Cerita Prasmul
Fun Facts Para Grantee Study Abroad IISMA 2021: Tips & Harapan untuk Masa Depan

Fun Facts Para Grantee Study Abroad IISMA 2021: Tips & Harapan untuk Masa Depan

Menimba ilmu di institusi terbaik dunia adalah dambaan banyak pelajar, terlebih jika dibiayai melalui beasiswa. Selain mendapat kesempatan belajar yang tak umum dicicipi, banyak pula keuntungan lainnya seperti prestasi diri dan relasi. Namun, seperti para Prasmulyan yang lolos seleksi beasiswa Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) 2021 ini, banyak juga keputusan yang harus dipertimbangkan, sebelum akhirnya menentukan program studi hingga institusi. Yuk, simak cerita dan facts Prasmulyan Champions Kampus Merdeka tahun ini!

Pada Senin (14/06) kemarin, kabar gembira menghampiri delapan orang Prasmulyan, yang selama satu semester ke depan, akan mengampu pembelajaran di universitas terkemuka di dunia. Prasmulyan tersebut adalah Adam Azis Berlian (S1 Business 2019), Artstein Dhimathera dan Ferdyanto Tjhai (S1 Business Economics 2018), Angelique Allison dan Felicya Irenea Darmawi (S1 Business Mathematics 2019), Christine Olivia dan Vincentius Christopher Calvin (S1 Business Mathematics 2018), serta Zaida Jameela Heinrich (S1 Renewable Energy Engineering 2018).

Kabar ini tentu saja merdu terdengar dan membanggakan civitas Universitas Prasetiya Mulya, sekaligus menjadi pencapaian personal para mahasiswa. Bagaimana tidak, riset dari universitas di Amerika Serikat menyatakan, belajar di luar negeri terbukti memberikan pengaruh positif bagi pelajar, pada aspek akademis, sosial, dan budaya. Dampaknya pun berjangka panjang, karena pelajar luar negeri memiliki kemungkinan lebih besar untuk memperoleh kesempatan karier luas, mempertajam beragam soft skills, dan memperluas network.

Di edisi Ceritaprasmul kali ini, Prasmulyan terpilih ini akan membagi fakta menarik serta cerita, tentang perjuangan dan harapan mereka terkait program bergengsi ini. 

Duolingo, Alternatif Skor TOEFL 

Ketika waktu seleksi mendekati deadline, skor English Proficiency Test seperti TOEFL dan IELTS dapat menjadi hambatan. Untungnya, Prasmulyan kreatif ini mampu mencari jalan keluarnya, yaitu Duolingo yang dapat diproses dalam dua hari saja. 

Namun, sebagai awardee yang semula hendak memilih universitas di Jepang, namun terhalang karena tak semua institusi menerima tes Duolingo, Adam, penerima beasiswa ke Yonsei University berpesan,

“Aku tetap saranin banget buat ambil aja tes IELTS atau TOEFL, karena nggak semua universitas menerima hasil tes dari Duolingo, dan kesempatan study abroad bisa datang kapan aja.”

Adam, Prasmulyan kandidat Student Abroad di Yonsei University

Hal ini pun didukung Alvin, “Kebetulan 2 tahun lalu sudah ambil IELTS. Nggak nyangka sebelum expired, ternyata ada gunanya lagi.”

Layanan Tanggap Prasmul & Lingkungan Suportif

Di tengah kesibukan dalam mempersiapkan diri, dukungan sekitar menjadi hal yang sangat penting bagi delapan Prasmulyan ini. Mereka mengaku sangat terbantu dengan staf kampus yang responsif soal proses dokumen akademis, juga lingkungan sosial yang suportif.

“Kaprodi waktu itu aku tanyain, langsung direspons dan diurus semua dokumen diproses jadi aku tinggal masukin ke portal IISMA,”

Artstein, Prasmulyan kandidat Student Abroad di Boston University

Selain itu, lingkungan suportif dan mata kuliah yang mendukung adalah salah satu faktor keberhasilan para Prasmulyan, menjadi yang terpilih diantara banyak kandidat lainnya.

“Walau nggak jadi ikut bareng aku, banyak teman-teman yang support dan encourage. Pembelajaran di Applied Communications tentang tulisan akademis dalam Bahasa Inggris juga mendukung banget.

Felicya, Prasmulyan kandidat Student Abroad di University of Pennsylvania

Maka dari itu, kalau kamu berminat untuk mengikuti study abroad kloter berikutnya, harus mempersiapkan diri dari jauh-jauh hari. Intip ceklis keperluan untuk mendaftar study abroad-mu di sini!

Bermula dari Personal Goals

Meski kesempatan seleksi itu tak terduga, rupanya kegiatan belajar di luar negeri memang sudah menjadi personal goals dari para Prasmulyan ini.

“Untuk belajar di luar negeri, pasti harus bisa lebih mandiri dan belajar time management. Aku mau experience ini.”

Allison,  Prasmulyan kandidat Student Abroad di University of Waterloo. 

Sementara itu, Adam yang gemar belajar bahasa asing berharap, dengan satu semester di Korea Selatan, ia bisa mengasah Bahasa Korea secara intensif. “Semoga aku bisa ngobrol dengan teman-teman dari Korea, networking, dan aku sampai balik di Indonesia pun masih tetap berhubungan.”

Tak kalah, Olivia yang senang  keluar dari zona nyaman hendak menggali pengetahuan di Turki, negeri yang sangat asing dan tidak familier untuk dirinya. “Sayang banget kalau aku tolak, hanya karena nggak mendapatkan institusi yang ditarget. Aku udah sampai ke tahap ini dan kesempatan ini langka.”

Mengikuti 3-4 Mata Kuliah di Musim Gugur

Berbeda dengan sistem perkuliahan di Indonesia, perkuliahan di luar negeri kebanyakan lebih membebaskan mahasiswanya dalam memilih kelas. 

Di program IISMA, rata-rata mahasiswa diwajibkan mengikuti minimal 3 dan dapat mengambil maksimal 4 mata kuliah dalam satu semester. Kesempatan ini dapat digunakan juga oleh para mahasiswa yang ditempatkan di institusi yang sama untuk berkolaborasi, seperti Felicya dan Calvin yang sama-sama diterima di University of Pennsylvania.

“Kita bisa sharing ilmu walaupun dengan mata kuliah berbeda dan lebih banyak saat mendapat mata kuliah yang sama,” cerita Felicya. Semester yang akan diikuti juga dimulai pada musim gugur, tepatnya Agustus hingga Oktober, tergantung pada jadwal universitas penyelenggara

Carpe Diem

Life comes at you very fast, and this opportunity doesn’t come very often. Ini pasti bakal worth it,” ungkap Artstein, ketika ditanya pesan apa yang ingin diberikan kepada Prasmulyan lainnya, seputar program belajar di luar negeri. 

“Kalau program beasiswa kayak gini, daftar aja. Aku awalnya nggak ada harapan apa-apa, ternyata keterima.”

Jameela,  Prasmulyan kandidat Student Abroad di University of Glasgow.

Akhir kata, para Prasmulyan ini sesama setuju, untuk selalu memanfaatkan kesempatan yang belum tentu datang dua kali. “Kalau tahun depan ada lagi, coba aja. Dan mungkin bagi yang merasa nilai itu nggak penting, buktinya nilai jadi salah satu kriteria untuk apply Study Abroad,” pesan Calvin.

Add comment

Translate »