Menjadi bagian dari komunitas startup di Indonesia memang menjadi dambaan sebagaian besar millenials. Berkarier di perusahaan startup, apalagi yang sudah mendapatkan gelar ‘unicorn’ berkat capaian nilai valuasi lebih dari $ 1 milliar memang terasa menggiurkan. Karena kabarnya, budaya kerja kasual, minim birokrasi, bahkan jam kerja yang fleksibel bisa dinikmati para karyawannya lho!
Nah, menjelang gelaran wisuda yang akan berlangsung di Desember ini, ceritaprasmul.com punya insight menarik dari para alumni yang tembus menduduki posisi penting di Go-Jek, mengenai tips berkarier di leading startup di tanah air ini.
Miskonsepsi mengenai budaya kerja santai di startup
Menurut para alumni Prasmul yang bergabung sebagai Go-Troops atau sebutan bagi karyawan Go-Jek, terdapat miskonsepsi mengenai budaya fleksibel di perusahaan startup yang berkembang di mindset kebanyakan orang.
Sebagai seorang People & Culture Innovation Analyst di Go-Jek Indonesia, Pradana Pradipta (Alumnus S1 Branding angkatan 2007) mengungkapkan pandanganya terhadap budaya kerja di startup.
“Ada kesalahan pemahaman mengenai cara orang memandang fleksibilitas kerja di perusahaan startup,” tutur Pradana.
Ia melanjutkan, “Meski kerjanya terlihat santai, fasilitasnya bagus, dan minim birokrasi, setiap Go-Troops dituntut untuk dewasa, adaptif, dan mau berkontribusi lebih. Disini, kami gabisa menunggu atau mengandalkan orang lain untuk ngasih arahan untuk kerja. ” tuturnya.
Selain Pradana Pradipta, Aldiansyah Ramadiputra (Alumni S1 Business 2010) juga punya pandangan mengenai tantangan selama ia berkarya di Gojek. Go-Food Client Relations ini mengatakan, “Pace (kecepatan) kerja disini super cepat. Karena cukup progresif, maka challenge kerjaan bisa berubah tiap harinya dan lo harus tahan banting menghadapi setiap perubahan yang ada,” imbuhnya.
Wajib percaya diri untuk kemukakan gagasan
Konsep flat organization di Go-Jek maupun perusahaan startup sejenis membuat setiap karyawan punya kesempatan yang sama untuk menyampaikan gagasan briliannya langsung kepada para C-level. “You have to stand-up for what you believe in,” papar Amelia Callista (Alumni S1 Branding 2010) yang menjabat sebagai Go-Jek Brand Partnership Lead.
Ia melanjutkan, “ Bekerja di startup company jangan harap akan di tuntun terus menerus. Dengan kedewasaan diri kalian, kalian berhak untuk proaktif bersuara jika ada suatu ide yang mau disampaikan,” ceritanya.
Cerdas dalam menyikapi masalah
Bekerja di startup seperti Go-Jek berarti harus siap mempertanggungjawabkan tiap langkah yang diambil. Karena kini, perusahaan ini sudah memiliki lebih dari 400.000 armada pengemudi di Indonesia. Dalam menyikapi tiap kendala yang dihadapi Go-Troops, Aldi beranggapan bahwa, “Mungkin orang awam berpikiran kalau talenta muda itu gabisa menghadapi permasalahan berat. Tapi, menurut gue itu terbalik. Jiwa muda harusnya bisa menghadapi masalah dengan cerdas. Selama ini kami jalani cara itu, dan alhamdulillah semua permasalahan selesai dengan baik,” pungkasnya.
Berani memulai dari bawah
Selain Aldi dan Amel, sosok Tommy Bong (Alumni S1 Finance 2009) juga menjadi bagian dari punggawa lahirnya Go-Food. Mereka bertiga telah bergabung di Go-Jek sejak tahun 2015. Ketika mereka bergabung, Go-Jek belum se-populer sekarang dan Go-Jek kala itu masih beroperasi di rumah.
“Kami memulai dari awal banget. Dari yang tadinya hanya ada fitur transport, shop, dan kurir di apps Go-Jek. Kemudian kami dipercaya mengembangkan Go-Food dari awal, ngerasain sortir restoran untuk jadi partner, jalanin peluncurannya, hingga akhirnya sekarang Go-Food sudah bisa dinikmati semua masyarakat,” jelas mereka.
Meski dulu belum ada kepastian bahwa perusahaan tempat mereka bekerja akan berjaya seperti sekarang, modal semangat dan ketekunan dalam bekerja sangat penting dimiliki setiap individu yang memilih berkarier di startup.
Nah, dengan tantangan kerja yang tinggi, wajar kan kalau setiap karyawan disuguhkan dengan fleksibiltas dan fasilitas yang menarik, supaya konsep work-life balance tetap terjaga!
Tertarik untuk bergabung? saatnya membangun koneksi!
Bagi kalian yang sudah merasa ada kecocokan kultur di perusahaan startup, ada baiknya untuk membangun koneksi seluas-luasnya. Karena, keempat narasumber di atas berhasil bergabung di perusahaan startup berkat rekomendasi rekan-rekannya yang bergabung terlebih dahulu di perusahaan tersebut.
“Saya semakin yakin kalau networking itu sangat penting. Kini, banyak perusahaan yang mencari karyawan berdasarkan referral. Kalau di kasus saya, saya direkomendasikan sama teman, kemudian saya melamar dan mengikuti rangkaian proses rekruitmen di Go-Jek. Luckily, saya resmi bergabung dengan Go-Jek pada pertengahan tahun 2016,” kisah Dipta.
Nah, itu dia sekilas tips dari para alumni mengenai beberapa kompetensi yang bisa membawamu bergabung di komunitas startup di Indonesia. Semoga, insight di atas dapat membawa pencerahan bagi Prasmulyan yang akan memasuki karier di startup ya! (*vio)
Sumber gambar:
Add comment