Awalnya seorang alumnus Jurusan Marketing (kini Branding) di Prasmul yaitu Alvita Yuniar, bermimpi menjadi seorang dokter gigi. Namun, siapa sangka dunia marketing dan startup saat ini menjadi langkah pasti dalam hidupnya.
Titik Nol di Dunia Startup
Sosok yang akrab dipanggil Vivi ini semakin mantap di dunia startup ketika diterima magang di Tokopedia. Di tahun terakhir kuliah, sembari Vivi mengerjakan skripsi, ia diterima di perusahaan itu sebagai merchant development. Dulu sebenarnya ia agak kaget dengan lingkup pekerjaan dan budaya di industri tersebut.
“Kayak, kok, rasanya beda banget sama sistem kerja pas OJT atau magang di tempat lain karena kan yang satu corporate banget, yang ini tuh lebih fast paced. Isinya anak muda, gaul, lebih tech savvy. Tools-nya pake Slack dan analisis datanya juga pake software lebih canggih, kerjanya juga open space dan lain sebagainya,” jelas Vivi.
Sekalipun periode magangnya tergolong singkat yaitu 4 bulan, mahasiswi angkatan 2015 ini banyak belajar untuk lebih bisa mem-breakdown issue dan mencari solusi dari masalah yang ada.
“Aku suka sih culture-nya karena semua orang tuh bisa ngutarain pendapat dan perasaan ketika aku udah bisa keluarin fitur baru, dan bisa nyumbang konten edukasi ke seller itu rasanya lebih fulfilling,” ucap Vivi mengenai kultur bekerja di startup seperti Tokopedia.
The Domino Effect
This then led her to build her very own startup with two other friends, OperBisnis.
OperBisnis yang ia pimpin dan prakarsai memiliki visi untuk menjadi platform crowdfunding. Secara khusus dalam menghubungkan masyarakat untuk melakukan patungan di sebuah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang sedang berkembang tapi kekurangan modal.
Dari proporsi tim, Vivi banyak mengambil peran strategi. Cukup beragam seperti build partnership ke stakeholders lain, mencoba mengadakan acara networking yang membuat beberapa UMKM bisa pitching ke investor, menetapkan strategi konten, dan masih banyak lagi.
“I guess kayaknya align juga sih sama kuliahan Prasmul di jurusan Marketing. Karena kan mirip banget tuh sama pelajaran kuliah yang kepake kayak Integrated Marketing Communication (IMC), Consumer Insight (CI), sampai Consumer Marketing,” ucap Vivi ketika membahas mengenai mata kuliah yang relevan dengan apa yang ia hadapi di lapangan.
Sekarang ini OperBisnis masih ingin mengedukasi dan menjadi sarana konsultasi awal bagi UMKM. Mereka betul-betul ingin memetakan semua kebutuhan UMKM, permasalahannya, dan kalau memang kurang akan diberikan konsultasi dan solusi.
“Harapannya dalam jangka panjang industri fintech ya termasuk crowdfunding ini bisa terus krusial buat pertumbuhan ekonomi,” kata Vivi.
Masa Kuliah yang Jadi Pendukung
Semua hal yang telah terjadi dan membawanya pada dunia startup itu tidak menutup mata pada masa-masa kuliah yang semuanya Vivi nikmati. Sebab, walaupun hectic dan begadang, key takeaways yang ia dapatkan sangat banyak. Ia belajar soft skills yang tidak hanya bisa dipelajari di pelajaran kampus, tapi di kegiatan lain juga.
“Aku juga belajar yang namanya time management supaya lebih efektif, komunikasi sama orang, negosiasi, dan sense of collaboration yang background-nya beda-beda. Jadi lebih ngerti orang dengan perspektif yang berbeda,” ucap Vivi.
Tidak hanya untuk jadi profesional semata, tapi kegiatan itu membentuk mahasiswa menjadi seorang individual dengan mentalitas dan mindset yang lebih mau bertumbuh.
“Dari berbagai kegiatan kita tuh jadi dapet insight, kerjaan sehari-hari tuh di real life gimana sih. Riset di lapangan, wawancara orang tuh gimana sih. Dealing sama coordinator atau ke atasan seperti apa komunikasinya,” ujarnya.
Atau dari sana akan lebih banyak lagi terbuka kesempatan untuk mengeksplor kemampuan diri kita. Seperti misalnya leadership, atau adaptasi kerja dalam tim di tempat yang baru. Semua orang belum tentu bisa merasakan itu kalau tidak dicoba untuk keluar zona nyaman dengan melakukan kegiatan lain.
“Dan juga yang paling penting, sih, networking dan bisa punya support system di akhir, entah mentor atau atasan pas magang, lingkungan teman baru itu kan juga berpengaruh ya jadi lebih terpacu untuk lebih kritis, lebih ambisius juga. Dan kita juga banyak bisa eksplor interest kita,” ucap Vivi.
Room of Growth
Ketika ditanya mengenai apa yang bisa ia jadikan “petuah” bagi Prasmulyan saat ini, kalau bisa selalu menganggap diri kita berada di state of growing.
“Jangan pernah merasa sudah mencapai titik tertentu, kalau bisa ngeliat kekurangan dan kelebihan kita, tuh, secara jujur dan with compassion. Kalau ngerasa bisa di bidang komunikasi, tingkatin fokusin. Kalau kita ngerasa perlu develop practice area kita di finance, ya, kita always try for expanding our horizon gitu,” ujar Vivi, terutama setelah ia mencoba beberapa tahun di dunia teknologi.
Kemudian, jelas bahwa jalan hidup tidak bisa diprediksi. Namun, menurut Vivi itu bukan berarti tidak bisa mendesain skillset apa yang diinginkan untuk jangka panjang.
“Pada saat kuliah pun kita sudah mulai bisa punya perencanaan, kayak misalnya kita mau ikut lomba tertentu, panitia di industri tertentu, dan lain-lain”.
Vivi juga mencoba refleksi ke dirinya sendiri tentang hal yang mungkin banyak teman-teman Prasmulyan rasakan. Dengan semakin banyak terpapar tren dari social media, mungkin membuat banyak sekali kesempatan yang ingin diambil. Bahkan hingga berpikir untuk extreme switching career. Tapi, walaupun oportunis, menurut Vivi kita juga harus memastikan hal itu bener-bener sejalan atau sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
“Kadang kita juga gak bisa tuh make sure impact only by the quantitative, tapi kayak quality juga harus kita pertimbangkan. Cuma kita yang bisa define apa itu sukses lah yang penting enjoy every process gitu. Harus belajar dari kritik-kritik juga,” Vivi menutup wawancara.
Support system matters. Selalu jaga hubungan bersama orang-orang yang disayangi, membangun koneksi, dan pastinya jaga juga reputasi diri sendiri karena dunia di industri tertentu sangat sempit.
Add comment