Cerita Prasmul
A Tale of Two Businesses: Inovasi untuk Bertahan & Melawan Pandemi

A Tale of Two Businesses: Inovasi untuk Bertahan & Melawan Pandemi

Keadaan masih sama, pandemi belum reda. Hingga hari ini, kita terus beradaptasi, mematuhi protokol kesehatan, menjaga jarak, dan mengurangi mobilitas di luar rumah. Kasus Covid-19 yang tidak dapat diprediksi dan kadang tidak terkontrol memaksa kita harus berpikir sejauh mungkin tentang bagaimana nasib bisnis ke depannya.

Sektor food and beverage tidak terkecuali. Opsi dine-in menjadi nomor dua, dan takeaway menjadi pilihan nomor wahid. Namun, Shabu Hachi tidak gentar maju untuk bereksperimen dengan dining experience baru di tengah pandemi.

Shabu Hachi, sebagai restoran dengan konsep Korean Barbeque, tentu ingin membawa orang merasakan pengalaman untuk makan langsung di tempat, memilih untuk terus bergerak dengan pembukaan cabang terbarunya yang berlokasi di South78, Gading Serpong.

Kolaborasi Shabu Hachi & ViVeRe Group: Interior on the Top Notch

Kolaborasi antara Shabu Hachi dan ViVeRe Group

Merasa senasib sebab terdampak pandemi, serta melihat Shabu Hachi dan ViVeRe Group memiliki target market yang sama, akhirnya mendorong kolaborasi antara kedua alumni MM Prasmul ini, Gita Nafeeza dan Dedy Rochimat.

Penampilan suasana elegan dan kenyamanan pengunjung menjadi kesan utama yang ingin ditonjolkan, melalui desain interior seperti kursi bambu asli khas Indonesia, hasil karya ViVeRe Group, serta didukung corak tembok yang dinamis. 

Perpaduan antara hidangan pilihan dan interior apik inilah yang menjadi proyeksi keberlangsungan bisnis keduanya, yang diharapkan dapat merangkul pengunjung lebih luas lagi di dunia paska-pandemi.

Faculty member Prasetiya Mulya turut mendukung kolaborasi ini

Namun tidak hanya itu, kolaborasi ini juga hendak mengedepankan pentingnya kerjasama antar bisnis dalam upaya mendayung di atas arus deras perubahan dunia, juga mendorong kreativitas inovasi generasi baru pebisnis jebolan Prasmul.

“Kami berharap dengan hadirnya Shabu Hachi di Gading Serpong ini dapat menjadi inspirasi yang baik. Dan tentunya meskipun telah menjadi alumni, harus menjaga ikatan karena berkolaborasi sesama alumni Prasmul itu menguntungkan”

Gita Nafeeza

Survive di Tengah Pandemi

Salah satu spot Shabu Hachi x ViVeRe

“Meskipun sudah mengalami dua krisis, krisis tahun 1998 dan 2008-2009, namun pandemi ini menjadi yang mengerikan karena harus menghadapi penyakit, kemudian menjalar ke masalah ekonomi” – Founder & CEO, ViVeRe Group, Dedy Rochimat (3/11).

Dari pandangan Dedi, cara bertahan saat ini adalah berfokus pada berbagai proyek seperti pengadaan furniture perkantoran, BUMN, dan perusahaan multinasional lainnya, mengingat awal pandemi banyak pusat perbelanjaan harus tutup, dimana sebelumnya menjadi andalan bagi penjualan produk ViVeRe

Berbeda dengan Gita yang membagikan tips untuk bisnis food and beverages.

  1. Customer Nomor Satu

Kondisi sekarang, banyak mengubah perilaku masyarakat terutama dalam memilih restoran untuk makan, dimana yang mereka cari bukan lagi sekadar makanan dan minuman yang enak atau service quality yang baik.

Dari sekian pertanyaan, ternyata saya mendapatkan jawaban bahwa yang dicari oleh pengunjung adalah ‘apakah jika makan di restoran, saya aman?’, sehingga penerapan protokol kesehatan yang ketat menjadi concern utama kami. Bukan kepada pelanggan saja, melainkan kepada pegawai atau karyawan kita”.

Sehingga, salah satu yang terpenting adalah membangun dan mempertahankan kepercayaan dari pelanggan.

  1. Menganalisis Menu Unggulan

Mengetahui produk apa yang dicari orang, ataupun produk yang kurang favorit, menjadi penting. Sebab, dengan mengevaluasi menu yang tidak terlalu diminati, ternyata dapat mempertahankan cost efficiency sebuah perusahaan.

Kita memerhatikan data terkait menu apa saja yang laris manis atau yang tidak pernah dibeli. Ketika menu itu tidak terlalu diminati, kita dapat meng-cut jenis makanan tersebut, sehingga cost efficiency perusahaan pun dapat dijalankan”.

  1. Idealis Namun Tetap Realistis

Pentingnya memahami struktur organisasi ternyata dapat membantu perusahaan untuk mengatur cash flow yang lebih bijaksana.

“Kadang orang mikir, sebuah restoran harus punya tim marketing sendiri, tim sosial media sendiri, PR Marketing sendiri, padahal tidak semua departemen mampu menghasilkan uang” – Gita Nafeeza (3/11)

Namun departemen yang tidak dapat menghasilkan uang tadi bukan berarti tidak dapat digunakan, melainkan dapat di-convert ke bagian lain untuk membantu mendorong pemasukan dalam sementara waktu ini.

Add comment

Translate »