Post Views: 338
Rasanya, semua orang tahu bahwa membaca merupakan cara terbaik untuk memperluas pengetahuan dan wawasan. Ketika berbicara soal literasi, yang pertama didorong adalah kesukaan membaca. Namun, belum lama ini kita gempar karena tingkat kegemaran membaca Indonesia disebut sangat rendah. Berbagai faktor ditengarai menyebabkan hal itu.
Saya suka membaca. Sekarang, saya mulai menyesuaikan diri dengan buku digital meski masih lebih suka buku cetak. Pengalaman indrawi ketika melihat desain tiga dimensi, mendengar suara halaman dibalik, mencium aroma khas buku, dan merasakan kesat kertas di jemari belum tergantikan. Kadang, saya mengecap rasa kertas ketika membasahi ujung jari dengan lidah untuk membalik halaman.
Kenyataan kerap mengkhianati kesukaan. Faktor pilihan prioritas dan ketersediaan waktu tidak bersahabat terhadap kesukaan membaca. Buku yang dibeli tertumpuk tanpa dibaca di lemari, bahkan kadang tanpa sempat dibuka dari pembungkusnya. Bangsa Jepang punya istilah 積ん読 (tsundoku) untuk keadaan menumpuk bacaan tanpa disentuh seperti itu. Pelakunya disebut penimbun buku (book hoarder).
Saya pernah berdosa menjadi penimbun buku. Kesibukan kerja membuat saya tidak memprioritaskan membaca. Saya memilih untuk mengerjakan hal yang menurut saya lebih produktif, yaitu menulis dan berbicara. Sama dengan menyimak, membaca merupakan kegiatan reseptif yang dianggap pasif. Membaca lebih sunyi daripada menyimak karena dijalani sendiri tanpa bunyi.
Kita dapat membuat membaca menjadi produktif. Berikut beberapa cara untuk mewujudkannya.
Kalau penyelipan cerita dalam materi, penulisan resensi, atau pembuatan peta pikiran berdasarkan bacaan masih terlalu berat, kita dapat sekadar menggunakan hasil bacaan sebagai bahan mengobrol dengan kerabat atau sahabat. Banyak orang yang juga tidak punya waktu untuk membaca. Ketika kita menceritakan sejumput hasil bacaan kita, mereka pun memperoleh manfaat tambahan wawasan. Syukur-syukur mereka juga terdorong untuk membaca.
Kita homo narrans, manusia yang bercerita. Pelajaran yang disampaikan dalam bentuk cerita, biasanya, lebih berdampak daripada paparan atau suruhan. Kitab suci berbagai agama mencontohkan itu dengan membagikan berbagai kisah kaum terdahulu.
Kalimat lisan dan tulis bebeda. Kalimat tulis harus lebih jelas dan terstruktur. Semua pengajar penulisan pasti akan mengajurkan untuk memperbanyak membaca jika ingin meningkatkan keterampilan menulis. Kita belajar menyusun kalimat tulis dari bacaan kita.
Makin bermutu asupan, makin baik pula keluaran. Rajinlah membaca kalau ingin lebih terampil menulis.
Saya setuju kalau membaca membuat orang menjadi lebih produktif.
Dengan membaca menambah pengetahuan
Membaca itu sangat penting, dan supaya mudah diingat… Terimakasih
Memang betul kalau membaca itu bisa menambah banyak wawasan dan pengetahuan apalagi kalau membaca tersebut dilakukan sebagai kegiatan saat mengisi waktu luang, ilmunya dapat dan juga tidak memghabiskan waktu dengan hal yang kurang positif.
Terima kasih abangkuhhhh
Artikel ini sangat bermanfaat sekali untuk pelajar maupun mahasiswa agar bisa meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih efektif dan efesien.