Terkadang, ketika passion memanggil nama kita, ada baiknya kejar sampai dapat. Passion yang dimiliki setiap orang tentu berbeda-beda. Bagi Sandra Salim, dunia data menjadi ketertarikannya, sampai-sampai hal tersebut memanggilnya hingga ke negeri orang. Lalu seperti apa sih rasanya mengejar ambisi dan passion hingga ke tanah asing? Yuk, kita simak kisah perjalanan Sandra setelah lulus dari Universitas Prasetiya Mulya 2021 lalu.
Habis Lulus Ngapain, ya?
Tentu, pertanyaan seperti ini sangat wajar untuk dipikirkan oleh para fresh graduates, bukan? Beberapa dari kita mungkin ingin langsung mencari pekerjaan, menikmati liburan, atau bahkan lanjut S2. Itu juga yang ada di pikiran Sandra. “Waktu lagi ngerjain tugas akhir di Prasmul, aku udah mempertimbangkan mau ambil S2 dan sempat contact satu agency untuk bantu proses ke luar negeri juga. Yang dulu jadi pertimbangan: Singapore atau UK (United Kingdom), terus terkait jurusan juga bingung, mau MBA atau Forensic Accounting, karena waktu di Prasmul ada mata kuliah Forensic Accounting dan itu menarik! Mungkin juga ambil education karena sempat bikin tutor Accounting dan merasa oke juga untuk terjun ke dunia edukasi,” ungkap Co-Founder Tutor Aja ini.
Setelah mempertimbangkan beberapa hal penting seperti jarak, budaya, dan berkas administratif, akhirnya Sandra membulatkan tekad untuk memilih S2 di Singapore Management University (SMU). “S1 Accounting Prasmul dan SMU Accounting sempat kolaborasi waktu COVID-19 untuk bikin Data Camp. Kita diajak belajar coding dan masuk ke dunia data. Aku coba ikut camp-nya yang waktu itu disponsori oleh Prasmul, merasa tertarik banget, dan kolaborasi ini kasih gambaran studi S2 yang nanti mau aku ambil,” cerita Sandra.
Ketika melanjutkan S2 apalagi di tanah orang, mungkin masa-masa awal akan terasa berat. Tapi menariknya bagi Sandra, style kuliah di SMU dan Prasmul ternyata tidak jauh berbeda! Mulai dari proses belajar mengajar, hingga tugas kelompok dan presentasi, beberapa aspek tersebut mirip sekali dengan apa yang ada di Prasmul. “Anak SMU yang dari Prasmul, beberapa temanku sampai bilang kalau basically, kita cuma pindah negara doang karena persis banget kayak Prasmul,” canda pemilik gelar MSc in Accounting (Data & Analytics).
Kerja di Indonesia vs. Singapura
Sebagai sosok yang pernah mencicipi rasanya kerja di Indonesia dan Singapura, Sandra juga sempat membagikan beberapa insights menarik, lho! Tahukah kamu kalau Sandra pernah mengikuti program magang dan bekerja di beberapa perusahan besar? Salah satunya adalah PwC Indonesia yang pastinya sudah tidak asing di kalangan anak Akuntansi. Selain itu, alumni dengan hobi olahraga voli ini juga pernah menjadi pemagang di Philips Singapore dan Bank Indonesia. Lebih kerennya lagi, kini alumni S1 Accounting 2017 ini menjabat sebagai Assistant Manager, Audit Analytics di OCBC Singapura.
The biggest difference antara Singapura dan Indonesia adalah people just do their own stuff here (Singapura). Di kantor aku, there is so much freedom, but with that much freedom comes responsibility. Mereka lebih ke encourage us to find our own way to reach a specific goal, sedangkan waktu di Jakarta itu lebih ke bahas bareng apa saja agenda yang perlu dikerjakan.”
Sandra Salim
Tidak hanya itu, ternyata makanan dan pengembangan karir juga menjadi salah satu hal yang sempat membuat Sandra terkejut. “Food is difficult for me. When you move to a foreign country, kamu bakal sadar kalau Indonesian food is superior. Selain itu, ketika kita punya experience di perusahaan Singapura (apalagi headquarters), it will be easier for me to move to another country,” cerita Sandra.
Jadi, Mau S2 dan Kerja di Luar Negeri Nggak?
Sebelum kamu jawab pertanyaan itu, ada titipan pesan nih dari Sandra. “Mencoba S2 di luar negeri itu mainly for the experience and learning. And I think getting a master’s degree is like giving yourself a trial run in a country. It’s a great way to see if working there is the right fit for you,” cetusnya. Tapi, buat kamu yang sudah kepikiran dan bermimpi untuk melanjutkan studi S2 di negara lain, ada beberapa hal yang perlu kamu pertimbangkan dengan matang juga. Mulai dari jarak, biaya hidup, durasi, adaptasi, dan budaya tentunya!
“You need to have grit and perseverance because living independently in a foreign country can be challenging – you need to adapt to the work ethics, the people, and it is gonna be different than what you are used to. Being in a foreign land means respecting their culture and traditions while figuring out how to fit in. But for me, Singapore is the safest choice for Indonesians since it is very easy to navigate things here.”
Sandra Salim
Add comment