Setiap tahun ajaran baru tentu akan ada mahasiswa baru yang harus segera beradaptasi dengan lingkungan di kampus. Tentu, ada banyak perbedaan antara sekolah dengan kampus termasuk sistem penilaian, hingga istilah-istilah baru yang wajib dipahami saat kuliah. Karena itu, penting untuk mempelajari berbagai istilah-istilah baru sebelum memulai kegiatan perkuliahan. Dengan mengetahui berbagai istilah dalam perkuliahan tentunya akan membantu mahasiswa dalam menjalani kuliah dari semester awal sampai lulus. Untuk membantu mahasiswa baru mengenal istilah baru, berikut ini akan dibahas mengenai KRS, SKS, dan juga IPK yang termasuk sistem manajemen pembelajaran di kampus saat ini.
Mengenal Apa Itu KRS, SKS, dan IPK Dalam Sistem Perkuliahan
- KRS
Pada tiap semester, setiap mahasiswa diwajibkan untuk membuat KRS yang kepanjangannya adalah Kartu Rencana Studi. Tanpa adanya KRS, maka mahasiswa tidak bisa mengikuti perkuliahan pada semester tersebut. Karena itu, mahasiswa tidak boleh lupa untuk membuat KRS pada tiap semester agar kegiatan kuliah berjalan dengan lancar. Di dalam KRS terdapat daftar mata kuliah yang akan diambil dalam satu semester. Untuk daftar mata kuliah yang diambil tentunya tergantung dari kebijakan kampus atau jurusan. Biasanya mata kuliah yang terdaftar di KRS merupakan kombinasi mata kuliah wajib dan pilihan. Setiap KRS juga memiliki batas maksimal SKS yaitu 24 SKS dengan mengutamakan mata kuliah wajib terlebih dahulu dan sisanya adalah mata kuliah pilihan.
- SKS
Sebelumnya sudah disinggung tentang SKS yang kepanjangannya adalah Satuan Kredit Semester. SKS bisa dikatakan sebagai beban studi mahasiswa yang harus dijalani selama satu semester. Semakin banyak jumlah SKS yang diambil, maka bisa dipastikan bahwa mahasiswa akan semakin sibuk kuliah. Selain itu, dari jumlah SKS juga mahasiswa bisa mengetahui mata kuliah yang bebannya ringan sampai yang berat. Contohnya mata kuliah skripsi dengan tingkat kesulitan tinggi dan beban yang besar memiliki SKS berjumlah 6 SKS. Sedangkan mata kuliah yang tingkat kesulitannya rendah biasanya hanya 2 SKS saja. Dalam setiap 1 SKS menunjukkan 1 jam durasi perkuliahan per minggu yang harus diikuti mahasiswa.
- IPK
Selanjutnya ada istilah yang sangat penting untuk mahasiswa yaitu IPK yang kepanjangannya adalah Indeks Prestasi Kumulatif. IPK ini erat kaitannya dengan IP atau Indeks Prestasi, namun beda antara keduanya terletak pada periodenya. Jika IP merupakan nilai rata-rata yang diambil selama satu semester, sedangkan IPK adalah nilai rata-rata yang digabungkan selama perkuliahan. Semakin tinggi nilai IP maka akan semakin tinggi juga IPK. Karena itu, penting untuk mendapatkan IP tertinggi pada setiap semester sehingga akan berpengaruh terhadap peningkatan IPK. Nilai IPK mulai dari 0.00 hingga 4.00 dan untuk mendapatkan IPK Cumlaude maka mahasiswa harus mendapatkan IPK lebih dari 3.51.
Bicara tentang IPK tentunya setiap mahasiswa menginginkan nilai IPK setinggi-tingginya. Apalagi sebagian mahasiswa menganggap bahwa IPK akan berpengaruh terhadap karir di masa depan. Berdasarkan data dari NACE’s Job Outlook Tahun 2023 menyatakan bahwa hanya 37,0% perusahaan menggunakan IPK untuk proses rekrutmen lulusan perguruan tinggi. Data ini mengalami penurunan yang cukup signifikan dari tahun 2022 yang menyentuh angka 46,3%. Tentunya ada pro dan kontra terkait apakah IPK berpengaruh terhadap karir mahasiswa setelah lulus kuliah. Seperti apa pendapat dari beberapa lulusan mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya terkait dengan IPK?
Pendapat pertama datang dari Edward Salim Buwono yang merupakan lulusan S1 Finance and Banking 2015. Edward menganggap bahwa kalau bisa mendapatkan IPK tinggi mengapa tidak, karena setiap perusahaan yang dihadapkan oleh karyawan IPK tinggi dan rendah tentunya akan memilih karyawan dengan IPK tinggi. Edward juga mengingatkan hal paling penting adalah menyeimbangkan IPK dengan pengalaman organisasi. Selanjutnya, ada pendapat dari mahasiswa S1 Branding tahun 2015 bernama Alvita Yuniar yang menyatakan IPK tinggi itu cukup penting, karena hasil kerja keras dan bentuk tanggung jawab mahasiswa selama kuliah. Alvita juga menambahkan IPK tinggi saja belum cukup, namun harus diimbangi dengan adaptasi sosial yang mudah didapat selama kuliah di Universitas Prasetiya Mulya.
Selanjutnya, ada Albert Sugiarto yang lulus dari S1 Business tahun 2013 menyatakan IPK tinggi bukan menjadi faktor kesuksesan karena banyak faktor lain yang bisa mempengaruhi kesuksesan, mulai dari karakter, networking, hingga soft skills. Dari ketiga lulusan Universitas Prasetiya Mulya sepakat bahwa IPK tinggi termasuk hal penting yang harus dicapai namun tidak melupakan faktor lainnya seperti pengalaman organisasi, adaptasi sosial, networking, hingga soft skills.
Sebagai salah satu kampus bisnis terbaik di Indonesia saat ini, tentunya Universitas Prasetiya Mulya mendorong mahasiswa bukan hanya fokus memperoleh IPK tinggi namun juga menyediakan program untuk semua mahasiswa di dalam dan luar kampus, agar bisa sukses berkarir dan berbisnis di masa depan. Bagi yang tertarik kuliah di Universitas Prasetiya Mulya, tentunya bisa langsung daftar karena sedang dibuka penerimaan mahasiswa baru 2024 yang bisa di cek informasi lengkapnya di website resmi sekarang juga.