Intinya, brainstorming bersama. Dan bukan masalah tugas saja, sebagai kelompok, juga harus ada bonding dengan cara jalan-jalan. Bete juga kalau team berkumpul untuk bicarakan tugas melulu. Dengan bonding, akan muncul rasa kepemilikan, sehingga tugas akan dikerjakan sepenuh hati. Apabila ada anggota yang tidak mau bekerja, kita harus beri ketegasan, misalnya mengatakan bahwa nama dia tidak akan ditulis di paper. Ini sih yang saya pelajari selama 6 semester di Prasmul.”
Hubert Tatra (S1 DIGITAL BUSINESS TECHNOLOGY 2017)
“Kelompok ideal bagi saya adalah yang terdiri dari knowledge workers, di mana seluruh anggota tim mengambil bagian tugas secara inisiatif. Hal ini dapat diwujudkan dengan komunikasi, pemahaman anggota terhadap tugas tersebut, penumbuhan rasa kepemilikan terhadap proyek tersebut, dan hubungan interpersonal yang baik antara satu sama lain. Bila saya terpilih menjadi ketua dalam sebuah kelompok, saya menerapkan golden rule untuk anggota pasif. Pertama, saya diskusikan agar dia paham dan termotivasi. Kedua, setelah saya jelaskan jobdesc-nya, saya ingatkan dia untuk segera mengambil bagian kerja. Ketiga, bila belum ada perkembangan, saya akan berdiskusi dengan FM dan meminta pendapatnya mengenai langkah terbaik yang dapat diambil. Kita harus membiasakan diri bekerja dalam tim. Jika seseorang ingin mencapai titik yang tinggi dalam kariernya, kualitas team player memang sangat dibutuhkan.”
Eric Christian (BUSINESS 2014)
“Waktu SMA, background orang berbeda-beda. Ada yang suka seni, IPS, science, biologi, fisika, dan lain-lain. Jadi seringkali di mata pelajaran tertentu, ada yang gabut atau jadi free-rider. Tapi di dunia kuliah, kerja kelompok justru bisa membawa diri untuk memaksimalkan potensi, dan melatih insting saat menginjak dunia kerja nanti. Selain itu, di perkuliahan, kadang ada anggota yang tidak bermasalah dengan nilai B, sedangkan yang lain mengejar nilai A. Maka dari itu, sebelum memulai proyek, harus dipastikan dahulu bahwa target dan goals kita sama. Setelah itu, baru kita bisa menentukan strategi untuk mencapainya.”
Membaca tips dari Prasmulyan di atas, kamu sudah tidak gugup lagi kan jika harus bekerja dalam kelompok? Ingat ya, ciptakan kelompok yang komunikatif, memiliki satu tujuan, dan aktif. Jangan ragu juga untuk mengangkat suara jika ada free-rider. Teamwork skill tidak hanya dibutuhkan jika kamu mau bangun bisnis, lho. Kemampuan ini juga menjadi incaran utama para calon employer. Selamat bertugas! (*SDD)
Add comment