Kompetisi ini diikuti oleh mahasiswa hukum tingkat sarjana dari berbagai universitas terkemuka di Indonesia, dengan tema besar “The Future of International Law”. Dari 20 tim yang berpartisipasi, hanya 5 delegasi terbaik yang berhasil masuk ke tahap final, termasuk Universitas Prasetiya Mulya, Universitas Padjadjaran, Universitas Indonesia, Universitas Andalas, dan Universitas Pelita Harapan.
Artikel karya tim Prasetiya Mulya membahas paradoks antara imunitas diplomatik dan yurisdiksi universal dalam hukum internasional. Di satu sisi, imunitas diplomatik memberikan perlindungan terhadap agen diplomatik di negara tuan rumah. Di sisi lain, yurisdiksi universal bertujuan memastikan keadilan dengan memungkinkan penuntutan atas kejahatan serius tanpa memperhatikan lokasi kejadian atau kewarganegaraan pelaku. Artikel tersebut menekankan pentingnya keseimbangan antara kedua prinsip ini untuk memastikan bahwa kekebalan diplomatik tidak menjadi penghalang dalam menegakkan keadilan bagi pelanggaran hak asasi manusia berat.
Melalui pendekatan inovatif, para mahasiswi menyoroti perlunya reformasi dalam regulasi internasional untuk menciptakan akuntabilitas hukum yang efektif. Solusi yang diusulkan menunjukkan bahwa kekebalan diplomatik dapat dibatasi dalam kasus pelanggaran HAM berat, sehingga menghormati kedaulatan negara namun tetap memungkinkan penegakan hukum yang adil.
Selamat kepada Aisya, Bintang, dan Catherine atas pencapaian luar biasa ini! Prestasi mereka tidak hanya mengharumkan nama Universitas Prasetiya Mulya, tetapi juga menjadi inspirasi bagi mahasiswa hukum lainnya untuk terus mengembangkan kemampuan dan pemikiran kritis dalam menghadapi isu-isu global.
