PRASETIYA MULYA PUBLISHING

Prasetiya Mulya Publishing > Artikel > Category Artikel > Bagaimana Melakukan Swasunting Naskah?
Cara melakukan swasunting naskah

Swasunting atau self-editing ternyata memainkan peran penting agar tulisan lolos review atau diterima untuk diterbitkan oleh penerbit. Apa itu swasunting? Swasunting atau self-editing adalah proses memperbaiki tulisan dengan cara mengoreksi kesalahan, merevisi struktur, dan menyempurnakan pilihan kata supaya tulisan jelas saat dibaca, ringkas, dan bebas kesalahan.

Sayangnya, masih banyak penulis yang tidak menyadari pentingnya swasunting sebelum menyerahkan tulisan mereka kepada penerbit buku, media massa, atau pengelola jurnal untuk naskah ilmiah. Alhasil, tidak jarang mereka akan kecewa begitu tahu tulisannya ditolak.

Penyebabnya bukan semata karena esensi tulisan mereka kurang bernilai, melainkan kata atau kalimat yang tersusun tidak dapat menyampaikan maksud penulis secara jelas sehingga membingungkan saat dibaca. Inilah mengapa swasunting menjadi perlu dilakukan untuk menyempurnakan kekurangan yang masih terdapat pada tulisan.

Selain alasan di atas, ada beberapa alasan lain mengapa swasunting penting dilakukan oleh masing-masing penulis.

  • Meningkatkan kejelasan dan keterbacaan. Selama melakukan swasunting, penulis dapat mengidentifikasi dan memperbaiki bagian tulisan yang membingungkan, kalimat yang tidak efektif untuk menjelaskan, dan membuat tulisan mudah dimengerti.
  • Memperbaiki kesalahan tata bahasa, ejaan, dan tanda baca. Sekalipun tampak minor, kesalahan-kesalahan ini bisa saja mengubah maksud penulis pada kalimat tertentu.
  • Meningkatkan kualitas keseluruhan tulisan. Dengan swasunting, tulisan menjadi ringkas dan ide-ide yang terkandung terkomunikasikan secara efektif.

 

Poin-Poin Penting dalam Swasunting

Swasunting dimulai dengan memahami bagaimana langkah-langkah penyuntingan dilakukan secara efektif.

Berikut ini beberapa poin yang digunakan sebagai pedoman swasunting.

1. Referensi

Penyantuman referensi sebagai sumber tulisan bersifat wajib, apalagi jika jenis naskah merupakan nonfiksi. Kutipan yang menjadi referensi harus dicantumkan seturut panduan dari penerbit, apakah cukup dalam daftar referensi, daftar pustaka, atau dapat juga dibuatkan dalam bentuk catatan kaki agar pembaca mengetahui dari mana penulis memperoleh informasi yang termuat di dalam buku.

Tanpa pencantuman referensi yang akurat, penulis mungkin akan berhadapan dengan tudingan plagiarisme dan tuntutan hukum.

2. Ejaan, Kalimat, dan Tanda Baca

Kesalahan dalam ejaan, penulisan kalimat, dan penggunaan tanda baca memang sering terjadi, tetapi bukan berarti boleh dipandang sepele.

Pemilihan kata, misalnya, perlu disesuaikan dengan target pembaca. Jika buku yang ditulis tergolong karya ilmiah populer, pilihlah diksi yang umum dipakai banyak orang agar maksud tulisan mudah dipahami.

Penulisan kalimat pun sebaik-baiknya mengacu pada struktur SPOK. Pahami bagaimana menulis kalimat aktif ataupun pasif. Pahami penulisan imbuhan, partikel, hingga kata depan. Pahami aturan tanda baca, setidaknya untuk penggunaan tanda titik, koma, ataupun titik koma ditempatkan.

3. Ilustrasi dan Gambar

Penggunaan ilustrasi dan gambar bertujuan untuk memperjelas maksud penulis di dalam tulisannya. Ilustrasi dalam tulisan terdiri dari gambar, tabel, dan diagram.

Keberadaan ilustrasi tidak wajib ada. Kalau pun memerlukan ilustrasi, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan.

  • Cantumkan sumber, terutama jika ilustrasi yang digunakan milik orang lain. 
  • Penomoran ilustrasi dibuat berurutan untuk mempermudah penyusunan pada daftar tabel ilustrasi.
  • Cek kembali keterangan yang dimuat di ilustrasi dan kaitannya dengan nomor ilustrasi.

4. Revisi

Revisi membantu penulis untuk menemukan kesalahan yang mungkin luput dari perhatian penulis pada awal penulisan. Dari temuan-temuan tersebut, penulis dapat segera melakukan perbaikan.

 

Langkah-Langkah Melakukan Swasunting

Dengan berpedoman pada poin-poin di atas, berikut langkah-langkah dalam melakukan swasunting.

1. Pengecekan Susunan Naskah

Naskah nonfiksi memiliki susunan yang umumnya terdiri dari tiga unsur, yaitu pembuka, isi, dan penutup. Pastikan unsur-unsur tersebut terdapat di dalam naskah dan dibuat berurutan sebagaimana aturannya.

2. Pengecekan Gaya Penulisan

Gaya penulisan yang ditunjukkan penulis perlu disesuaikan dengan target pembacanya. Sangat tidak pas menggunakan gaya bahasa kasual atau ragam cakap jika target pembacanya adalah kalangan akademisi. Begitu juga jika menggunakan gaya bahasa ilmiah, layaknya memberi kuliah di kampus, jika target pembaca adalah masyarakat umum dengan berbagai latar belakang keilmuan.

3. Pengembangan Substansi Tulisan

Mungkin ada satu paragraf yang masih belum lengkap dalam menjelaskan pokok pikiran. Pada poin tersebut, swasunting bekerja untuk menutupi bagian yang seolah terasa kopong. Dengan begitu, pembaca tidak bingung dan menerka-nerka sendiri.

4. Pemilihan Istilah dan Diksi

Penggunaan diksi yang tepat akan dapat mengantarkan pesan dan kesan yang diharapkan penulis kepada pembaca. Jika salah memilih diksi dan istilah, kesan yang ditangkap pembaca bisa saja berbeda dari yang diharapkan penulis.

Contohnya saja, penulisan “Cuaca mendung hari ini” dan “Cuaca suram hari ini.” Kesan yang dimunculkan terasa berbeda antara diksi “mendung” dan “suram.”

Perhatikan, pemakaian diksi dan istilah juga mempertimbangkan siapa target pembaca yang disasar.

5. Pengecekan Kata dan Penyederhanaan Kalimat

Struktur SPOK dalam pemaparan akan membantu penulis memberi penjelasan dalam satu kalimat yang padat, singkat, dan jelas.

Kalimat panjang takterstruktur akan membuat pembaca berpikir keras untuk memahami maksud dan kaitan antarkalimat di dalam paragraf.

Jadi, mulailah menyederhanakan kalimat-kalimat panjang agar pembaca mudah menangkap pokok pikiran penulis.

6. Pengecekan Kandungan Hasutan terkait Kebencian dan SARA

Tulisan yang memuat kebencian ataupun hasutan yang menimbulkan kebencian terkait SARA perlu dihindari untuk mencegah terjadinya konflik pada masa depan sekaligus peluang naskah ditolak.

7. Pemilihan Judul

Penulis cenderung dapat menentukan judul yang tepat untuk naskahnya setelah membaca seluruh isi tulisannya. Judul yang sudah dibuat sebelumnya dapat disempurnakan sesuai dengan keseluruhan isi naskah.

 

Setelah memahami langkah-langkah di atas, Anda sudah dapat mulai membiasakan melakukan swasunting terhadap naskah sebelum diserahkan kepada penerbit. Jika masih bingung, simak juga tips menulis buku ilmiah untuk penulis pemula dalam artikel lainnya di situs web ini, ya!

 

2 Responses
  1. Sebagai orang yang baru mau memulai menulis, artikel ini sangat bermanfaat. Semoga tulisan saya bisa lolos ke penerbit besar!