Waktu hampir menunjukkan pukul 3 sore dan suasana Teater Jakarta di Taman Ismail Marzuki kian menghangat. Pengunjung, kerabat, dan keluarga ramai mengantre menunggu dibukanya pintu Teater Kecil untuk menyaksikan Drama Musikal Troya pada hari Sabtu (7/4) lalu. Pertunjukkan ini merupakan persembahan dari Passion 2018, sebuah kolaborasi perdana antara tiga Student Activity Club Prasmul, yaitu SAC Teater Puskara, SAC Band Blue Tone, dan SAC Dance The Prodigy.
Tanpa membuang banyak waktu, panitia Troya 2018 –yang beranggotakan mahasiswa Prasetiya Mulya dari beragam angkatan dan jurusan– mempersilakan para hadirin untuk memasuki Teater Kecil. Ruangan bernuansa merah ini turut membangkitkan keintiman yang selaras dengan semangat kerjasama antar Prasmulyan.
Pementasan yang berlangsung selama kurang-lebih dua jam tersebut diambil dari kisah mitologi Yunani. Menceritakan perang antara Kerajaan Troya dan Kerajaan Yunani, lakon tragis ini mengangkat tiga value penting: war, sacrifice, dan love. Aksi perebutan cinta dan penyerbuan tembok kerajaan dibungkus manis dengan musik harmonis, tarian kompak, dan acting yang khusyuk.
“Alasan kami pilih Troya adalah karena kisah tersebut mengingatkan bahwa pada akhirnya, perang tidak akan ada manfaatnya. Semua berakhir dengan kematian,” Andita Refanda (S1 Event 2016), ketua pelaksana Drama Musikal Troya, menjelaskan. “Alasan lainnya adalah dengan background Yunani, elemen kostum dan artistiknya tentu memberikan pengalaman yang berbeda dan menantang.”
Tak diragukan, drama panggung tersebut telah menghibur penduduk kursi teater. Bagaimana tidak, pertunjukkan Troya disutradarai oleh Venantius Vladimir Ivan selaku pelatih dan pemain Teater Katak. Sedangkan gerakan memukau para penari dibantu oleh koreografer Sharon Bittner dari Gigi Art of Dance, serta Stefina Chintara dan Ratna Sari Dewi dari Dance Box. Bukan itu saja, band Blue Tone menyajikan 10 aransemen orisinal yang ditulis khusus untuk pagelaran Troya.
Kolaborasi pertama yang dilakukan antar SAC ini tidak berjalan tanpa kendala. Seakan merangkak dalam kegelapan, para panitia harus meraba-raba dalam menentukan tiap langkah selanjutnya. Selain itu, dengan 64 panitia dan 83 performer, pengaturan jadwal untuk meeting dan latihan pun menjadi hal yang tricky.
“Kita belum punya track record. Patokan dan standart pun belum terbayang,” ujar Andita. “Namun dukungan Prasmul melalui funding dan perizinan ruangan latihan sangat membantu proses produksi. Menuju hari-H, baru terasa oleh kami. Nggak ada yang sangka bisa sebagus ini. Apalagi setelah dikabarkan bahwa Troya sold out di show 2, itu bikin kami senang banget!”
Bagi sang ketua pelaksana, ini merupakan awal dari program-program Passion berikutnya. Lulusan SMAN 3 Malang tersebut mengungkapkan keinginannya untuk menjadikan kolaborasi ini sebagai event tahunan. “Kita belum tahu program selanjutnya. Tapi dari drama musikal ini, kami akan cari cerita berbeda selain Troya,” tegasnya.
Kira-kira kisah apa yang akan diangkat Prasmulyan untuk ajang berikutnya? Kalian harus sabar menunggu sampai tahun 2019. Sampai bertemu! (*SDD/vio)
Add comment