Post Views: 4,306
Swasunting atau self-editing ternyata memainkan peran penting agar tulisan lolos review atau diterima untuk diterbitkan oleh penerbit. Apa itu swasunting? Swasunting atau self-editing adalah proses memperbaiki tulisan dengan cara mengoreksi kesalahan, merevisi struktur, dan menyempurnakan pilihan kata supaya tulisan jelas saat dibaca, ringkas, dan bebas kesalahan.
Sayangnya, masih banyak penulis yang tidak menyadari pentingnya swasunting sebelum menyerahkan tulisan mereka kepada penerbit buku, media massa, atau pengelola jurnal untuk naskah ilmiah. Alhasil, tidak jarang mereka akan kecewa begitu tahu tulisannya ditolak.
Penyebabnya bukan semata karena esensi tulisan mereka kurang bernilai, melainkan kata atau kalimat yang tersusun tidak dapat menyampaikan maksud penulis secara jelas sehingga membingungkan saat dibaca. Inilah mengapa swasunting menjadi perlu dilakukan untuk menyempurnakan kekurangan yang masih terdapat pada tulisan.
Selain alasan di atas, ada beberapa alasan lain mengapa swasunting penting dilakukan oleh masing-masing penulis.
Swasunting dimulai dengan memahami bagaimana langkah-langkah penyuntingan dilakukan secara efektif.
Berikut ini beberapa poin yang digunakan sebagai pedoman swasunting.
Penyantuman referensi sebagai sumber tulisan bersifat wajib, apalagi jika jenis naskah merupakan nonfiksi. Kutipan yang menjadi referensi harus dicantumkan seturut panduan dari penerbit, apakah cukup dalam daftar referensi, daftar pustaka, atau dapat juga dibuatkan dalam bentuk catatan kaki agar pembaca mengetahui dari mana penulis memperoleh informasi yang termuat di dalam buku.
Tanpa pencantuman referensi yang akurat, penulis mungkin akan berhadapan dengan tudingan plagiarisme dan tuntutan hukum.
Kesalahan dalam ejaan, penulisan kalimat, dan penggunaan tanda baca memang sering terjadi, tetapi bukan berarti boleh dipandang sepele.
Pemilihan kata, misalnya, perlu disesuaikan dengan target pembaca. Jika buku yang ditulis tergolong karya ilmiah populer, pilihlah diksi yang umum dipakai banyak orang agar maksud tulisan mudah dipahami.
Penulisan kalimat pun sebaik-baiknya mengacu pada struktur SPOK. Pahami bagaimana menulis kalimat aktif ataupun pasif. Pahami penulisan imbuhan, partikel, hingga kata depan. Pahami aturan tanda baca, setidaknya untuk penggunaan tanda titik, koma, ataupun titik koma ditempatkan.
Penggunaan ilustrasi dan gambar bertujuan untuk memperjelas maksud penulis di dalam tulisannya. Ilustrasi dalam tulisan terdiri dari gambar, tabel, dan diagram.
Keberadaan ilustrasi tidak wajib ada. Kalau pun memerlukan ilustrasi, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan.
Revisi membantu penulis untuk menemukan kesalahan yang mungkin luput dari perhatian penulis pada awal penulisan. Dari temuan-temuan tersebut, penulis dapat segera melakukan perbaikan.
Dengan berpedoman pada poin-poin di atas, berikut langkah-langkah dalam melakukan swasunting.
Naskah nonfiksi memiliki susunan yang umumnya terdiri dari tiga unsur, yaitu pembuka, isi, dan penutup. Pastikan unsur-unsur tersebut terdapat di dalam naskah dan dibuat berurutan sebagaimana aturannya.
Gaya penulisan yang ditunjukkan penulis perlu disesuaikan dengan target pembacanya. Sangat tidak pas menggunakan gaya bahasa kasual atau ragam cakap jika target pembacanya adalah kalangan akademisi. Begitu juga jika menggunakan gaya bahasa ilmiah, layaknya memberi kuliah di kampus, jika target pembaca adalah masyarakat umum dengan berbagai latar belakang keilmuan.
Mungkin ada satu paragraf yang masih belum lengkap dalam menjelaskan pokok pikiran. Pada poin tersebut, swasunting bekerja untuk menutupi bagian yang seolah terasa kopong. Dengan begitu, pembaca tidak bingung dan menerka-nerka sendiri.
Penggunaan diksi yang tepat akan dapat mengantarkan pesan dan kesan yang diharapkan penulis kepada pembaca. Jika salah memilih diksi dan istilah, kesan yang ditangkap pembaca bisa saja berbeda dari yang diharapkan penulis.
Contohnya saja, penulisan “Cuaca mendung hari ini” dan “Cuaca suram hari ini.” Kesan yang dimunculkan terasa berbeda antara diksi “mendung” dan “suram.”
Perhatikan, pemakaian diksi dan istilah juga mempertimbangkan siapa target pembaca yang disasar.
Struktur SPOK dalam pemaparan akan membantu penulis memberi penjelasan dalam satu kalimat yang padat, singkat, dan jelas.
Kalimat panjang takterstruktur akan membuat pembaca berpikir keras untuk memahami maksud dan kaitan antarkalimat di dalam paragraf.
Jadi, mulailah menyederhanakan kalimat-kalimat panjang agar pembaca mudah menangkap pokok pikiran penulis.
Tulisan yang memuat kebencian ataupun hasutan yang menimbulkan kebencian terkait SARA perlu dihindari untuk mencegah terjadinya konflik pada masa depan sekaligus peluang naskah ditolak.
Penulis cenderung dapat menentukan judul yang tepat untuk naskahnya setelah membaca seluruh isi tulisannya. Judul yang sudah dibuat sebelumnya dapat disempurnakan sesuai dengan keseluruhan isi naskah.
Setelah memahami langkah-langkah di atas, Anda sudah dapat mulai membiasakan melakukan swasunting terhadap naskah sebelum diserahkan kepada penerbit. Jika masih bingung, simak juga tips menulis buku ilmiah untuk penulis pemula dalam artikel lainnya di situs web ini, ya!
Sangat bermanfaat sekali informasinya, terimkasih
Sebagai orang yang baru mau memulai menulis, artikel ini sangat bermanfaat. Semoga tulisan saya bisa lolos ke penerbit besar!