From passion to profession.
Itulah istilah yang tepat, menggambarkan kisah sukses Alycia Aditya, fresh graduate Universitas Prasetiya Mulya yang sudah sukses menjadi kreator sekaligus founder usaha fashion rintisannya, Alys Studio. Memilih untuk menghasilkan karya orisinil dari tangannya sendiri, wanita yang akrab disapa Alys ini menjadi otak dari ide-ide artistik dalam tiap lembar pakaian Alys Studio. Yuk, simak kisahnya!j
Menggambar dan Berbisnis
Sejak berada di bangku SD, lulusan S1 Branding Prasmul ini memang sudah menaruh hati pada kegiatan menggambar dan berbisnis. “I grew up with an entrepreneurship background. Mama aku dan semua keluarga aku prinsip hidupnya itu ya, harus usaha,” cerita Alycia.
Hendak mengejar kecintaannya dalam dunia fashion, semula Alycia mendaftarkan diri untuk melanjutkan studi S1-nya di Amerika Serikat. Seolah tak ingin menyia-nyiakan waktu hingga pengumuman kelulusan tiba, Alys mencoba jajakan pertama usahanya, berjualan produk fashion di sebuah ajang bazaar, Hype Market. “Aku berani booking aja tempat bazaar-nya, tapi belum tahu brand aku namanya apa,” tukas Alys.
Ketika upaya unjuk karya dalam ajang bazaar tersebut berhasil diadakan, sayangnya, rencana kuliah di negeri Paman Sam tidak berjalan mulus. Wanita yang sempat belajar fashion di Esmod Jakarta ini akhirnya memilih Universitas Prasetiya Mulya. Tak disangka, keputusan ini justru berbuah manis bagi pengembangan passion wanita yang banyak membagikan momen travelling di sosial medianya, @alyciaaditya.
“Aku suka betapa Prasmul nggak pernah kasih project asal, tapi langsung bikin kita ketemu dan handling proyek dari perusahaan besar,” ungkap Alycia. Sembari aktif menjadi mahasiswa pun, Alycia memperoleh kesempatan terjun dalam kompetisi, seperti menyabet Juara II pada L’Oreal Brandstorm Tingkat Nasional, bersama dua Prasmulyan lainnya Yosephine Devina dan Gwyneth Evelyn.
Pembelajaran aplikatif dan kesempatan mengembangkan diri secara akademis dan non akademis inilah, yang terus mempertajam sisi entrepreneur Alycia. Empat tahun menjajaki ilmu di Prasmul, selama itu pula Alycia menyambi eksperimen bisnis fashion-nya, Alys Studio.
Growing in Pain
Perjalanan menjalankan usaha sendiri tentu tak selalu mulus dan rata. Terlebih, jika dibarengi berbagai kegiatan kampus, seperti AIESEC dan internships yang aktif dijalankan Alycia. “Aku struggle banget dengan Alys Studio, it was not progressing as much,” cerita lulusan SMA di Los Angeles ini, ketika melihat para kompetitornya yang berkembang pesat seputar variasi produk hingga penjualan.
Namun, menyadari bahwa yang terpenting adalah menikmati setiap prosesnya, peraih predikat ‘Lulusan Terbaik’ Prasetiya Mulya tahun 2016 ini berbagi, “Lihat bisnis orang yang bagus itu secara nggak langsung ngasih tahu kamu, kalau kamu juga bisa ada di titik itu. Hanya kamu belum sampai aja, jadi refleksikan lagi apa yang bisa kamu lakukan untuk sampai.”
Pemikiran tersebut menjadi motivasi diri Alys, sampai akhirnya dipertemukan dengan mata kuliah yang mengubah mindset-nya sebagai seorang businesswoman, Community Marketing. “Dulu yang penting aku bikin produk baru. Padahal, belum tentu produk itu yang konsumen mau,” ungkap Alys. Dari situ, perlahan namun pasti Alys kembali berproses dan menjalankan bisnisnya dengan energi yang lebih baru. “Aku mulai engage dengan konsumen, aku make time bikin konten yang menarik, kayak ngasih background story desain baju aku.”
Bukan saja dengan produk dan konten, desain baju printing dan embroidery dengan bentuk manis nan filosofis juga Alycia tetapkan sebagai ciri khas dari setiap pakaiannya, karena merupakan curahan dari berbagai tempat, pengalaman, sampai fase hidupnya sendiri.
Tak disangka, masa sulit yang menghidupkan semangat baru inilah yang mendukung majunya Alys Studio, menuju titik yang tidak diekspektasikan sebelumnya oleh wanita pecinta muay thai ini. “Penjualannya sehari bisa up to 50 pieces, kadang bisa lebih banyak di hari-hari tertentu.”
Menjadi Manusiawi di Masa Pandemi
Dihadang oleh pandemi, Alycia turut merasakan pengalaman mengubah strategi produknya agar tetap fit dengan kebutuhan saat ini. “Kemarin aku keluarin seri baju tidur and thank God it was a huge success,” ungkap Alycia. “Kemejanya juga kita set terbuat dari rayon supaya appropriate untuk online meetings dan cocok juga buat santai dan bisa juga dipakai ke kantor,” lanjut Alicya, membagikan kunci penting kedua setelah mendengarkan, yaitu adaptasi.
Alycia menggambarkan Alys Studio sebagai cerminan dari dirinya: seorang pebisnis sekaligus desainer, yang memiliki style business casual, dengan ornamen unik dan philosophical. Namun walau demikian, tak dapat dipungkiri, bahwa sebagai pebisnis, ia perlu tetap mendengarkan kebutuhan konsumennya.
“A lot of my inspirations and ideas are from my customers. I listened to them. Beberapa aku ambil menjadi inspirasi, tapi tetap aku modifikasi biar tetap on brand dengan Alys Studio.”
Add comment