Hukum selintas tampak tegas, kaku, dan mengikat. Sementara itu, bisnis identik dengan fleksibilitas, fast-pace, dan agile. Lantas, bisakah keduanya berjalan beriringan dalam karier seorang profesional? Mengapa tidak!
Adalah Widyaretna Buenastuti, alumnus MM Strategic Management yang kini menempati posisi Director and Senior Consultant di Inke Maris & Associates. Lewat keingintahuan yang tinggi, lulusan Doctor in Law di tahun 2019 ini menyambut setiap kesempatan menjadi pijakan dalam berkarier dan berkontribusi pada masyarakat. Simak kisah bisnis dan hukum Widya!
Mengenal Hukum
Berkaca dari profesi sang ayah, Widya kecil sudah bercita-cita menjadi seorang diplomat. Kelulusannya di SNMPTN S1 Hukum, tidak menyurutkan cita-citanya. Widya percaya bahwa jiwa diplomasinya dalam menganalisis, berdiskusi, serta berunding dapat tetap berkembang dan cocok dengan bidang Hukum.
Akhirnya, alumnus S1 Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini meniti karier pertamanya sebagai Pengacara di Mochtar Karuwin Komar. “Waktu meng-handle klien, saat itu saya greget dengan kondisi yang bertabrakan,” ungkap Widya. “Dari sisi bisnis, klien perlu hasil yang cepat, sedangkan dunia hukum itu perlu riset dan analisis sehingga butuh banyak waktu,” pungkasnya. Kondisi ‘deadline is yesterday’ inilah yang memicu keingintahuan baru kala itu.
Bagaimana sih rasanya being across side of the table? Kenapa klien di depan saya selalu menginginkan jawaban yang cepat, yang tampaknya selalu terdesak oleh waktu?”
Tak disangka, keingintahuan ini terbayar usai 6 tahun berkarier di konsultan hukum. Salah satu perusahaan kliennya menawarkan posisi baru yang sejalan dengan cita-cita awalnya, sebagai diplomat. Karena melalui posisi legal manager di in-house counsel Pfizer, Widya dapat memberi warna Indonesia pada perusahaan multinasional.
“Sebagai WNI, yang saya pikirkan saat itu kita tidak hanya mengikuti kerangka bisnis multinasional yang ada, tetapi juga membawa kiprah Indonesia dalam bekerja secara nasional maupun internasional,” ujar Widya. Baru tiga tahun berjalan, Widya pun dipercayakan menempati posisi Direktur.
Curios dengan Dunia Bisnis
Memegang tanggung jawab legal di salah satu perusahaan farmasi terbesar di dunia menurut CNBC tersebut tentu bukan perkara mudah. “Legal itu masih dipersepsikan baku dan hanya berdasarkan peraturan, sementara orang bisnis harus cepat dan inovatif,” ungkap Widya. “Saat itu saya merasa legal advice saya kurang pas dengan kebutuhan bisnis karena terminologi saya ini kurang masuk.” Dari sini, bibit keingintahuan baru muncul, seputar bagaimana memberikan advice hukum yang sejalan dengan bisnis.
Saya terinspirasi kata bijak, ‘ilmu pengetahuan adalah kehidupan pikiran.’ Sehingga gimana nih caranya supaya pikiran saya ini tetap alive?
Sempat mencoba belajar bisnis day-to-day dengan rekan profesionalnya, Widya menyadari bahwa tanpa dorongan akademik, seseorang tidak dapat “stretch the brain”. Akhirnya dipilihlah MM Strategic Management Prasetiya Mulya sebagai tempat belajarnya. “Pengalaman membuat business plan dan diskusi yang tidak ada habisnya dengan teman-teman itu memorable. Bahkan sampai sekarang, kita satu batch di Prasetiya Mulya masih akrab luar biasa,” ungkap Widya.
Sejak itu, inisiator forum Indonesian Corporate Counsel Association (ICCA) ini semakin menyadari bahwa keingintahuannya telah banyak menciptakan peristiwa ‘gayung bersambut.’ Fenomena beralih fokus dari Legal menjadi Public Affairs and Communication Director, menjadi Ketua Umum Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP), hingga sempat resign untuk memprioritaskan keluarga sembari mencoba berbisnis adalah buktinya.
“Curiosity itu ibarat berdialog kepada Tuhan, ‘Bagaimana ya rasanya di posisi itu?” Dari situlah doa itu disambut kesempatan.”
Menyelaraskan Bisnis dan Hukum
Kini, modal pengetahuan serta pengalaman di bidang bisnis dan hukum Widya semakin memotivasinya untuk berdampak bagi perusahaan dan masyarakat. Mengambil analogi perusahaan sebagai pohon yang perlu tumbuh subur, Widya mengungkapkan, “Selain pupuk yang baik, ada faktor-faktor yang memengaruhi akses pohon itu terhadap kesuburannya. Dalam hal ini, faktor tersebut ditentukan oleh pemerintah sebagai pemegang kebijakan.” Karenanya, mengkombinasikan kapabilitas sebagai government relation dan hukum diperlukan.
Sebagai penanam pohon, kita perlu berkomunikasi dengan pemerintah, memastikan pohon itu bertumbuh dengan baik dan menghasilkan banyak buah yang bermanfaat bagi masyarakat.
Usai diangkat menjadi Director-Senior Consultant di Inke Maris & Associates, Widya terus memupuk keingintahuannya, dengan pertanyaan mendasar, “apakah keberadaan saya ini sudah bermanfaat bagi sekitar?”
Widya percaya bahwa peristiwa ‘gayung bersambut’ yang dialaminya juga bisa menginspirasi teman-teman. Widya berpesan, “Expand your horizon and be master on that! Jangan hanya berhenti pada satu bidang, seperti saya tidak hanya hukum, atau satu bidang lainnya, tapi ulik hal lain yang memang diminati, sehingga lebih kaya dalam berkontribusi.” Ia menutup,
“Bila telah menguasai bidang tersebut, belajarlah untuk mengkomunikasikannya dengan cara yang mudah dimengerti.”
Very inspiring story…