Mahasiswa S1 Business yang bernama Wenvint sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Universitas Prasetiya Mulya. Pencapaiannya dalam beragam kompetisi, mulai dari creative entrepreneurship, marketing plan, sampai pitching competition, menunjukkan daya pikirnya yang cemerlang. Maka dari itu, tak banyak yang terkejut ketika ia dinobatkan sebagai Global Winner dalam Unilever Future Leader League (UFLL) 2019 pada bulan April lalu. Simak kilas balik Wenvint tentang perjalanan panjangnya dalam kompetisi business case tersebut!
“Kalah” di Tahap Nasional
Sebelum melangkahkan kaki secara pasti ke headquarters Unilever di London, Wenvint ikut serta dalam UFLL tahap nasional pada bulan November 2018 silam. Kalau belum tahu, Prasetiya Mulya telah mengirimkan mahasiswa berprestasi ke London selama empat tahun berturut-turut sejak UFLL 2015. Mengetahui hal tersebut, Wenvint berharap bisa mempertahankan warisan dengan menjadi perwakilan dari Prasmul yang kelima.
“Waktu itu kami dibagi menjadi 11 kelompok yang terdiri dari 3 orang secara acak,” kenangnya. “Jadi aku bergabung dengan mahasiswa di luar Prasmul.”
Menyusun ide inovatif untuk brand Vaseline, kelompok Wenvint gagal lolos ke tahap final. Prasmulyan angkatan 2016 tersebut menyangka bahwa perjalanannya telah berakhir karena kekalahan tersebut. Nyatanya, performa Wenvint tetap memukau para juri, terbukti ketika ia dipilih sebagai anggota Tim Nasional bersama delegasi dari Untar dan Unpad untuk mewakili Tanah Air di London.
“Itu shock banget, sih!” Wenvint berseru. “Karena nggak lolos ke final, aku nggak sempat presentasi lagi di depan juri. Jadi sebenarnya kesempatan aku untuk masuk Tim Nasional tuh sangat kecil.”
Unilever membentuk tim dari DNA berbeda. Kuning untuk kreativitas, merah untuk leadership, dan hijau untuk akurasi. Para juri mengatakan bahwa aku memiliki DNA itu berdasarkan storytelling, presentasi, dan responku di sesi Q&A.
Adaptasi Bukan Rintangan
Satu bulan menuju kompetisi internasional, UFLL merilis case file dari Rexona kepada para peserta, sehingga Wenvint dan kedua rekannya dapat mulai melakukan latihan dan brainstorming. Bekerja sama dengan mahasiswa dari universitas berbeda, Wenvint mengaku tidak menemukan kesulitan berkat rangkaian tugas kelompok dari Prasmul yang memoles kemampuan adaptasinya.
Ia mengatakan, “Setiap proyek baru dari kampus, kami juga harus ganti tim. Karena itu, aku udah terbiasa blend in dan adaptasi dengan orang baru. Aku juga tahu cara manage orang dan membagi tugas.”
Tantangannya justru di jarak antara BSD, Jakarta, dan Bandung. Tapi pembelajaran Prasmul yang cukup modern mengenalkan aku pada teknologi seperti Google Slides yang mempermudah diskusi jarak jauh.
Tidak sendiri, ketiganya menerima bimbingan yang dibutuhkan dari Senior Brand Manager Unilever. Selain itu, Wenvint juga dipandu oleh Faculty Member serta Nathanael Andika, alumni Prasetiya Mulya yang mewakili Indonesia di UFLL 2017. Dengan support yang berlimpah, mereka dapat menyusun presentasi dengan lancar.
“Kami harus membuat dua presentasi,” ia menjelaskan. “Pertama adalah untuk memecahkan masalah Rexona dalam mendorong para orang tua untuk lebih aktif. Kalau lolos presentasi pertama, kami bakal masuk top 10 dan menampilkan presentasi kedua. Di sini, kami diminta untuk bikin produk sustainable innovation untuk Rexona.”
Menerima Dukungan Dari Seluruh Dunia
Memijakkan kaki di London, Wenvint ungkapkan perasaan senang dan takut yang bercampur aduk. Bertemu dengan representatif dari 27 negara lainnya, ia mengamati Bahasa Inggris lihai para peserta serta ambisi yang berkobar. Dengan produk sustainable innovation yang gemilang di tangan, Wenvint hanya menginginkan kesempatan untuk masuk Top 10 agar para petinggi Unilever dapat melihat ide yang telah ia ramu bersama dua rekannya. Tentu saja hal ini menjadi sebuah kenyataan.
“Sebagian besar tim dari Top 10 mengajukan inovasi produk baru, sedangkan kami beda sendiri,” Wenvint menceritakan. “Kami menyarankan Rexona untuk mendaur ulang packaging mereka menjadi produk yang berdampak postif bagi masyarakat sekaligus sesuai dengan brand purpose Rexona.”
Mata kuliah Business Development dan Business Creation dari Prasmul berguna banget selama kompetisi ini. Di situ aku belajar untuk nggak bikin ide yang sekadar “keren”, tapi juga yang bermanfaat dan relevan.
Tak disangka, Wenvint dan kelompoknya langsung dibanjiri dengan dukungan dari tim negara lainnya. Terpukau dengan ide bisnis tersebut, mereka meyakinkan Wenvint bahwa Tim Nasional Indonesia akan menjadi Global Winner. Perkataan mereka ternyata berwujud nyata, dengan para juri menyerahkan gelar Juara kepada Wenvint.
“Kami kaget, tapi juga percaya diri berkat dukungan dari tim lain,” ungkapnya. “Koneksi itu masih kami jalin sampai sekarang melalui media sosial seperti Instagram dan Linkedin.”
Lima Hari Penuh Ilmu
Bukan hanya piala dan gelar, Wenvint juga membawa pulang segudang ilmu berharga dari pengalamannya di UFLL 2019. Bermukim di London selama lima hari, ia dikenalkan dengan kawasan sekitar serta menerima seminar penuh inspirasi dari Unilever. Ceramah tentang “Finding Your Own Brand Purpose”, contohnya, merupakan salah satu yang tidak akan ia lupakan.
Ia menyampaikan, “Aku merasa privileged bisa utarakan ide di hadapan petinggi Unilever Global, one of the biggest FMCG companies in the world. Apalagi kalau ide kami benar diimplementasikan, kami bantu make a difference untuk masyarakat dan sekitarnya.”
Aku bangga mengharumkan nama bangsa dan buktiin bahwa Indonesia bisa unggul dari negara lain.
Selamat kepada Wenvint! Kemenangannya di UFLL 2019 tidak akan jadi prestasinya yang terakhir. Nantikan Success Story Prasmulyan lainnya hanya di ceritaprasmul.com!
Add comment