“Kemarin saja suhunya bisa mencapai 41℃ di BSD.”
Sudah jadi rahasia umum jika suhu di perkotaan lebih tinggi dibanding di pedesaan. Fenomena ini dinamakan Urban Heat Island, yang telah membuat wilayah kota menjadi 12℃ lebih panas dibanding desa. Tentunya, kondisi ini cukup memprihatinkan untuk kesehatan dan lingkungan.
Untuk menghadapi isu ini, pocket forest mulai digalakan secara global di berbagai negara karena dipercaya bisa menjadi jawaban. Pocket forest merupakan hutan skala kecil yang didesain dan ditanam dengan meniru ekosistem hutam alami. Dalam prosesnya, ada tahap revitalisasi tanah yang menjadi kunci, mengubah tanah yang tersedia menjadi tanah gembur yang dapat menangkap air dan memberi ruang-ruang mikro untuk mendukung kehidupan dalam tanah, yang menopang kehidupan ekosistem di permukaan, bahkan bisa menjadi tempat yang nyaman bagi hewan-hewan unik seperti kodok albino.
“Saat ini, perkotaan menghadapi berbagai tantangan seperti krisis iklim, suhu semakin panas, kualitas udara dan air semakin buruk. Jadi, sangat diharapkan pocket forest semakin menjamur sehingga ekosistem di kota semakin terpelihara.”
Soraya Cassandra, CEO Kebun Kumara
Ingin mewujudkan visinya menjadi kampus regenerative di 2060, Universitas Prasetiya Mulya bersama Kebun Kumara dan Nala Renjana akan membangun pocket forest dengan 20 jenis tanaman endemik Indonesia. Keanekaragaman ini akan meningkatkan daya reproduksi dan pertumbuhan pocket forest. Penanaman pertama untuk empat jenis pohon, trembesi, jati, sonokeling, dan ulin, telah berlangsung pada Kamis, 23 November 2023. Momen bersejarah tersebut termasuk dalam rangkaian Wisuda dan dihadiri oleh jajaran Yayasan, Rektorat, serta mahasiswa/i calon Wisudawan.
Harapannya, aksi yang dilakukan oleh Universitas Prasetiya Mulya dapat memotivasi banyak pihak untuk mulai membangun pocket forest di wilayah masing-masing. Pasalnya, selain mempunyai dampak positif untuk keseimbangan ekosistem, hutan buatan ini dapat menyejukkan lingkungan dan memproduksi banyak oksigen dengan menyerap karbondioksida yang berlimpah.
Tak hanya untuk lingkungan, keberadaan pocket forest di lingkungan kampus mampu menghadirkan laboratorium hidup untuk keperluan riset dan inovasi. Artinya, mahasiswa dan dosen memiliki kesempatan untuk mencari solusi inovatif berbasis alam sebagai dasar membangun bisnis yang selaras dengan bagaimana alam bekerja.
“Menanam keempat pohon ini memang dampaknya kecil atau tidak ada terhadap penyelesaian three fundamental problems (terkait lingkungan), tapi yang kami inginkan is nothing but the positive perception of biodiversity. Ini akan menjawab paling tidak dua dari tiga masalah tadi, yaitu mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, dan kedua restore and conservation of biodiversity,” tutup Prof. Dr. Djisman S. Simandjuntak, Rektor Universitas Prasetiya Mulya.
Add comment