Post Views: 321
Istri saya sering mengatakan itu ketika kami bertengkar pada tahun-tahun awal pernikahan kami, padahal saya merasa sudah mendengarkannya berbicara berjam-jam. Baiklah. Saya agak berlebihan. Mungkin dia hanya berbicara, tepatnya mengomel, selama beberapa menit.
Waktu memang tidak terasa berlalu ketika bersamanya.
Keluhan istri saya itu berkurang setelah saya mempelajari lagi keterampilan berbahasa dengan lebih mendalam. Saya menyadari bahwa menyimak (hearing) berbeda dengan mendengar (listening).
Mendengar sekadar menangkap suara, sedangkan menyimak adalah mendengarkan suara dengan penuh perhatian untuk dimaknai dan dipahami. Rupanya, saya disebut “tidak menyimak” karena tidak dapat memahami maksud istri saya yang sebenarnya.
Di antara empat keterampilan berbahasa, menyimak adalah keterampilan pertama yang dikuasai manusia. Pada awalnya, bayi mendengar dan merespons suara dari sekitarnya tanpa mengetahui makna. Pelan-pelan, dia mengenali makna kata-kata sederhana dan belajar menirukannya. Dia mempelajari keterampilan bahasa kedua, yaitu berbicara. Barulah kemudian dia belajar menghubungkan suara dan tulisan melalui keterampilan berbahasa yang ketiga dan keempat, yaitu membaca dan menulis.
Setelah dewasa, keterampilan menyimak diperlukan dalam berbagai hal. Kita menyimak kawan bicara kita dalam pembicaraan pribadi. Kita menyimak presentasi atau pidato orang lain tanpa menyela. Kita menyimak obrolan santai dalam kelompok teman atau percakapan serius dalam rapat sebelum kemudian menanggapi dengan cerita atau pendapat kita. Ada kegiatan menyimak yang interaktif. Ada juga yang tidak.
Saat menyimak, kita menjalani tahap menerima, memahami, menafsirkan, mengevaluasi, dan menanggapi. Suara berisi pesan disampaikan pembicara melalui suatu media (tatap muka, telepon, rekaman, dll.) dan diterima indra pendengaran penyimak untuk dipahami dan ditafsirkan. Penyimak lalu mengevaluasi pesan yang disampaikan dan menanggapi dengan bahasa tubuh (anggukan, senyuman, dll.), kata-kata, tindakan, atau gabungan ketiga tanggapan tersebut.
Sebagai penyimak, kita sulit mengendalikan tiga faktor pertama. Kita hanya dapat berusaha menyesuaikan diri dengan gaya pembicara, memahami pesan yang disampaikan berdasarkan wawasan kita, dan memperjelas suara yang terdengar dari media yang digunakan. Dua faktor terakhir masih dapat kita kendalikan.
Faktor lingkungan berpengaruh terhadap kejelasan suara dan kenyamanan suasana. Usahakan lingkungan yang tenang dan tidak banyak derau (noise). Derau menyebabkan suara pembicara sulit didengarkan.
Saat menyimak dalam pertemuan tatap muka yang dihadiri banyak orang, berupayalah untuk berada di dekat pembicara atau pengeras suara. Saat menyimak melalui telepon atau konferensi video, berikhtiarlah untuk meningkatkan kualitas sambungan telepon atau internet.
Pusatkan perhatian pada pembicara dan pertahankan fokus. Buat catatan kecil dalam bentuk kata kunci untuk memperdalam pemahaman. Hargai pembicara dengan tanggapan yang santun, mulai dari bahasa tubuh seperti anggukan atau senyuman, ketika dia dapat melihat kita secara langsung.
Selain untuk mendapatkan informasi, keterampilan menyimak menghadirkan banyak manfaat lain. Keterampilan menyimak membuat kita dapat memahami orang lain dan berempati kepadanya. Orang yang merasa disimak dan dipahami akan lebih percaya kepada kita. Kita pun dapat menyarankan, menolong, atau memengaruhi orang itu dengan lebih mudah.